makasih banget atas komen vote kemarin apalagi tiap part line seneng banget aku.
I love u glorie💜
kali ini semoga bisa lagi, tolong tetap bertahan sampai tamat ya. targetnya sama seperti kemarin 50 vote dan 60 komen. boleh komen tiap partline, biar rame hehe. share-share juga di ig (leciivie)
Udara dingin yang mulai datang diantara mereka. Mereka berdua sedang menunjukkan tujuan masing-masing untuk duduk disini. Yeora memutar matanya malas, kata-katanya memang sangat berbahaya sekali. Terlihat gila dan penuh obsesi. Omong kosong yang tidak sesuai dengan keinginannya, dia membutuhkan untuk memperbaiki. Dia telah menghancurkannya lebih dulu.
Jadi tidak salah sikapnya akan menjadi seperti ini, terlanjur kecewa tapi cinta ini sulit sekali hilang. Vie yang mengenggam tangan gadis itu, Yeora yang ingin melepas tetapi Vie menahannya. Mencium telapak tangan itu begitu lama. Yeora yang hanya menatap risih.
"Permainan mu kemarin sangat keren padaku. Berusaha menggodaku ya?"
Pembicaraan yang terus terang sekali. Vie tahu, dia sangat tahu. Permainan yang dimulai, dia menang. Tidak menyangka sifatnya menjadi seperti itu, tapi sepertinya memang disengajakan. Bukan asli.
Gadis itu malah tersenyum, bukannya takut. Tidak kaget bahwa dia memang pasti ada kelebihan ini. Menebak. "Ketahuan ya?"
Wow. Ini benar Yeora. Yeora menjadi seperti ini. Gadis cantik yang masih menduduki sekolah tingkat akhir. Jauh sekali sama sikapnya yang dulu. Sekarang menjadi pemberani dan mudah sekali menggoda. Tidak menyangka dia bisa akting seperti ini. Cantik dan menarik. Merasa ada sesal di dalam, sangat dalam.
"Jangan jadi nakal-nakal. Aku tidak akan kuat, aku bisa menerkammu disini loh, mau?" Goda Vie menatap bibir itu. Ingin sekali dikecup. Mempagutnya untuk mengeluarkan suara-suara indah. Bermain lidah di dalam sana.
Berusaha mencairkan suasana. Menjadi lebih tenang. Ini memang harus dibicarakan, terbuka semua. Tidak perlu ada yang disembunyikan lagi. Yeora hanya menatap datar lumat detik lalu beralih lagi. Vie mengakui tatapannya ini punya daya tarik sendiri, dirinya akan semakin tampan. Apalagi menaikkan satu alis dan mengeluarkan lidah sedikit. Berbahaya.
"Kamu tahu aku disini sangat membutuhkanmu, Yeora. Ayo kembali lagi denganku," Nada Vie yang begitu sedih dan terlihat manik yang sendu. Suasana yang berubah lagi. Pintar sekali.
"Habis dibutuhkan langsung di buang begitu," Jawab asalnya. Sekiranya memang akan seperti itu. Keinginannya. Dia masih mencintai wanita sebelumnya, bukan dirinya.
Yeora tidak akan menyangka hubungannya akan menjadi seperti ini. Membayangkan hubungannya akan bahagia karena dirinya dan Vie sudah mulai menunjukkan masing-masing. Katanya perasaan yang sangat sayang dan juga begitu pun dirinya. Mengenang masa-masa bahagia kini dituntun olehnya menjadi sedih. Tidak tahu rencana apa lagi, balas dendam apa? Kenapa kepada dirinya?
"Tidak akan, aku butuh seseorang di samping ku. Itu kamu, baby," Ujar Vie tiba-tiba ingin mengeluarkan nada yang tulus.
Memang itu benar. Vie butuh seseorang, teman tidak cukup, tetapi sosok Yeora itu benar-benar membuatnya nyaman dan menggila seperti ini. Ingin memilikinya seutuhnya, hatinya tidak tahu dibawa kemana. Vie mencintai dua wanita sekaligus hanya berbeda kondisi. Selene memang sulit dilupakan, masih dicintai. Yeora tidak ingin dirinya meninggalkannya. Membutuhkannya. Semua yang dibutuhkan ada di dirinya.
Sejak Yeora pergi, perasaannya semakin menjadi-jadi, tidak terkontrol, dan terus berubah. Tidak ingin mengungkapkan tetapi terlihat jelas sekali dari tingkah bahkan penuturan. Akting yang dibuat sebegitu perfect dan tata cara yang disusun begitu rapi. Semua hampir berhasil. Dia menang, semua telah terjawab. Kini dirinya kena imbas atas yang diperbuat. Dirinya semakin menginginkan Yeora dalam jangkauan lama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hidden Part ✓
FanfictionVie lebih suka bermain dengan aman. Lancar. Tidak mau menyulitkan dirinya sendiri, memilih yang terbaik dan berkualitas yang tidak membahayakan dirinya dan rencananya. Suatu hal yang diharuskan untuk 'Hidden part' yang dirahasiakan untuk seseorang d...
