27

427 19 0
                                    

"Gimana ceritanya?" tanya Elang pada Maya.

Maya hanya melirik dan semakin mengeratkan pelukannya. Hari semakin sore. Rinai hujan masih menetesi bumi. Membuat Maya semakin nyaman sekaligus  tenang dalam dekapan Elang.

"Kok elo jadi pendiem gini?" lanjut Elang bertanya pada Maya.

"Masih syok Elang" jawab Maya parau. Walaupun dalam hatinya kesal dengan pertanyaan Elang.

"Gak usah kenceng-kenceng meluknya" komentar Elang saat Maya mendusel-dusel nyaman didadanya.

Maya tidak menjawab lagi. Setelah Maya lolos dari aksi penculikan Doni, Maya tidak berfikir kepada siapapun lagi kecuali Elang. Ia langsung menelpon Elang dengan sisa baterai yang hampir habis.

Bibirnya masih bergetar setelah menjelaskan semua kesalahpahaman Doni. Maya tidak pernah menyangka bahwa Doni menyukainya sejak masih kecil. Maya yang tidak pernah bermain dengan Doni, ternyata diam-diam Doni selalu memperhatikannya. Maya hanya mengetahui Doni adalah seorang anak laki-laki yang sering sekali pergi dengan ibunya. Entah kemana, Maya saat itu tidak tahu.

Fakta terungkap setelah perbincangan yang penuh emosional antara Maya dan Doni. Maya menjelaskan semua yang dia ingat. Saat itu Maya hanya mengatakan apa yang Rere katakan. Maya mengikuti perintah Rere untuk mengatakan "Iihhh, bau. Siapa yang bakal suka sama kamu kalo dekil begini?". Setelah itu, Maya tidak pernah melihat Doni lagi.

"Ini mau jalan apa nggak?" Elang tidak sedang mengemudikan mobilnya. Karena, saat Elang tiba di lokasi, Maya langsung menubruk Elang, memeluknya dengan air hujan yang membasahi seluruh badannya.

Elang tidak bisa menolak kedua tangan Maya yang melingkar sempurna di tubuhnya. Namun, Elang juga tidak membalas pelukannya. Elang terlalu takut. Ada rasa gelenyar aneh menjalar disarafnya. Hingga tembus ke jantungnya.

"Bentar lagi" Maya memejamkan kedua matanya.

Elang benar-benar bisa menjadi rumah untuknya pulang.

"Kok manja sih?" keluh Elang.

Elang memukul pelan kepala Maya. Karena Maya dengan sengaja mengusap-ngusapkan hidungnya ke dada bidang Elang.

"Udah ah, jadi basahkan baju gue" Elang menyingkirkan kedua tangan Maya yang melingkar memeluknya.

Maya mengerucutkan bibirnya sebal.

"Pelit amat!" gerutu Maya.

Maya menyandarkan punggungnya di jok mobil. Elang pun memasang seatbeltnya dan menghidupkan mesin mobil.

Maya terdiam dengan pandangan lurus kedepan melihat jalan.

"Pasang seatbeltnya" Elang mengingatkan.

"Males" gumam Maya sangat pelan. Nyaris tak terdengar oleh Elang.

Maya masih memikirkan ancaman Doni.

"Kali ini elo lolos. Lain kali, gue gak bakal lepasin elo gitu aja" bisik Doni pada Maya.

"Seenggaknya gue pengen nyicipin tubuh elo dulu. Sebelum, laki-laki yang menganggapmu calon istri itu menyentuhmu terlebih dahulu" ucap Doni pelan sambil berjalan memutari Maya.

"Ohh, bukannya tubuh elo sudah banyak bekas tangan para bajingan ya? Haha" Doni tertawa sambil memeluk pundak Maya.

Tangan Maya terkepal. Giginya gemeletuk ingin menggampar Doni. Namun, Maya tahan agar Doni tidak berubah pikiran untuk melepaskannya.

"Emm, gue pikir. Bakalan susah buat dapetin elo kalo calon suamimu itu masih ada" ucap Doni datar.

Maya membelalakan matanya.

BERONDONGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang