Jika siswa normal biasanya berangkat menuju sekolah pukul 06.00 atau paling lambat pukul 06.30. Berbeda sekali dengan Roney dan Elang, pukul 07.00 baru selesai memakai baju. Belum lagi aktivitas nangkring di kaca lalu sarapan. Membutuhkan waktu yang lebih lama lagi. Tidak jarang mereka berdua berangkat ke sekolah pukul 08.00 kurang.
Seperti sekarang ini, Elang sedang memukul-mukulkan kaos kakinya ke lantai untuk menghilangkan debu. Sembari menunggu Roney yang sedang membuang hajatnya. Aktivitas Roney yang satu ini, tidak membutuhkan waktu sedikit. Kisaran 15 menit sampai 30 menit, Roney baru keluar dari persemediannya.
Dipandanginya kaos kaki abu-abu yang sudah bolong dibagian kelingking dan berwarna coklat dibagian telapak kakinya. Elang meringis iba. Bukan karena Elang tak punya uang. Namun, Elang tidak pernah memperhatikan hal-hal kecil seperti itu. Selagi masih bisa dipakai, okelah. Lagipula tidak akan ada yang tahu bahwa kaos kaki Elang bolong dan terlihat dari luar.
"Ishh, bau" gumam Elang sambil menutup hidungnya. Kaos kakinya menyebarkan aroma keong busuk. Memabukkan sekali.
Sebenarnya, Elang juga menunggu seseorang yang biasa menyiapkan bekal. Hari ini tidak ada yang berkata "Lang, bekalnya didapur" atau "Lang, bekalnya berdua sama Roney". Atau mungkin akan seterusnya tidak ada yang berkata seperti itu.
Elang juga tidak bisa menyalahkan Roney begitu saja. Elang mengerti sekali, Roney tidak terlibat dalam masalah ini. Hanya saja, memang Roney yang menemukan ATM tersebut dibalik karpet kontrakan Maya. Roney sangat mengenali ATM Elang karena Roney juga sering memakai ATM Elang. Dan ATM Elang berbeda. Kartu Elang bergambar Tom and Jerry yang jarang dimiliki orang lain. Lagipula, Elang tidak mengajak Roney bekerja sama untuk menyimpan rahasia ATM tersebut.
"Cihh! Pantes aja manfaatin gue jadi babu tanpa gaji. Perhitungan!" cibir Maya saat berjalan melewati Elang yang sedang duduk dilantai dengan sepatu dan kaos kaki bolongnya yang sudah terpakai dikakinya.
Elang yang tersadar dengan ucapan Maya langsung berdiri karena melihat Maya menjinjing tas besar. Elang tidak tersinggung dengan kalimat Maya. Hati Elang tergerak melihat Maya dengan tampang judesnya.
"Lo mau kemana?" Elang berjalan mendekati Maya.
"Tuh, pager terbuka lebar!" ketus Maya sambil memutar kepalanya menunjuk pagar yang sudah terbuka.
"May, please! Jangan pergi" ucap Elang memohon. Tangannya menangkup didadanya. Elang serius dengan ucapannya. Tidak mau Maya pergi.
"Gue udah gak ada urusan lagi kan sama lo? ATM udah ketemu, luka lo udah sembuh dari dulu? Mau apalagi gue disini? Plonga-plongo kaya orang tolol?!"
"Inget yaa! Gue juga punya perasaan! Mana ada orang yang masih cengengesan setelah tau dibohongi?"
"Gak ada Lang! Gak mudah bagi gue buat nerima semua kebohongan elo!" Maya menatap mata Elang yang sendu dengan sangat berani. Dadanya bergemuruh. Tangannya juga gemetar.
Elang tidak berdaya. Semua alasan Maya masuk akal. Tidak ada kekuatan lagi dari pihak Elang yang bisa menahan Maya agar tetap disisinya.
"Lo inget kan? Perjanjian point terakhir? Lo boleh pergi kalo gue yang nyuruh" ungkap Elang dengan percaya diri. Kali ini, Elang berharap alasan tersebut bisa membantunya menahan kepergian Maya.
"LO!!" Maya menunjuk wajah Elang dengan tatapan kebencian.
Rahang Maya mengeras "EGOIS!".
Maya berpaling dari hadapan Elang yang sedang mematung. Hati Elang sesak melihat Maya yang menatapnya tidak lagi bersahabat.
"Gak ada yang nyuruh lo buat pergi!" Elang berlari untuk menutup pagarnya sebelum Maya benar-benar keluar dari pekarangan rumahnya.
Bunyi deritan pagar membuat Maya menggerling kesal tingkat dewa. Elang kini sedang nemplok membelakangi pagar hitam. Tangannya terbentang melindungi pagar tersebut, takut di sentuh Maya.
"Sebenernya mau lo apa sih hah?! Kewajiban gue disini udah tuntas!" erang Maya frustasi karena tingkah Elang. Maya tidak bisa membaca pikiran Elang, harusnya memang ini sudah berakhir. Hanya saja dengan cara tidak baik. Salah Elang juga yang coba-coba mengelabuinya.
"Perjanjian tetep perjanjian. Jangan pergi kalo gue belum nyuruh" ucap Elang kedua kalinya dengan maksud yang sama.
"Bisa gak elo bertahan lebih lama lagi? Seenggaknya sampai gue sama Rere baikan" ucap Elang melas.
Hanya alasan. Elang bisa mengatasi masalahnya tanpa bantuan siapapun. Segala cara akan Elang lakukan untuk mempertahankan Maya. Setidaknya sampai bisa meyakinkan hatinya sebenarnya memilih siapa.
Maya atau Rere?
Maya termangu.
Jadi, gue jadi alat buat nyaksiin kisah cinta mereka berdua?
"Gak ada urusannya sama gue" ketus Maya.
"Elo sahabatnya. Mungkin bisa mempermudah hubungan gue dan Rere kembali baik buat ke depannya. Elo yang tau dia" Elang berkata dengan penuh harap. Sebenernya Elang tidak begitu yakin dengan hubungannya dengan Rere yang akan menjadi baik. Tapi, otaknya meng-klaim "Gue cinta Rere sampai kapanpun".
"Gue gak bisa" gumam Maya.
"Kenapa gak bisa?"
"Gue capek" capek nahan perasaan gue.
"Gue bakal panggil Bi Mar buat kesini lagi"
Maya terdiam.
"Mau ya?" bujuk Elang sendu.
Maya tidak bisa diperlakukan seperti itu. Karena akan sangat menyiksanya. Maya ingin jauh-jauh dari yang namanya cemburu dan sakit hati.
"Gue bukan orang baik. Gue gak bisa dengan mudah memaklumi kebohongan. Gue tetep milih pergi" jelas Maya dengan datar.
Elang mendengus pasrah.
"Yaudah, terserah elo May! Gue persilahkan lo pergi dari sini!" Elang membuka pagar kembali. Tidak tertinggal hadiah tendangan pada pagar tersebut.
Anj!
"Kesel gue lama-lama sama lo! Rendah jadinya diri gue sebagai laki-laki, ngemis-ngemis kaya orang tolol!" Elang memandang Maya dengan sinis. Kesabarannya sudah habis. Elang sudah malas membujuknya kali ini. Tapi, tidak tahu esok. Elang akan mencoba lagi.
Maya tertegun dengan sikap Elang yang tiba-tiba berubah.
"Kenapa diem? Ini pagernya udah gue bukain" sindir Elang yang kini sedang bersandar di pilar pagar.
"Setan!" maki Maya. Hatinya ingin sekali mengamuk. Jiwa-jiwa brutalnya menggedor-gedor ingin segera diluapkan.
Mobil hitam sport berhenti tepat di depan pagar rumah Elang. Maya tersenyum lega melihat kehadiran mobil penolongnya. Sedangkan Elang mengerutkan keningnya. Matanya menyipit melihat siapa gerangan yang ada di mobil tersebut.
"Eh, jagoan. Lo juga baru mau berangkat sekolah?" sapa laki-laki yang berada di dalam mobil tersebut. Padahal Elang tidak mengenal orang itu. Jadi, Elang tidak menanggapi pria jadi-jadian dalam mobil hitam yang menurutnya aneh. Tapi, lumayan. Tidak terlalu jelek.
Sok asik
"Hai, sweetheart! Mukanya kok serem gitu si?" tanya Toro saat melihat Maya yang sedang berhadap-hadapan dengan Elang saling melempar tatapan sinis untuk terakhir kalinya.
"Nenek lampir" gumam Elang.
"Ouchhhh, Tuhan Yang Maha Esa!" Maya menendang tulang kering Elang. Kemudian berlalu pergi menuju mobil Toro.
Toro tertawa melihat kejadian heroik di depan matanya. Kemudian pergi meninggalkan rumah bertingkat dua tersebut.
Selepas kepergian mobil yang membawa Maya, raut muka Elang berubah. Tidak menunjukkan ekspresi.
"Siapa laki-laki itu?"
"Sweetheart?"
KAMU SEDANG MEMBACA
BERONDONG
Teen FictionMaya Imelda wanita yang hidupnya berurusan dengan anak remaja SMA. Berawal dari ATM milik Elang yang dihilangkan oleh Maya membuat Maya mau tak mau hidup dalam kungkungan Elang. Ini tidak hanya kisah tentang mereka berdua. Ada saingan cinta antara...