Bagian 38

1.4K 138 13
                                    

Hai haiiii><
Awas banyak typo

Btw cover baru nich (⁠≧⁠▽⁠≦⁠)


















4 orang pria dengan baju serba hitam baru saja keluar dari mobil
Jangan lupakan kaca mata hitam pada masing masing mereka
Yang tertua membawa seikat bunga Daisy merah dan yang paling muda membawa sebuah keranjang bunga dengan banyak mawar putih di dalamnya
Dihadapan mereka hamparan tanah merah dengan banyak gundukan tanah tempat peristirahatan terakhir orang orang yang sudah tiada
aroma wewangian pun tak luput dari indra penciuman mereka
Yang tertua memimpin jalan diantara banyaknya pusara orang lain yang bahkan tidak mereka kenal

Sedangkan yang paling muda berjalan paling belakang dengan kernyitan yang mendalam didahinya

'ayah mau bawa kita ke makam siapa? Nenek? Kakek?'

Langkah mereka terhenti di depan dua pusara yang sedikit berdekatan, makam itu sangat terawat dan letak yang teduh
Di atas pusara itupun terlihat beberapa kelompok bunga yang sepertinya beberapa hari lalu baru saja di taburkan

Aldric bersimpuh di salah satu makam dengan Kepala yang menunduk dalam 
Melihat sang ayah melakukan tindakan tersebut membuat Valda maju dengan tatapan bertanya

Sedikit maju ke depan membuatnya dengan mudah membaca nama yang tertera pada nisan didepannya

Nama itu, nama wanita yang selama ini selalu ia harapkan kembali menemuinya,rumahnya
Bibirnya seakan kelu untuk sekedar mengucapkan sepatah katapun
Dengan gerakan yang terpatah patah ia menatap kearah sang ayah

"Amanda, kali ini aku datang dengan anak anakku, anak kita"

Mendengar perkataan Aldric Valda terduduk ditanah dengan tatapan tak percaya

"Maaf akhir akhir ini aku belum sempat lagi menemui mu, seperti biasa bunga yang paling kau sukai"
Aldric menaruh bunga Daisy merah di samping nisan wanita terkasihnya Amanda

Ketiga anaknya menyaksikan sang ayah yang terlihat begitu rapuh bahkan seakan akan menitikkan air matanya

"Ibu...
Kata pertama yang Valda ucapkan setelah lama ia terdiam
Air bening terus mengalir dari kedua netra kecil itu

Aldric membiarkan anaknya untuk berkelu kesah di pusara sang ibu

"Ibu.. ini Valda, Valda kangen sama ibu.. maafin Valda.. ibu pergi gara gara Valda kan? Anak nakal gak pantes disayang sama ibunya, makannya ibu ninggalin Vakda kan?--

Dengan sesegukan ia berusaha untuk terus berbicara tapi sepertinya hanya itu batasnya
Tangisannya menenggelamkan semua kata kata di kepalanya
Hanya tangisannya yang terdengar tanpa ada orang lain yang mengehentikannya

Samuel dan Xavier hanya terdiam, biarlah sang adik menyampaikan segala keluh kesahnya hari ini

"Valda minta maaf baru kali ini bisa ketemu lagi sama ibu.. Valda kira gak bakal pernah lagi ketemu sama ibu.. Valda juga sayang sama ibu.. Valda--

Tangisnya terdengar semakin keras membuat Xavier tak tega melihatnya, dibawa tubuh ringkih itu kedalam dekapannya membiarkan sang adik menangis sejadinya

"Va--valda nakal ya kak Vier?" Racaunya dalam dekapan Xavier

"Valda tidak nakal, Valda anak baik makannya ibu sayang sama Valda, jangan sedih ya nanti ibu juga akan ikut sedih melihatnya"

Valda menggeleng ribut dan terus menangis

Aldric tersenyum sendu menatap pusara Amanda
"Amanda, anak kita sudah besar, dia tumbuh menjadi remaja yang sangat kuat. Beristirahatlah dengan tenang di sana dan akan aku pastikan anak kita akan selalu bahagia. Hadirnya memberikan kebahagiaan bagi semua orang, jangan bersedih disana lihatlah anak kita sangat tampan seperti katamu akan aku lanjutkan membesarkan anak kita dengan penuh kasih sayang, terima kasih telah menitipkan seorang putra yang sangat hebat untukku. Jangan khawatir tentang hal apapun lagi, akan selalu ada namamu di hatiku, beristirahat lah dengan tenang di sana  istriku"

Lama berdiam di pusara itu Valda masih menolak untuk pulang dia ingin menghabiskan waktu lebih lama dengan ibunya
Biarlah celana dan bajunya kotor terkena tanah merah ia masih tetap betah duduk dan menangis

Di sela sela tangisannya ia bercerita tentang segala hal yang telah ia lalui tanpa ada lagi kehadiran sang ibu
Matanya sudah bengkak karena terlalu lama menangis bahkan suaranya sudah serak dan kata katanya tak lagi jelas terdengar

Tak ingin tinggal diam akhirnya Aldric turun tangan untuk membujuk anaknya  agar mau pulang
Meski tidak mudah namun akhirnya Valda mulai melunak dan bersedia meninggalkan pemakaman

"Ayah Valda pamit ya, makasih selama ini udah jadi ayah yang mau ngerawat dan ngebesarin Valda dengan penuh kasih sayang, maaf Valda belum bisa bikin ayah bangga" ucap Valda pada pusara ayah angkatnya Agam yang berada tepat di samping pusara Amanda

"Ibu, Valda pamit ya, maafin Valda gak bisa tinggal lebih lama sama ibu, nanti Valda janji bakal kesini lagi tapi ibu sering sering ya main ke mimpi Valda, anak ibu kangen di peluk dunianya. Valda pamit"

Akhirnya mereka berjalan menjauh dari pemakaman dan kembali kedalam mobil
Perjalanan yang mereka tempuh dari rumah cukup jauh bahkan membutuhkan waktu beberapa jam untuk kembali pulang

Selama di perjalanan hanya ada keheningan dan tidak ada yang sanggup memecah suasana berduka didalam mobil bahkan setelah sampai di rumah pun semua langsung berpencar ke kamar masing masing masih dengan raut wajah yang sendu

Setelah membersihkan diri Aldric keluar dari kamarnya untuk menemui anak bungsunya
Ia tak ingin anaknya itu berlarut larut dalam kesedihannya
Bagaimanapun mentari tidak boleh kehilangan sinarnya

Saat memasuki kamar dilihatnya sang anak telah berganti pakaian dengan tampilan yang lebih bersih namun masih dengan tatapan yang kosong
Tengah duduk ditepi kasur dan terus memandang ke luar jendela

Aldric duduk di samping anaknya dengan perlahan, dari dekat ia dapat melihat dengan jelas jejak air mata masih membekas di pipi dan mata yang memerah
Anaknya sudah terlalu lama menangis

"anak ayah, ingin mendengar sebuah cerita?"











T
B
C










Yang lagi puasa semangat!ᕙ⁠(⁠@⁠°⁠▽⁠°⁠@⁠)⁠ᕗ

Alurnya slow?

I know but..

Makasih ya udah mampir
Sayang kalian banyak banyakkk ❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️




Dadaaaahhhh~♡

VALDA ADIWANGSA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang