Maya tertawa terbahak-bahak di kontrakannya. Acara Talk Show yang tayang pukul 11.30 WIB tersebut sukses mengocok perut Maya.
Malam ini Maya sengaja tidak kembali ke rumah Elang. Karena Maya pulang dari melayani pelanggannya sampai larut malam. Jadi, Maya pulang ke lokasi terdekat.
Sebelumnya, Elang juga menanyakan keberadaannya. Maya sudah cemas takut jika nanti pulang terkena semprot dari mulut seksi Elang. Namun, tidak ada balasan lagi setelah Maya membagikan lokasinya.
"Njir, pedes. " keluh Maya setelah menghabiskan cemilan yang berbumbu cabai giling.
"Haaaahhhhhh.."
Tanpa pikir panjang, Maya berlari menuju dapur. Air minum dingin segera ia keluarkan dari kulkas.
"Masih pedes gilaaa!!" Maya menggeram menahan rasa panas yang membakar lidahnya.
"Sialan! Bibir gue udeh kek abis operasi filler" jari telunjuk maya mengusap bibirnya yang terasa jontor.
"Heuhhh..." Maya mengulum bibir bawahnya. Berharap bisa meredakan rasa pedasnya.
Lama sekali Maya didapur, hanya untuk bertarung dengan rasa pedas di mulutnya. Maya berjalan mondar-mandir didepan kulkas sambil mengipasi bibirnya dengan tangan.
Tangannya membuka kembali kulkas satu pintu yang sudah butut dengan tidak sabar. Berharap ada makanan manis, susu atau sejenisnya. Namun, nihil. Tidak ada apapun selain minuman soda dan sayuran yang sudah mengering.
Deritan paksa bunyi pintu dari depan kontrakannya terdengar sampai dapur. Maya membulatkan matanya.
Siapa malem-malem masuk kontrakan gue? Hujan pula.
Maya bermonolog dalam hatinya.
Kakinya melangkah pelan menuju sumber suara. Bulu kuduknya meremang karena takut.
Pintu berderit kembali.
Maya membungkuk mengendap-ngendap untuk melihat siapa yang masuk. Untungnya lampu ruang tamu dimatikan. Hanya lampu luar yang menelusup masuk kedalam rumah melalui kaca.
Maya lupa tidak menutup gorden dan mengunci pintu.
Siluet hitam seperti sedang melepaskan jaket. Dari bentuk tubuhnya, Maya menebak itu bukan Rere.
"Lang?" panggil Maya setelah memastikan bahwa penglihatannya tidak salah.
Maya menyalakan lampu.
Elang masih belum berbicara. Tangannya menyugar rambutnya yang basah. Bajunya sedikit basah. Karena yang paling basah terkena hujan, hoodie hitamnya.
"Hangerin hoodie gue May" titah Elang dengan nada tidak semangat. Bahkan, hampir saja Maya tidak mendengar apa yang dikatakan Elang.
Ekspresi muka Elang pun sangat lesu. Tidak ada raut menyebalkan seperti biasanya.
"Lo ngapain malem-malem kesini?" tanya Maya sambil mengambil hoodie yang diserahkan Elang.
"Dirumah gak ada lo sih" jawab Elang tidak berdaya.
Maya segera bergegas mengambil hanger di kamarnya dan menggantungkannya di tempat biasa Maya mencuci.
Maya menyalakan kompor untuk membuat air panas untuk minum Elang. Tidak ada susu, kopi, teh. Maya hanya menyuguhkan air bening yang dipanaskan. Lumayan, agar tubuh tidak terlalu kedinginan.
Elang berbaring didepan televisi. Bantal shaun the sheep yang tergeletak diantara makanan dan bekas kemasan cemilan tidak Elang anggurkan begitu saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
BERONDONG
Teen FictionMaya Imelda wanita yang hidupnya berurusan dengan anak remaja SMA. Berawal dari ATM milik Elang yang dihilangkan oleh Maya membuat Maya mau tak mau hidup dalam kungkungan Elang. Ini tidak hanya kisah tentang mereka berdua. Ada saingan cinta antara...