29

476 15 1
                                    

"Ayo, Kak"

Elang mengangguk.

Sore ini Elang dan Melan akan pergi ke pusat perbelanjaan. Hanya berdua. Tidak ada siapa pun lagi. Seperti dating namun bukan.

Elang yang menawarkan diri untuk menemani Melan. Karena sejak pagi Melan mengeluh ingin pergi keluar. Namun, Roney tidak bisa. Biasalah.. urusan pekerjaan.

"Bang Roney kemana si, Kak?" tanya Melan memecah keheningan.

Mobil Elang sudah keluar dari halaman rumah Melan. Butuh waktu sekitar sepuluh menit menuju jalan besar.

"Lagi ada kerjaan sama mba Nadia" jawab Elang singkat.

"Mba Nadia siapa?"

"Temennya bang Roney"

"Oh.. kirain pacarnya bang Roney"

"Emang bang Roney ada yang mau? Haha" tanya Elang bercanda.

Melan ikut tertawa. Tawa elegant. Bukan tawa ngakak sohard layaknya gorilla di rumah Elang.

Maya.

"Ada lah. Bik Mar juga suka godain bang Roney kok, Kak" Melan terkekeh mengingat kejadian ketika Melan dan abangnya pergi ke rumah Elang.

Roney pasti jadi korban langganan gombalannya Bik Mar. Sablengnya lagi, Roney pun membalas semua kerecehan kata-kata manis Bik Mar. Roney tidak tinggal diam.

"Oh iya, Bik Mar kapan pulang?"

"Atau.."

"Gak pulang?"

"Bukannya di rumah Kak Elang ada pembantu baru lagi ya?" tanya Melan beruntun.

"Satu-satu dong nanyanya cantik" kekeh Elang.

Elang tidak sedang merayu. Melan memang benar cantik. Diusianya yang masih belia, namun sudah tampak seperti orang dewasa. Bukan karena dandannya yang terlalu menor. Tapi, style dan keanggunannya memancarkan aura wanita banget.

Cara berjalannya yang classy, membuat orang yang pertama kali melihatnya pun tidak akan menyangka kalau Melan masih duduk di Sekolah Menengah Pertama tingkat akhir.

Melan tersipu sembari tertawa.

"Maaf"

"Bik Mar gatau kapan pulangnya. Cewek yang dirumah, itu cuma gantiin Bik Mar aja. Sampe Bik Mar pulang" ucap Elang dengan satu tarikan nafas.

Melan membulatkan mulutnya.

"Ohh.."

Tak terasa perjalanan mereka selama setengah jam sudah terlalui. Sekarang mereka sudah tiba di Horizon Mall. Kondisi parkiran mobil pun terlihat penuh. Maklum, waktu menjelang malam. Banyak yang datang hanya untuk sekedar cari hiburan.

"Kak, Melan mau beli gaun pesta" ucap Melan pada Elang yang berada dibelakang.

Elang mengangguk cepat dan melangkahkan kakinya lebar-lebar agar bisa berjalan beriringan dengan Melan.

Kedua tangan Elang dimasukkan kedalam hoodie hitamnya. Karena yang berjalan disampingnya adalah Melan. Bukan Rere yang kemanapun, dimanapun, harus selalu bergenggaman tangan.

"Pengen banget gue genggam tangan elo, Kak" batin Melan sambil menatap Elang yang berjalan disampingnya.

Melan mengalihkan pandangannya ke depan kemudian tersenyum.

"Elo ada disamping gue aja, gue udah seneng" batin Melan lagi.

Langkah Elang tiba-tiba berhenti. Melan pun ikut berhenti dan menoleh pada Elang.

BERONDONGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang