Bab 18

105 16 0
                                    

Setelah mengantarkannya pulang,  kakaknya kembali ke kantor. Armela  berpikir buat apa untuk kejutan ulang tahun kakaknya besok. Ia memesan kue ulang tahun sebelum kakaknya kembali dari kantor, ketika pesanan kuenya datang  dia langsung memasukkan kedalam kulkas, rencana gadis itu sepulang dari kantor kakaknya besok dia ingin mengajaknya ke panti dan mengenalkannya dengan Cantika.

Armela mempersiapkan baju yang akan dipakainya untuk menemani kakaknya itu ke kantor, karena permintaan kakaknya adalah seharian bersamanya. Gadis itu menggantung blezer warna biru langit dan kaos putih, akan dipadukan dengan celana jeans atau rok nanti.

Setelah mempersiapkan apa yang akan di pakainya gadis itu mandi dan memakai piyama bercorak garis berwarna kuning.
Armela kembali turun ke bawah untuk memasak makan malam buat mereka, tapi stok makanan sudah habis, dia lupa mengajak kakaknya berbelanja bahan makanan. Akhirnya gadis itu makan roti karena perutnya lapar, lalu memesan ayam bakar dua porsi buat malam kakaknya nanti, setelah menunggu sekitar tiga puluh menit akhirnya pesanan ayam bakarnya sampai. Di pindahkannya keatas piring, nasi sudah di masaknya tadi.
Dia berjalan keruang televisi dan menyalakan TV, Ia akan menonton sambil menunggu kakaknya. Sudah jam sembilan malam, dan orang yang ditunggu-tunggunya belum juga pulang, mata gadis itu sudah mulai sulit untuk di buka, dia juga menguap berulang kali, dia berusaha menahan matanya agar tidak terpejam, karena dia tau kalau dia tertidur pasti akan bangun pagi hari, bisa gagal buat beri ucapan tengah malam. Namun sekuat apa pun matanya menahan tetap saja dia tertidur.

Armed membuka pintu dan menguncinya kembali, pria itu langsung keatas, namun baru beberapa langka Ia turun kembali, karena mendengar suara televisi menyala, dia melangkah kearah sumber suara, di lihatnya Armela tertidur di sofa, pria itu duduk di sofa lain yang ada disitu, dipandang nya wajah Armela yang tertidur pulas, pria ini sungguh tak mau melihat perempuan yang sedang tertidur ini bersedih, saat melihat kembali wajah ibu kandung Armela, yang paling pria ini takuti adalah perasaan perempuanya ini, pasti akan hancur, untuk membayangkan saja pria ini tak berani. Dia tahu saat itu pasti akan tiba, dimana Armela akan bertemu ibu yang melahirkannya. Jangan kan Armela, Armed pun takkan pernah siap untuk saat itu.

Pria itu menggendong Armela pelan agar perempuannya tidak terbangun, setelah dengan susah paya menaiki tangga akhirnya sampai  didepan kamar tujuan,  membuka handle pintu pun dia harus bersusah payah, kini dia bernapas lega perempuan itu sudah tertidur di tempat yang seharusnya, dipandang nya perempuan itu lagi, lalu mengelus kepalanya lembut, “ Selamat tidur!” ucap Armed dan keluar dari kamar tersebut.

Armela mengerjapkan matanya dan terkejut saat melihat dari jendela kamarnya matahari sudah bersinar, cepat cepat dia keluar dari kamar, dia kesal pada dirinya mengapa bisa ketiduran semalam. Ia menuruni tangga untuk mengambil kue yang dia pesan semalam, dan membawanya keatas, kini dia sudah berdiri didepan pintu kamar orang yang berulang tahun.

Armela mengetuk kamar kakaknya, baru sekali ketukan kamar itu sudah terbuka, terlihat kakaknya sudah rapi memakai pakaian khas orang untuk ke kantor.

“Happy birthday, Kakak!” ucap perempuan itu riang hingga kakaknya tersenyum.

“ Terima kasih.“ balas pria yang sudah rapi itu memandang kue yang di pegang Armela.” Lilinnya mana?”

“ Lupa!” sahut Armela sedih, karena dia memang melupakan soal lilin.

“ Udah, gak apa apa.” Pria itu dan mengelus puncak kepala Armela.“ Terima kasih ya, sekarang kamu mandi, kita sarapan di luar aja, oke!”

“ Oke, kak!” balas Armela memberi kue yang dipegangnya kepada kakaknya, dan berjalan ke kamarnya, sedang Armed turun kebawah untuk menyimpan kue itu  kedalam kulkas.

Armed menunggu di teras sambil membaca koran melihat berita hari ini, Armela muncul memakai celana jeans biru, kaos putih dan blezer berwarna biru muda sama dengan celana, dia sudah terlalu jatuh cinta dengan warna itu.
Rambutnya diikat satu dan memakai sepatu kets berwarna putih “ wah!, kamu udah kayak wanita karir sungguhan” komentar Armed melipat koran sesaat setelah melihat Armela.

ARMELA ARMED ( Complete )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang