61

102 8 3
                                    

Lelaki berperawakan tinggi, atletis dan berambut cepak tengah berlari mencari tempat berteduh. Hujan tidak terlalu lebat, namun cukup membasahi kaos oblongnya.

Setelah berada didepan toko roti, pria itu mengibas-ngibaskan tangannya karena terkena tetesan hujan. Lumayan dingin karena tidak memakai jaket.

"Oon Lang Lang!" umpatnya pada dirinya sendiri.

"Gue kan pake mobil, ngapain gue turun buat neduh"

Elang mendesah kesal merutuki kebodohannya. Namun, sepertinya tidak sia-sia Elang melipir mencari tempat teduh. Kebetulan perutnya juga sangat lapar. Jadi Elang memutuskan untuk makan dulu sebelum menjemput Rere disalon.

Akhirnya Elang pun memasuki kedai makanan khas Jepang. Karena hanya itu yang ada didepan mata Elang. Ia malas muter-muter mencari makanan lain. Takut keburu lemas cacing-cacing diperutnya.

Setelah masuk kedalam resto, ia langsung memesan beberapa menu.

"Mas, soba satu. Aoijiru sama air mineralnya satu" pesan Elang pada pelayan resto tersebut.

"Ada lagi mas?"

Elang menggeleng," Itu aja"

"Ditunggu ya mas. Silahkan, meja nomor 54"

"Thanks mas. Ummm... Tambah takoyaki-nya deh mas. Take away aja" imbuh Elang sebelum menuju mejanya.

"Silahkan ditunggu"

Elang pun berjalan menuju meja bernomornya. Resto tersebut cukup ramai yang didominasi oleh anak muda tanggung. Banyak juga bapak-bapak berdasi yang mungkin sedang makan sambil melaksanakan meeting.

Elang mengeluarkan ponselnya untuk mengabari kekasihnya. Tujuannya ia bertemu dengan Rere karena ia rindu dan ingin memberitahu rencana kepergiannya dari Indonesia.

Re, aku mampir beli makan dulu di jalan Soedirman

Aku shareloc nih

Ting!

Pesan masuk. Tapi, bukan dari Rere. Hanya pesan grup yang menumpuk hingga ribuan. Karena tidak pernah Elang baca.

Terdengar tawa keras bersamaan disamping meja Elang. Itu tawa bapak-bapak pejabat yang sedang berdiskusi entah membicarakan apa.

Karena sedikit mengganggu, telinga Elang mau tak mau harus ikut mendengarkan obrolan bapak-bapak tua itu.

Obrolan seputar bisnis sepertinya. Karena salah dua dari mereka ada yang sedang memegang iPad. Lumayan juga, sambil menunggu pesanan, Elang bisa mencuri dengar ilmu baru dari para senior yang tidak ia kenal.

"Atasannya Czoria Group ngajakin kita kerjasama. Gimana pak manajer? "

"Wah, lumayan" batin Elang.

"Loh, bukannya mereka sudah nyuntik saham di perusahaan kita?"

Obrolannya terdengar menarik. Pembicaraan melingkar dimeja sebelah sangat berbobot sekali. Elang jadi enggan berdiri dari duduknya.

"Ini beda lagi boss" ucap bapak-bapak yang sedang memegang iPad setengah berbisik. Namun, masih terdengar jelas oleh Elang.

"Kerjasama menggarap wanita. Hahah" dia tertawa.

"Kita senang-senang boss. Buat
ngerayain kesuksesan yang terjalin antara Czoria Group dan Samantha"

"Czoria dan Samantha" ulang Elang dalam hati.

Mereka pun tertawa lagi.

Kenapa obrolannya semakin aneh. Batin Elang menerka-nerka apa maksud dari isi pembicaraan mereka berempat.

BERONDONGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang