Bagian 46

986 77 4
                                    

Tembakan nyaring dilancarkan Samuel tepat sasaran, Pistol yang tadinya di genggaman Vincent terlempar entah kemana

Vincent berteriak marah dan membanting tubuh Valda yang tidak berdaya ke lantai dan menginjak dadanya

"Kau cucu sialan! Harusnya kau berada di pihal ku! Pria bodoh itu sudah membunuh ibu mu Samuel!" Bentak Vincent

"Tindakan ayah saya bukanlah tindakan yang bodoh! Wanita pembunuh seperti dia telah membunuh sosok orang tua bagi adik saya! Kau tau sosok ibu seperti apa dia?! Setiap malam menjadi seperti jalang yang haus belaian keluar masuk bar! Dia tidak pernah mengasuh kami sedari kecil! Membentak bahkan melakukan kekerasan kepada kami mulai dari kami kecil! Tidak pernah memberi perhatian terhadap anak anaknya dan itu yang harus kami sebut ibu?!" Ucap Samuel dengan nada yang tenang namun tegas, memberi pukulan telak pada Vincent.

"Kau bajingan Vincent! Beraninya kau melukai adik kecilku! Bahkan lubang neraka kini tengah terbuka lebar menanti kedatangan mu tua bangka!"
Xaviera tiba tiba saja telah berada di belakang Vincent dan melekatkan moncong senjatanya tepat di tengkuk Vincent

"Apa apaan kau Xavier! Berani sekali kau menodongkan senjata pada kakek mu sendiri!" Dengan gerakan patah patah Vincent menoleh kebelakang

"Cih kakek pantat mu! Kau hanya tua bangka tak tahu diri bajingan! Kau pikir bisa menghalangi kami dengan anak buah bodoh mu itu? Bahkan orang orang ku sudah memukul rata mereka semua" Xavier tertawa

"Biar ku antarkan kau ke neraka tua bangka bau tanah!" Xavier mendorong Vincent hingga berguling di puluhan anak tangga

Badan Vincent yang berlumuran darah tergeletak tepat di ujung kaki Aldric
Di injaknya kepala Vincent dengan sepatunya dan memandang datar pada pria itu

"Tua bangka ini belum mati, ambil organ dalamnya dan berikan pada yang membutuhkannya. Ah jangan gunakan anestesi apapun" perintah Aldric, kemudian ia segera berlari keatas menghampiri anak bungsunya di ikuti Samuel

Xavier menepuk pelan pipi adiknya, meski hanya di respon tatapan sayu dari adiknya tapi setidaknya Xavier lega adiknya masih sadarkan diri

"Dek, dengar kak vier! Tetap bersama kami! Jangan tertidur!" Instruksi Xavier

"Vier, naikkan keatas punggungku cepat!" Perintah Samuel yang sudah berjongkok di depan Xavier

Saat Valda telah berada di punggungnya Samuel dan Aldric segera berlari keluar dan membawa Valda ke rumah sakit

Seorang bawahan menghampiri Xavier
"Lapor tuan, bom sudah kami tanam di seluruh area rumah, rumah ini siap kami ledakan"

"Kerja bagus, saat kami semua telah keluar mulai ledakkan saja rumah menjijikkan ini. saya sudah membawa beberapa polisi, setelah ini biarkan mereka yang bertindak dan menyelesaikan kekacauan ini. Ah satu lagi, suruh seseorang membawa wanita yang ada di ruangan itu" perintah Xavier dan menunjuk ruangan di sampingnya

.

Saat Valda membuka mata, Hal yang pertama ia lihat adalah ruangan bernuansa putih dan aroma khas obat obatan menyeruak di hidungnya
Saat menoleh ke samping ia melihat ayahnya tersenyum sambil mengusap surai hitam miliknya

"Anak ayah sudah bangun ternyata, bagaimana perasaan adek? Apa ada yang sakit hmm?" Tanya Aldric dengan nada yang lembut

Mata Valda terasa berembun, saat ia menggelengkan kepala air di pelupuk matanya itu mulai mengalir di pipinya, suara isakan kecil terdengar

Aldric memeluk sang anak dan membawa kepala anaknya di dadanya

"Tidak apa apa, ada ayah disini. Semua akan baik baik saja" ucap Aldric sambil mengusap punggung anak bungsunya itu

Valda menumpahkan tangisnya di dada Aldric, ia tak lagi menahan suara raungan tangisnya
Biarlah kali ini ia menangis hingga ia puas

Samuel dan Xavier yang baru saja memasuki ruang rawat Valda terdiam di depan pintu membiarkan ayah dan anak itu mengambil waktu mereka dahulu

Puas menangis, Valda perlahan melepaskan diri dari pelukan Aldric

Ayah tiga anak itu mengusap lelehan air mata yang masih tertinggal di pipi anaknya kemudian tersenyum menyalurkan ketenangan dan meyakinkan anaknya bahwa semua akan baik baik saja

"Maafkan ayah, ayah lalai dalam menjagamu. Ayah adalah ayah terburuk yang pernah ada" ucap Aldric

Valda menggeleng dan tertawa kecil
"Ayah tidak salah, ayah tidak pernah gagal dalam menjaga Valda. Jangan bicara seperti itu, Valda beruntung punya ayah di dunia ini" jawab Valda

"Hei bagaimana keadaan adek kak Vier ini hmm?" Tanya Xavier saat mendekat di ikuti Samuel di sebelahnya

"Kak vier, kak sam, Valda oke hehe"
Valda tersenyum

"Lihat kakak bawa apa?" Samuel memamerkan satu kantong penuh buah dan istimewa nya ada puding dengan gambar Minions

"Wahh!! Makasih kak sam (⁠つ⁠≧⁠▽⁠≦⁠)⁠つ"
Valda kegirangan

Tv di nyalakan dan kartun para makhluk kuning dimulai, Xavier duduk di samping hospital bed Valda dan menyuapi sang adik puding
Sementara Aldric dan Samuel duduk di sofa yang ada di ruangan itu saambil mengupas beberapa buah

"Bagaimana keadaan rumah itu sekarang?" Tanya Aldric pada Samuel dengan sangat pelan dan tentunya tidak akan di dengar Valda

"Semua sudah di bereskan yah, polisi sudah mengurus semuanya termasuk laporan penyelidikan" jawab Samuel tak kalah pelan "Dan pak tua itu sudah di eksekusi dengan beres"lanjutnya

"Kerja bagus" Aldric tersenyum senang

"Ayah.." panggil Valda tiba tiba

"Yes son?" Sahut Aldric

"Ayah kemarin nemuin kak Fany gak?"
Tanya Valda, baru saja ia ingat kalau kemarin ia juga bersama Fany

"Fany? Siapa itu? Ayah tidak menemukan wanita lain di rumah itu kemarin son" jawab Aldric

"Kalau kak Sam sama kak Vier gimana?"
Tanya Valda melirik Samuel dan Xavier bergantian
Tapi kedua kakaknya itu menggeleng polos

Kening Valda mengernyitkan bingung, harusnya saat itu masih ada Fany di sana, apa jangan jangan Fany melarikan diri dan meninggalkannya saat itu?

"Jangan berfikir terlalu keras dek, sekarang fokus saja pada penyembuhan mu, apa adik kak Vier ini ingin selalu bolos sekolah hmm?" Ucapan Xavier membuyarkan lamunannya

"Valda anak teladan ye! Gak mungkin terus terusan bolos" protes Valda

"Tentu, adik kak Vier ini anak teladan meski sering tidur di kelas kan?" Xavier terkekeh

.

Sore ini Valda dan kedua kakaknya tengah berada di taman rumah sakit,
Tulang kaki Valda retak sehingga ia tidak dapat berjalan untuk sementara waktu jadinya saat ini ia di diatas kursi roda yang di kini di dorong pelan oleh samuel

Ketiganya menikmati suasana taman yang hangat dan asri, sesekali mereka akan mengamati anak anak yang juga berada di taman itu

Di depan air mancur di tengah taman Valda meminta Samuel untuk berhenti dan diam sejenak disana

Matanya memandang sekeliling namun tatapan terhenti saat ia melihat punggung seseorang yang di kenalnya

"Kak Sam! Cepetan jalan kedepan!" Ucap Valda tergesa gesa

Samuel yang bingung pun segera menuruti permintaan adiknya
Di dorongnya kursi roda adiknya itu hingga mereka sampai di dekat kursi taman yang di duduki seorang wanita

"Kak Fany?" Panggil Valda memastikan
Wanita yang di depannya itu benar benar orang yang ia kenal











T
B
C




Halo(⁠ ⁠╹⁠▽⁠╹⁠ ⁠)
Pa kabar?
Cuma mau bilang, aku alergi sad ending loh hehe

Makasih ya udah mampir
Sayang kalian banyak banyakkk ❤️❤️❤️❤️

Dadaaaaahhhhhh~♡

VALDA ADIWANGSA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang