Bab34

161 15 0
                                    

Dengan memakai kemeja putih di padukan dengan rok jeans semata kaki, gadis cantik itu menatap dirinya di depan cermin, di masukkannya ujung kemejanya ke dalam rok yang di pakai, agar lebih rapi. Armela mengambil tasnya yang biasa di pakainya ke kampus, yang ada di gantungan dekat dengan meja belajarnya, la keluar kamar dan menuruni tangga dengan pelan, karena tenaganya belum pulih, badannya masih sedikit lemas.

Armed sudah menunggu di mobil, Armela menyusul setelah mengunci pintu rumah, “ Yakin kamu mau masuk kuliah?” tanya Armed melihat gadis itu masih agak lemas.

“ Yakin.”

Armed melajukan mobil setelah mendengar jawaban dari Armela, di perjalanan Armela tidak banyak bicara, dia lebih banyak diam, pria itu memakluminya karena gadis itu baru sembuh jadi malas untuk bicara.

“ Byeee! Kak.” Armela melambaikan tangan saat dirinya suda turun dari mobil.”
Hati-hati!” serunya.

Ketika mobil pria itu sudah melaju, baru gadis ini mengayunkan kakinya menuju area kampus dan berjalan melewati koridor untuk menuju kelasnya, begitu masuk ke kelas di lihatnya Belinda berdua dengan Aris,” Sisi sama Carla mana?” tanya Armela, karena melihat tas milik Sisi dan Carla ada di atas meja.

“ Toilet,” sahut Aris.

“ Oh.” Armela kemudian duduk di sebelah Belinda.

“ Senang rasanya, kamu udah sembuh. Aku mau curhat, tapi nanti deh.” Belinda melirik Aris.

“ Kapan pun, aku siap,” sahut Armela.

Melihat sikap Belinda tadi Armela sepertinya tahu, temannya itu ingin curhat tentang siapa, apa lagi ia sempat melihat tadi Belinda melirik Aris, Armela sudah bisa menebak.

“ Haii!” sapa Sisi begitu melihat Armela.” Selamat datang di kelas ini lagi!” seru Sisi tersenyum.

“ Haii!” seru Armela juga membalas Sisi dan Carla.

Aris duduk di tempatnya, tanpa bicara apa pun. Carla pun menyusulnya dan duduk di samping sepupunya.

                             ****

Seorang wanita paru baya turun dari mobil, memakai baju, sepatu, dan tas bermerk terkenal dengan harga mahal, yang hanya bisa dibeli oleh kalangan tertentu. Dia berdiri di depan gedung yang menjulang tinggi, ia berjalan menuju pintu kaca yang langsung terbuka saat wanita ini sudah dekat. Sekarang dia sudah ada di Silver tower, dengan anggun ia berjalan menuju resepsionis yang ada di lobi.

“ Selamat pagi mbak, Santoso group di lantai berapa ya?”

“ Selamat pagi, Ibu. Santoso group tidak ada di gedung ini. Apa mungkin maksud Ibu Rayoso group?” tanya resepsionis cantik itu, lalu tersenyum pada wanita yang bertanya barusan.

“ Kalau Rayoso group, ada di lantai 20, Ibu.”sambung resepsionis itu.

Resepsionis melihat telepon yang sedang berdering. “ Maaf, saya terima telepon dulu, Bu.” Resepsionis itu mulai berbicara di telepon.

Sona sangat kecewa di gagal bertemu dengan Armed, kenapa nama perusahaan mereka mirip, batin Sona.

Sona pergi dengan kecewa, sampai dia lupa mengucapkan terima kasih pada resepsionis tadi, karena sangkin kecewanya. Ia kesal pada ingatannya yang salah, Sona begitu yakin perusahaan itu ada di gedung ini, karena putri pemilik perusahaan itu menggangguk, saat ia bilang perusahaan tersebut ada di silver tower. Mobilnya yang di kendarai Pak Ujang sudah menunggu di pintu lobi.

Kemarin Sona kecewa juga, karena menejer restoran milik Armed, menelpon mengatakan bahwa Armed tidak berminat untuk bekerja sama.

“ Kita pulang, Bu?” tanya Pak ujang.

ARMELA ARMED ( Complete )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang