Bab 36

247 18 0
                                    

Armela duduk di samping Belinda.” Kamu enggak jadi curhat?” tanya Armela.

“ Nanti.” Belinda melirik Sisi, yang duduk di bangku depan, karena ini kelas Pak Bagus, yang tidak di takuti Sisi lagi.

Melihat gerak gerik temannya ini, Armela sangat yakin dengan dugaannya, Armela fokus melihat ke depan, karena Pak Bagus sudah berdiri di belakang mejanya. Belinda malah asyik dengan menulis sesuatu di buku harian yang bergambarkan wajah Cha eun woo, artis Korea yang gantengnya membuat banyak wanita menghalu ria.

Armela menyenggol kaki Belinda, dari bawa meja. Belinda menoleh ke arahnya.” fokus!” seru Armela tanpa suara.

Belinda menutup buku hariannya, lalu ikut fokus mendengarkan dosennya mengajar. Seperti teman temannya yang lain.

Mereka kembali seperti dulu, berkumpul di kantin, sebelum pulang. Atau sedang menunggu mata kuliah selanjutnya.

Aris duduk di samping Carla, berhadapan dengan Belinda, sedang Armela duduk berhadapan dengan Carla.

“ Sisi, mana ya?” tanya Carla.

“ Iya, ya.” Armela mengeluarkan ponselnya.” Aku coba telepon dulu,” ucap Armela. Lalu menekan nomor Sisi yang ada di layar ponselnya.” Enggak di angkat,” ucap Armela setelah mencoba menelpon beberapa kali.

Aris memilih untuk diam, tidak berkomentar. Ia sibuk dengan ponselnya.

Belinda memandang Aris sebentar lalu segera berpaling, takut ada yang memperhatikan. Dia tidak tahu, bahwa Armela selalu melihat gerak geriknya.

Sisi datang datang dari pintu kantin.“ Maaf lama,” ucap Sisi sadar akan keterlambatannya.

“ Kamu dari mana, Si?” tanya Armela.

“ Dari ... perpustakaan tadi,” sahut Sisi berbohong. Dia tadi ke keruangan Pak Bagus, karena Pak Bagus nitip oleh oleh buat bundanya Sisi. Gadis itu meletakkan paperbag berwarna hitam di bawa meja kantin, dia tidak ingin temannya tahu. Kalau dia diam diam lagi dekat dengan Pak Bagus.

Mereka semua percaya saja, dengan jawaban yang di berikan Sisi.” Kenapa belum pesan?” tanya Sisi.

“ Nungguin kamu,” sahut Aris. Membuat semua terdiam.

Belinda melirik Aris, apa dia masih menyukai Sisi? Batin Belinda, membuat raut wajahnya berubah sedih.

Sisi terlihat biasa saja, mungkin dia sudah menganggap Aris teman separti dulu.

Armela memperhatikan Belinda.” Benar kata Aris, kita nunguin kamu,” ucap Armela mencairkan suasana.

“ Ya sudah, kita pesan sekarang, aku traktir!” seru Sisi. Dia bisa mentraktir sekarang, karena Papa memberi uang saku, lebih dari cukup.

                             ****

Armela menuruni anak tangga, dengan memakai  dress selutut, berwarna kuning. Mata Armed sempat tak berkedip saat melihat Armela. Bibirnya terangkat untuk tersenyum,” Kita berangkat!”

Armela mengangguk, dan berjalan lebih dulu menuju mobil. Pria itu menyusul setelah memastikan pintu rumah terkunci.” Kamu Cantik!” puji Armed lalu melajukan mobil.

Gadis ini semakin tak mengerti akan perasaannya, pujian Pria tadi buat dia malu sekaligus senang. Jantungnya pun berdebar debar, ia sangat yakin wajahnya merona sekarang. Karena di dalam mobil, dan juga malam. Armed di pastikan tidak dapat melihat perubahan warna wajah Armela.

Mobil Armed berbelok ke Jalan Rajawali, gadis itu melihat jalan yang pernah di laluinya, dengan berlari seperti orang gila. Saat pertama kali Sona mengaku sebagai ibu Kandung dari Armela.

ARMELA ARMED ( Complete )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang