Bab 6

163 20 0
                                    

                                
Soreya menghubungi Armela mengajak jalan-jalan ke mall. Tapi, saat Armela meminta ijin pada Kakaknya, dia tidak di ijinkan. Dengan berat hati dia menolak ajakan Soreya.

Soreya kesal. Kemudian mendatangi Armed ke kantor,“Armedku....!”sapa Soreya masuk keruangan Armed.
Armed melirik sebentar. Lalu kembali membaca kertas kertas penting di depan nya.

“Kenapa kamu tidak memperbolehkan Armela ke mall dengan ku?”

“Kaki Armela baru sembuh seminggu lalu. Dia keseleo.”Armed memberi alasan. padahal kalau pun Armela baik-baik saja. Dia tidak akan mengijinkan Armela berpergian kemana pun tanpanya. kecuali, ke kampus itu juga diantar dan dijempat.

“Kenapa Armela tidak bilang. Kalau gitu aku ke kampus nya aja aku mau curhat,”

“Dia dirumah. Tidak ada kelas hari ini,” sahut Armed.

“Kamu tau jadwal kelas Armela?”

“Hm,”Armed kembali membaca lembar demi lembar berkas yang dipegang nya.

Soreya menekan bell rumah Armed. Tak lama seorang wanita paru baya membuka pintu.

“Armelanya, ada?”tanya Soreya langsung.

“Sebentar. Saya panggilkan,” sahut Bu Endang.

“Bilang aja. Dia dimana biar saya yang kesana.”

“Dikamar,”sahut Bu Endang.

“Oke.” Soreya berjalan menaiki tangga.
Bu Endang hanya geleng- geleng lihat tingkah teman Armela itu.

Saat diatas, Soreya bingung kamar Armela yang mana.
“Aha, aku telpon aja. Dari pada salah kamar.”Pikir Soreya yang ternyata masih punya sopan santun.

Armela menjawab panggilan nya.
"Keluar kamar!aku ada di dekat kamar kamu, oke."Ucap Soreya cepat lalu memutus sambungan telpon.

Armela membuka pintu. Dan keluar kamar.“Kita, ngobrol di kamar kamu aja.” Soreya mendorong punggung Armela pelan kembali masuk kekamar.
Perempuan itu memperhatikan kamar Armela yang bernuansa putih dan biru muda.“Kamar kamu adem ya?”Soreya berbaring di kasur dan Armela duduk di tepinya.

“Kamu kenapa enggak bilang kalau kaki kamu keseleo?”

“Karena, menurutku udah sembuh. Jadi, buat apa di bahas lagi,”

“Kalau aku sering kesini, bolehkan?”Ucap Soreya masih berbaring dan menatap langit-langit kamar milik Armela.

“Boleh,”sahut Armela ramah.

“Permisi, ini minum buat teman Mela.”Ucap Bu Endang masuk dengan bawa nampan dengan gelas berisi sirup berwarna kuning.

"Baik banget Bu, makasih ya,”ucap Armela tersenyum.

Bu Endang meletakkan minuman itu di meja dekat sofa yang ada di kamar Armela. Kemudian keluar dari kamar.

“Ngapain terima kasih sama Bibi tadi. Emang kerjaan dia kalau ada tamu buat minum. Kan, pembantu.”Ucap Soreya buat Armela tidak suka.

“Bu Endang. Membantu kami buat bersih bersih rumah. Bukan pembantu. Buatin minum itu bukan kerjaan Bu Endang.” sahut Armela ketus.

“Kamu marah?” Soreya bangun dari tidurnya.

“Aku enggak marah. Tapi aku enggak suka kalau kamu ngatain Bu Endang kayak tadi.”

“Oke, Maaf Armela.”Soreya mengambil minuman tadi dan meneguknya.“Segar!” ucapnya duduk di sofa. Sedang Armela masih duduk di tepi tempat tidur.

ARMELA ARMED ( Complete )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang