26.

124 16 0
                                    

.
.
.
.

Angin malam bertiup pelan membuatku merasa sedikit tenang. Sinar bulan terlihat jelas menerangi bumi ditampah dengan lampu lampu jalan yang membuat pemandangan malam hari tampak lebih indah.

[Mari bertemu dipinggir sungai Han]

Satu pesan masuk ke ponselku beberapa saat sebelumnya. Menunggu seseorang yang mengajakku untuk bertemu disini.

Susana sepi akan orang seperti ini membuat pikiranku jauh lebih tenang. Pikiranku dipenuhi oleh hal hal yang membuatku takut untuk pulang ke Indonesia. Aku takut jika akhirnya aku tidak akan kembali kesini.

Orangtuaku menjodohkanku dengan anak temannya, yang notabenenya adalah gebetanku saat SMA dulu, aku membencinya untuk waktu yang lama.

Akhir-akhir ini sebelum dijodohkan, aku sering mendapati pesan dari mantan gebetanku itu. Mulai dari pemintaan maaf sampai pernyataan bahwa ia menyukaiku. Aku mengabaikan semua pesannya, tapi ia tetap mengirimkannya bahkan setelah perjodohan kami diumumkan.

Bukankah tidak adil, ia sudah menyakiti hatiku dengan hinaannya, perlakuannya bahkan ia pernah membully dan mengolok-olokku didepan teman sekelas lainnya.

Tubuhku yang dulu jauh berbeda sekali dibanding dengan sekarang. Aku menghilangkan banyak bobot tubuhku, merajinkan diri untuk merawat diriku sampai akhirnya aku mendapati apa yang selama ini menjadi goalsku.

Tapi lihat, ia datang lagi saat aku menjadi lebih baik. Tanpa ada rasa malu lalu menyatakan bahwa dirinya menyukaiku. Ah itu hanya bualan semata, aku tahu jika ada tujuan lain dibalik perjodohan ini. Walaupun ayah bilang jika perjodohan ini semata mata hanya untuk menjalin hubungan pertemanannya yang lebih dekat.

"Maaf aku terlambat." ucap seseorang dari belakangku.

Yah. Dialah orangnya. Jeon Jungkook.

Saat aku sedang membereskan barang barangku, ia memintaku untuk bertemu disini. Katanya ada sesuatu yang ingin ia sampaikan padaku.

Aku hanya meng-iyakan saja karena tidak mau sesuatu yang akan ia katakan nantinya membuatku menyesal dikemudian hari.

Jungkook duduk disampingku. Diatas kursi kayu panjang. Seperti kursi taman pada umumnya.

"Tak apa." ucapku singkat

Setelahnya aku hanya diam. Tak bersuara sama sekali. Hal yang sama juga dilakukan oleh Jungkook. Kami tetap diam-diaman untuk beberapa saat.

Kurasa Jungkook sedang mencoba menyusun kata kata untuk dilontarkan. Aku dapat melihat raut wajahnya yang kebingungan sendiri.

"Jika tidak ada yang ingin kau katakan, lebih baik aku pulang saja. Aku harus membereskan barang-barangku. Aku tidak bisa begadang karena aku akan melakukan penerbangan pagi pagi sekali besok." kataku pelan.

"Tidak. Aku akan mengatakannya...."

"... Hari ini Keisya menyuruhku untuk mengatakan ini. Tidak. Dia mengatakan kau akan kembali ke negara asalmu besok pagi. Jadi aku memutuskan untuk menanyakan dan mengatakan beberapa pertanyaan. Ah tidak. Maksudk—" ucapan Jungkook terpotong olehku. Dia berbicara dengan tergesa-gesa. Membuatku sedikit khawatir.

"Pelan-pelan saja. Aku akan menunggu sampai kau selesai mengatakannya." ucapku sembari tersenyum padanya.

Jungkook menghela nafas kasar

"Baiklah. Aku akan langsung mananyakan pointnya. Keisya mengatakan kau akan dijodohkan dengan anak teman ayahmu setelah kau kembali ke negara asalmu. Benarkah?" tanyanya.

'Keisya bodoh. Sangat bodoh. Bisa bisanya dia mengatakan itu. Bagaimana aku merespon nya kali ini. Aku sendiri bingung.' aku merutukinya dalam pikiranku.

Destiny || JJK [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang