16

527 19 1
                                    

"Bang Roney..." teriak Melan senang saat melihat kepala Roney menyembul dari balik pintu.

"Yah,.. ketahuan deh" ucap Roney lesu. Namun, senyuman tulus terukir setelah melihat wajah sumringah Melan.

"Tadinya kan abang mau ngagetin Melan" jujur Roney.

Melan memeluk Roney erat.

"Yaudah ulang lagi" usul Melan.

Roney terkekeh sambil mengelus puncak kepala Melan.

"Kurang kerjaan" Roney tertawa dan melepas pelukannya.

"Masak apa Mel?" tanya Roney.

"Belom bang. Lagi males masak. Pesen aja ya?" tawar Melan.

"Padahal abang pengen makan masakan Melan"

"Mager ah"

Melan menyalakan televisi yang berada diruang tamu. Roney ikut duduk disamping Melan.

Kaki Melan yang menjuntai dan pahanya yang terlihat kosong, tidak disia-siakan Roney. 

"Biasain kalo dirumah jangan pake celana pendek Mel.." tegur Roney.

Roney meletakkan kepalanya diatas paha Melan. Kakinya ia selonjorkan disofa. Walaupun panjang kakinya tidak muat disofa, namun bagi Roney itu sudah menjadi tempat tidur ternyaman. Selagi Roney bersama adik tersayangnya. Melanie Tashya.

"Kebiasaan dah" Melan menggeplak kening Roney.

Roney memejamkan matanya tidak melakukan perlawanan.

"Cape Mel" lirih Roney.

Melan sangat prihatin. Tidak tega mendengar keluhan yang sarat akan kesedihan itu. Ucapan Roney bermakna ambigu. Bahkan, terlalu banyak penjabaran untuk "Capek" nya Roney.

"Yaudah tidur" titah Melan pelan.

Melan tidak berani mengeluh kepada Roney yang jarang sekali mengunjunginya. Hanya kepada Elang, Melan berani dengan leluasa menangis menanyakan keadaan Roney.

Tak jarang Melan mencurahkan semua isi hatinya. Tentang kesepiannya Melan dirumah. Tentang Melan yang tidak boleh keluar rumah selain pergi ke sekolah. 

Ayahnya telah menelantarkan mereka berdua. Itu yang mereka rasakan.

"Maaf ya. Abang lagi sibuk akhir-akhir ini" ucap Roney dengan mata tertutup.

"Heem" jawab Melan sekenanya.

"Kok gak ikhlas?" protes Roney.

"Emang tau?"

"Kedengeran dari juteknya"

"Sotau" ucap Melan singkat.

"Kecilin volumenya. Gak bisa tidur nih mata" omel Roney.

Melan tidak menggubris. Matanya fokus pada film yang ditayangkan di salah satu stasiun tv swasta tersebut.

"Waktu buat tidur siang mau habis. Jangan nonton tv mulu" Roney merebut remote tv yang berada di tangan Melan.

"Ihh abanggggg!!" pekik Melan.

Melan menjenggut rambut Roney saat melihat televisi yang ditontonnya hanya menampilakan layar hitam.

"Sakit Mel.. Assshh.." Roney menahan tangan Melan, berusaha menghentikan aksinya yang terus menjambak rambutnya.

"Abang gigit nih" ancam Roney.

"BUAYA!!!"teriak Melan.

"Isshh,. satu aja belom punya" ucap Roney sambil menahan nyeri dikepalanya. Rambutnya terasa seperti tercabut hingga keakar-akarnya.

BERONDONGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang