Bagian 2 (revisi)

8.4K 606 3
                                    

Di sebuah kamar tampak seorang anak laki laki yang masih bergelut tenang di alam mimpinya, hingga akhirnya sinar mentari pagi yang menyilaukan mulai mengusik tidur bocah lelaki itu. Ia terjaga dan memandang lama pada langit-langit kamarnya.

Pikirannya mulai berkelana pada hari dimana pertama kali ia menginjakkan kaki di tempat ini. Waktu ternyata telah berjalan dengan begitu cepat hingga tak terasa sudah 5 tahun ia jalani bersama keluarga barunya di tempat ini. Seiring berjalannya waktu Valda juga semakin terlihat ceria dan mulai terbuka pada orang orang di sekitarnya. Dulu ia hanyalah bocah kecil yang sangat penakut dan malu malu saat pertama datang namun kini ia telah berumur 14 tahun, bisa dibilang ia sudah mulai menginjak masa remajanya. Masa dimana seorang anak lelaki remaja pada umumnya akan berada di fase labil di awal pubertas mereka.

Valda sama hal nya dengan anak laki laki pada umumnya, semakin hari semakin banyak saja tingkah kelakuannya yang membuat ibu Saras geleng geleng kepada. Salah satu tingkah nya yang terbaru adalah kemarin memasukkan kodok kedalam baju Andika, teman sekamar nya, yang berimbas Andika tidak mau berbicara dengannya.

Bahkan pagi ini ketika Valda telah selesai dengan rutinitas bangun paginya, saat ia berpapasan dengan Andika ia sama sekali tidak di hiraukan Andika, bahkan saat Valda menyapanya Andika bertingkah seperti tidak ada orang.

Hal itu membuat Valda yang notabene nya adalah orang yang mudah terpikir tentang banyak hal mulai merasa tidak nyaman dan menyesal, ia tidak bisa terus berlama lama dengan suasana seperti ini. Andika pasti merasa sangat kesal atas tingkah nya, Valda pun tidak ingin di acuhkan seperti ini. Dengan penuh niat Valda akhirnya berinisiatif untuk meminta maaf.

"Bang, oi bang" panggil Valda dengan cengiran khasnya, namun andika hanya diam saja tanpa ada respon yang berarti, Wajah Valda mulai berubah murung.

"Oi bang... Maafin Valda ya, jangan ngambek napa, ntar dikira cewek pms loh" masih dengan candaan Valda membujuk Andika berharap ia tidak di acuh kan lagi. Namun lagi lagi Andika hanya diam dengan raut wajah tanpa ekspresi nya.

"Bang Dika... abang ganteng deh, maafin Valda ya, ya bang.... " Jurus andalan mulai Valda keluarkan, lagi pula siapa yang tidak akan luluh bila dipuji, hehe

Andika memang tak menampakkan wajah ramahnya, hanya sebuah deheman yang keluar dari bilah mulutnya, namun hal itu saja sudah cukup bagi Valda karena berarti Andika sudah memaafkan nya. Valda sangat paham sekali dengan sikap abang nya yang satu ini, ia tidak akan berlama lama mendiami Valda.

"Yey! makasih bang" ucap Valda dengan senang

Valda menunjukkan cengiran khasnya lagi pada Andika lalu kemudian pergi membantu yang lainnya bersih bersih panti, membersihkan panti adalah rutinitas yang selalu dilakukan setiap hari, bagi ibu Saras kebersihan sangatlah penting, dan ia menanamkan prinsip tersebut kepada seluruh anak anaknya.

Valda kini sedang membantu mengepel lantai bersama kedua temannya Andini dan Fany. Awalnya semua berjalan normal normal saja, semua orang terfokus pada tugasnya masing masing, hingga hal menyebalkan mulai terjadi kembali ketika Valda tidak sengaja menyenggol ember yang berisi air pel.

Bukannya merasa bersalah dan segera membereskan tumpahan air, Valda malah kegirangan dan sebuah ide terlintas di pikirannya. Memanfaatkan kondisi lantai yang basah dan licin, Valda mulai mengambil ancang ancang dan meluncur layaknya seorang pesepak bola yang melakukan freestyle di lapangan setelah mencetak gol. Air mulai menyebar kemana mana dan membuat anak anak lain yang melihat tingkah Valda cengo jadinya.

Ibu Saras pun merasa darah akan mengalir deras ke kepalanya, tingkah anak nya yang satu itu tidak ada habisnya dan siapa sangka di pagi yang damai ini ada saja ulah nya yang membuat seisi rumah geger.

VALDA ADIWANGSA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang