57

233 18 4
                                    

Tangan Elang yang terkepal ia pukul-pukulkan ke pahanya. Hatinya terasa panas. Nafasnya pun memburu. Apa yang tadi ia lihat sungguh diluar dugaan. Elang tidak rela Maya berpenampilan seperti itu. Elang juga tidak suka ketika Maya bermanja pada orang lain.

Semua tentang Maya, Elang tidak suka.

"Ck... Sebenci ini gue sama dia" batin Elang.

Elang masih tidak mengerti ini perasaan apa. Seperti benci namun tidak berkepanjangan. Elang benci hanya pada saat tertentu saja. Selebihnya...

Nyaman.

"Door!!"

Seorang wanita cantik menepuk pundak Elang lumayan keras dengan suara yang nyaring. Wanita itu kemudian memeluk leher Elang dan mencium pipi Elang dengan gemas.

"Kaget gak yang?" tanya Rere disertai tawa renyah.

"Jantung aku kaya mau turun ke usus tau Rere.." jujur Elang sambil berusaha melepaskan pelukan Rere.

"Haha... Lagian ngelamun aja si. Ngelamunin aku yah yang?" Rere mencium pipi Elang lagi.

Elang mulai risih,"Udah ya Re. Malu diliat orang-orang" tegur Elang dengan lembut.

Elang tidak bohong. Mata para pengunjung cafe Lorean  tertuju pada mereka berdua. Terutama ibu-ibu yang beraksesoris emas sampai siku. Mereka seakan mendapatkan peristiwa yang bisa dijadikan berita aktual dan terpercaya untuk diperbincangkan.

Sengaja Elang pergi ke cafe yang menurutnya lebih sepi. Daripada dia harus satu cafe dengan manusia berkuncir dan lelaki tengil tadi. Semakin lama di sana, mungkin Toro dan Maya akan semakin menjadi memanas-manasi Elang. Jadi, Elang memutuskan untuk pergi tanpa pamit saja.

"Iih kamu. Aku kan pengen dimanja sama kamu yang. Kangen tau" rengek Rere manja.

Rere menjatuhkan pantatnya ke kursi yang berada disamping Elang. Kakinya ia hentakkan ke lantai tanda merajuk. Bibirnya pun mengerucut kode ingin dicium. Ikan cucut saja kalah.

"Ya gak di sini juga Rere" ucap Elang setengah berbisik.

"Yaudah pindah" ketus Rere.

"Kemana?"

"Nyari yang beda"

Elang mengerutkan keningnya.

"Ke jembatan penyebrangan orang?" tebak Elang asal.

Rere melongo. Imajinasi Elang tinggi sekali. Bahkan Rere pun tidak terpikirkan untuk pergi kesitu.

"Kamu mau ngajak aku ngemis yang?"

"Mau bunuh diri sih kayanya" jawab Elang ngawur.

"Iihh.. kamu ya" Rere menjewer telinga Elang.

"Re.. sakit ishh" Elang mengusap-usap telinganya yang memerah.

"Sakit yaaaa yang... Uhhh" ucap Rere manja sambil meniupi telinga Elang yang ia cubit.

Bulu kuduk Elang merinding seketika.

"Ahh... Anjing" batin Elang merutuki keimanannya.

"Udah gak sakit kan yang?" tanya Rere.

"Ngga"

Rere kemudian menarik lengan Elang dan memeluknya.

"Apa yang kamu rasain waktu aku tiup telinga kamu, sayang?" tanya Rere pelan namun menggoda.

Rere sengaja.

Gesekan baju Rere di lengan Elang membuat lelaki yang kini dilanda gelisah itu tersadar akan sesuatu.

BERONDONGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang