21

471 22 1
                                    

Hari sudah sore. Maya masih asyik berkutat dengan alat-alat dapur. Rambut panjang dicepolnya asal-asalan. Sehingga sebagian rambut keluar dari ikatannya. Poninya basah menempel dikeningnya karena berkeringat.

Daster yang digunakan Maya sudah tidak beraturan lagi. Baju bagian pundaknya miring ke sebelah kiri. Membuat tali surga maroonnya tercetak jelas dipundaknya. Karena, saking longgarnya daster Maya.

Maya mencicipi sup jagung yang ia buat.

"Emmm..."

"Yummy..."

Maya bergumam sendiri. Sup jagung yang ia buat sudah terasa pas dilidahnya. Tidak ada kekurangan.

"Emmm.. cuma kurang kasih sayang. Haha" Maya tertawa sendiri sambil mengaduk sup jagungnya.

"Tinggal goreng telor" gumam Maya sambil menuangkan sup jagung ke dalam mangkuk.

Maya menyiapkan wajan kecil kemudian membuat adonan telor dadar. Maya mengiris sosis untuk ditambahkan kedalam telor dadarnya. Tidak lupa,Maya juga mengiris daun bawang.

"Bi Mar udah pulang?" tanya seorang pria dari balik punggung Maya.

Maya mengulang kata-kata pria itu.

"Bi Mar?" batin Maya.

"Wanginya nyampe ruang tamu tau, Bi" suaranya semakin mendekat ke arah Maya berdiri.

"Kok kurusan, Bi?" lanjut pria tersebut.

Maya mengenali suara pria itu.

Roney Satria.

"Ba, bi, ba, bi... babi" gumam Maya pelan.

"Bi Mar siapa, hah?" lanjut Maya nyolot.

Maya melotot dengan kedua tangan berada dipinggangnya.

"Seksi gini lo bilang kurus?" omel Maya.

Roney sedikit terkejut ternyata bukan Bi Mardiah, asisten Elang yang mengenakan daster buluk tersebut. Ternyata bidadari yang menjelma menjadi sosok Maya.

Roney menelan ludahnya melihat penampilan Maya. Sungguh pemandangan yang memanjakan. Roney tidak membantah kalau Maya memuji dirinya sendiri seksi. Karena, Roney juga menyetujuinya.

"Etdah, lagian ngapain lo disini May?" tanya Roney penasaran.

Roney melirik tali surga Maya yang seakan menantangnya. Roney mendekat untuk membenarkan daster Maya yang melorot dibagian pundaknya.

"Belom gue halalin, sayang.. nanti pas first night gak berkesan dong" canda Roney terang-terangan.

Roney tertawa saat membenarkan daster Maya. Karena, reaksi Maya sangat menggemaskan menurutnya. Hidung Maya kembang kempis dengan mata mendelik tajam.

"Ada minyak bekas, mau?" ancam Maya dengan mengangkat dagunya.

"Buat apa?" Roney mengerutkan keningnya.

"Nyumpel mulut kau!" Maya menyentil bibir Roney.

"Pake mulut lo aja, biar enak" goda Roney sambil memainkan alisnya.

Maya mendelik sebal.

"Sekarang?" tanya Roney disertai senyum jahilnya.

Maya mengernyit tidak paham.

"Adu mulut" ujar Roney watados.

Otak Maya langsung tertuju pada hal yang berbau dewasa.

"Mulut lu ya! Ishhh" Maya menjambak rambut Roney yang sudah tersisir rapi.

BERONDONGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang