68.

99 17 0
                                    

.
.
.
.

[play music in multimedia]

Aroma perlatan medis adalah satu hal yang pertama kali Karin rasakan. Mencoba membuka matanya perlahan untuk melihat ruangan yang sudah membuat dirinya sedikit mual itu.

Menelusuri ke segala sudut ruangan untuk menemukan seseorang yang ia kenali. Tapi sayang, tak ia dapati satupun orang disini. Sedikit kecewa dan sedikit lega juga. Ia tak tahu mengapa jika dia masih berharap Jungkook ada disini menemaninya. Tapi tetap saja itu hal yang mustahil untuk diharapkan sekarang.

Ini masih siang hari, kemungkinan suaminya masih sibuk di kantor.

"Kau sudah bangun?"

Deg

Tersentak saat rungunya mendapati suara Jungkook keluar dari kamar mandi. Karin buru-buru menutup kembali matanya. Pura-pura tidur. Walau telat, Jungkook lebih dulu menangkap basah dirinya sudah terjaga.

Suasana hatinya berubah ketika mengingat kembali apa yang terjadi sebelumnya. Rasa takut dan marah bercampur menjadi satu. 

Perjalanan pulang dengan suasana hati gembira harus runtuh saat mendapati suaminya yang pulang bersama sekretarisnya. Tidak tahu apa yang terjadi setelah itu karena kesadaran dirinya hilang beberapa saat setelahnya saat akan pergi dari sana.

Awalnya ia yang akan memberikan kejutan pada sang suami karena hari ini merupakan hari ulang tahun pria itu. Tapi sialnya, rencananya hancur berantakan setelah presensi suaminya bersama sekretarisnya yang baru tiba di depan rumahnya.

Karin mencoba menetralkan detak jantungnya. Brankar tempat ia berbaring sedikit bergerak akibat Jungkook yang mencoba untuk ikut berbaring di samping sambil memeluknya dari belakang. Suaminya gila. Tidak sadar bobot tubuh yang berotot itu. Bagaimana jika tempat tidur ini ambruk nantinya. Karin khawatir keselamatan bayinya jika begini.

"Turun." titah Karin. 

Tak ada respon dari sang suami, Karin mencoba melepas dekapan sang suami dari tubuhnya, "Turun atau aku yang turun." ujar Karin ketus. 

"Tidak akan ada yang melihat, sudah aku kunci pintunya."

"Aku tidak peduli ada yang lihat atau tidak, turun."

"Karin..."

"Turun dan pergi dari sini, aku tidak mau melihat wajahmu."

"Aku bisa jelaskan, Karin."

"Aku melihatnya sendiri, tidak butuh penjelasanmu."

"Tidak seperti yang kau kira, sayang."

"Jangan memanggilku begitu jika kau berani berselingkuh, Jung."

"Aku tidak berselingkuh, Karin aku bersumpah. Aku hanya diantar olehnya karena mobilku mogok."

"Alasan, waktu itu juga dia mengatakan mobilmu mogok, nyatanya kau dan aku dijebak olehnya."

"Aku minta maaf, tapi aku tidak berbohong, mobilku benar-benar mogok, sayang."

"Berhenti memanggilku demikian. Kau bisa memintaku untuk menjemput atau naik taksi."

"Ponselmu tidak bisa dihubungi, dan kebetulan ia juga akan pergi searah dengan rumah kita."

Karin bergeming. Ponselnya memang mati saat perjalanan pulang tadi. Ia tidak berpikir bahwa Jungkook akan menghubunginya karena ia memang sedang dalam perjalanan pulang.

"Kau bisa menolaknya."

"Aku tidak bisa menolaknya, aku tidak melakukan apapun, dia hanya mengantarku pulang, Karin."

Destiny || JJK [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang