Bab 35

193 18 0
                                    

Taksi membawa gadis itu menuju kantor, tempat dimana orang yang di carinya itu berada, Armela sudah sampai di depan gedung dua belas lantai tersebut, ia berjalan setelah pintu kaca tebuka untuknya, kakinya mengayun ke arah pintu lift, pintu besi itu terbuka membuat gadis itu segera masuk, di tekannya tombol yang beruliskan angka sepuluh, sambil menunggu ia menggigit kuku ibu jarinya, ia gugup sekaligus takut. Akankah ia berani untuk bicara saat bertemu nanti.

Gadis itu berusaha tersenyum ke arah Karin sekretaris kakaknya.“ Tunggu Armela!” suara itu terdengar saat ia akan membuka pintu ruangan kakaknya, ia menoleh.” Kenapa, Mbak? Sahut Armela  berjalan kearah meja Karin yang tidak jauh dari ruangan Armed.

“ Pak Armed, lagi ada tamu,” tutur Karin pada Armela yang berdiri di depan mejanya.

“ Rekan bisnis?”tanya Armela.

“ Sepengetahuan saya, bukan. Saya akan telepon Pak Armed untuk beritahu kalau kamu di sini,” ucap Karin memegang gagang telepon.

“ Tidak usah, Mbak,” cegah Armela.” Kalau bukan tamu bisnis, berarti saya boleh masuk, kan?”

“ Lebih baik saya telepon dulu, atau kamu telepon,” suruh Karin lembut.

Armela bergerak memandang pintu kantor kakaknya,” Saya masuk dulu, ” pamitnya Armela tanpa melihat Karin. Kakinya melangkah cepat menuju pintu ruangan Armed, tangan gadis itu membuka pintu secara berlahan, dilihatnya seorang wanita berlutut di depan meja Armed.” Saya mohon, ijinkan saya untuk bisa lebih dekat Armela,” mohon wanita yang berlutut tersebut, memandang wajah Armed. Wajah yang masih dapat dikenalinya. Armela mendengar suara wanita yang berbicara lirih itu.

Pria yang bernama Armed itu, hanya diam terpaku memandang wanita yang berlutut di depannya, ia belum bisa berkata, kehadiran wanita itu secara tiba tiba masih membuatnya terkejut.

“ Kak.” Armela masuk ke ruangan dan menutup pintu itu kembali.

Pandangan Armed tertuju pada gadis yang berdiri di depan pintu, wanita yang berlutut itu pun menoleh ke belakang ke arah pandang pria yang di depannya.

Armela berjalan mendekati tempat kakaknnya berdiri, pandangan wanita itu mengikuti langkah gadis itu hingga kini gadis itu tepat di depannya.

Armela menatap tajam pada wanita yang masih berlutut itu, tangan gadis itu mengepal kuat, bibirnya terkatub rapat, matanya merah dan berair, “Kenapa Ibu ke sini??” bentak Armela keras.

Armela merangkul lengan kakaknya kuat,” Kenapa Ibu harus muncul?”tanya Armela menangis, air matanya mengucur deras.

“ Armela, dengarkan Ibu, Nak,” mohon Sona masih berlutut.” Saya sudah menceritakan padamu tentang bagaimana kamu bisa bersama Armed,” suara Sona bergetar dia menangis.

“ Justru karena saya tahu, Ibu meninggalkan saya karena takut hidup susah, kan?” Air mata Armela mengalir deras." Saya sudah bahagia, mestinya Ibu tidak perlu muncul, di hidup saya."

Armed sangat terkejut mendengar ucapan Armela, ia tahu mereka saling mengenal, tapi ia tidak menyangka kalau gadis itu mengetahui hal yang pria ini tidak tahu, yang dia tahu seorang Ibu menitipkan putrinya pada Armed. Alasannya pria ini tidak tahu, sampai Armela bicara tadi.

“ Armela jangan kasar,” bisik Armed, dia tidak mau Armela bicara kasar pada orang yang lebih tua, apa lagi orang ini adalah Ibu kandung Armela.

Armed memandang wanita yang berlutut sedari tadi, ia tidak tega melihatnya, bagaimana pun wanita ini yang melahirkan gadis yang sangat di cintainya. Karena wanita ini dia bisa bersama Armela selama ini, apa lagi dia memberi uang, sehingga Armed bisa sekolah tinggi dan hidup lebih baik. Wanita yang melahirkan Armela adalah orang yang berjasa dalam hidupku, batin Armed.

ARMELA ARMED ( Complete )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang