28

395 16 4
                                    

Elang duduk di kursi sambil memainkan ponselnya. Dia tidak sendiri. Ada Maya yang sedang memasak air panas untuk membuat kopi. Bukan untuk Maya, tapi untuk Elang.

Hanya kopi sachet tinggal seduh. Namun, behind the scene posisi Maya kini, telah diwarnai drama terlebih dahulu.

"May, bikinin kopi geh" titah Elang.

Mereka baru saja sampai digarasi rumah Elang . Bahkan, mereka belum keluar dari mobil.

"Belum juga napas menghirup udara diluar gue Lang" Maya mendengus sebal.

Elang hanya nyengir dengan polosnya.

"Balas budi" bibir Elang membentuk garis lengkung.

"Ck.. perhitungan" gumam Maya.

"Delivery aja sono ah" tolak Maya sambil menutup pintu mobil.

Elang juga ikut keluar dari mobilnya mengikuti langkah Maya.

"Hp gue lowbat, lagian ini udah jam 11 malem" jelas Elang dari belakang tubuh Maya.

Maya hendak naik tangga, namun ia berbalik badan untuk menyahuti ucapan Elang.

"Gue cape Lang" jujur Maya disertai adegan bahunya yang meluruh lemah.

"Hmmm" Elang meninggalkan Maya dengan raut muka pura-pura kecewa.

Sebenarnya, Elang belum mengantuk. Hanya saja Elang ingin mendengarkan cerita Maya hari ini. Elang butuh penjelasan tanpa diminta.

Dengan cara seperti itu, Elang berharap ada niat ataupun ucapan keceplosan yang terlontar dari mulut Maya. Hanya untuk sebuah penjelasan.

"May?" Elang memanggil Maya dengan mata fokus ke layar ponsel.

"Hmm" Maya hanya berdehem tanpa menoleh.

"Lo diapain?" Elang bertanya curiga sekaligus was-was.

"Gue?" Maya menunjuk dirinya sendiri.

Elang menatap Maya tajam. Maya hanya menggaruk tengkuknya yang tertutup rambutnya yang basah.

"Bisa-bisanya ya lo" Elang masih menatap Maya tanpa berkedip.

Maya menunduk takut.

"Ini apa?" Elang mendekati Maya yang sedang berdiri di dekat kompor.

Ponsel Elang menampilkan gambar Maya yang sedang dicium oleh pria. Dari foto yang terpampang di ponsel, si pria seolah menikmati cumbuan tersebut. Terlihat dari matanya yang terpejam. Posisi Maya hanya terlihat rambutnya saja yang awut-awutan. Wajahnya sama sekali tidak tampak seluruhnya.

"Bisa cerita?" gigi Elang menyatu dengan mata terus memandangi Maya.

Maya menelan ludahnya berkali-kali.
Jarak mereka berdiri sangat dekat. Sehingga Maya bisa merasakan sorotan mata Elang yang mengeluarkan aura mengintimidasi.

"Airnya dingin yang" lidah Maya tidak sengaja terpeleset karena takut. Begitu menyeramkannya sosok Elang.

"Eh, Lang" ralat Maya kemudian.

Elang tidak terkecoh dengan typonya ucapan Maya baru saja.

"Masih gak mau cerita?" Elang gemas sendiri melihat Maya yang terus menunduk sambil meremas jari-jarinya.

"Ehmm.." untuk mengangkat wajahnya pun, Maya ragu.

Elang menarik lengan Maya kemudian menyuruhnya duduk dikursi.

BERONDONGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang