Bab 7

146 20 2
                                    

Hujan turun sangat deras, dan Armed belum pulang. Armela mondar mandir didalam kamar dia melihat jam di dinding kamarnya sudah menunjukkan pukul sebelas malam.

Suara petir yang keras buat Armela semakin takut. Armela tidur menutup wajahnya dengan selimut tapi rasa takutnya belum berkurang. Dia tidak punya fobia pada hujan atau petir. Tapi jika hujan sederas ini dan petir sekeras ini pasti membuat semua orang takut.

Pintu kamarnya terbuka, dengan takut dia mengintip dari balik selimut ternyata Kakaknya. Itu membuatnya lega.

“Kakak buat aku takut, buka pintu enggak pake suara.”Armela duduk, memandang Armed yang duduk di depannya.

“Kenapa baru pulang, Kak?”

Armed hanya tersenyum sambil membelai  wajah Armela.

Armela melihat sikap Kakaknya aneh.

Armed memandang perempuan yang didepannya ini dan tersenyum.”Aku mencintaimu, Armela,” ucapnya.

“Kakak, mabuk?”Armela melihat wajah Kakaknya yang memerah matanya juga.
Armed tersenyum.”Cuma, minum sedikit” Ucap Armed tertawa.

Armela tak pungkiri tawa kakaknya ini sangat manis.
Armela membopong Kakaknya kekamar mandi. Kemudian menyirami kepala pria itu dengan air."Dingin, Armela,"ucap Armed.

Armela menyirami lagi."Agar Kakak sadar!" Ia mengambil handuk untuk mengeringkan rambut Kakaknya itu.

"Kenapa, Kakak sampai minum-minum Kak?”

Armed tertidur di kamar mandi. Armela dengan susah payah membopong Kakaknya untuknya keluar dari kamar mandi. Dan mendudukkannya di sofa. Armela mengeringkan rambut kakaknya lagi dengan hairdryer.

"Jangan mabuk lagi, Kak.” Armela membuka kemeja Kakaknya yang basah. Dan mengganti dengan kaos milik nya.

"Untung saja, celana Kakak tidak basah.”
Armela memperbaiki posisi Armed agar nyaman saat tidur disofa. Ia mengangkat kepala pria itu dan memberi bantal agar kepalanya tidak sakit. Lalu menyelimutinya agar kakaknya itu hangat. Armela tak mendengar suara hujan dan petir lagi, “Syukurlah, hujan udah berhenti,” batin Armela.

Armela memandangi pria yang tidur disofa kamarnya. Armela jadi heran dari mana dia dapat kekuatan membopong badan kekar dan tinggi begini.

Armela keluar kamar untuk melihat pintu depan siapa tau Kakaknya lupa menutup karena mabuk.“Udah dikunci,”ucapnya. Setelah memeriksa pintu dia kembali ke kamarnya dan melihat Armed masih tertidur.

Armela naik ketempat tidurnya dan tak lama dia pun terlelap.

Armed tersentak dan membuka matanya berlahan, Armed coba menggingat apa terjadi semalam kenapa dia ada di sofa. Pria itu melihat sekeliling dan melihat Armela tertidur.

“Kenapa aku bisa di kamar Armela?”pikir Armed. Dan menginggat lagi kejadian semalam. Armed mengingat semalam ada pesta bersama rekan kerjanya lalu... Armed ingat dia minum.

“Apa aku mabuk?apa aku melakukan sesuatu pada Armela?"pikir Armed. Dia keluar dari kamar Armela dan pindah ke kamarnya sendiri.
Armed melihat sudah jam empat subuh. Dia pun berniat mandi. Saat membuka baju."Kenapa aku pake kaos, kemejaku mana?"pikir Armed bingung.

Dia perhatikan kaos putih yang baru di bukanya tadi."Ini kaos Armela,"ucapnya pelan. Dia akan bertanya pada Armela nanti. lalu dia masuk kekamar mandi.

Saat terbangun pagi Armela tidak melihat
Kakaknya di sofa dia keluar dari kamar.

"Kak!"panggilnya.

"Kak!"panggilnya sambil mengetuk pintu kamar Armed. Karena tak ada jawaban dia membuka kamar dan tidak menemukan Armed disana.

Armela turun kebawa dan berjalan keruang televisi. Armed tidak ada. Didapur juga tidak ada. Armela berjalan menuju pintu depan. Namun belum sempat membuka Pria tinggi putih itu muncul dari balik pintu dengan memakai pakaian olah raga.

ARMELA ARMED ( Complete )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang