.
.
.
."Ada acara apa mba? Kok banyak banget makanannya?" tanyaku setelah menyaksikan betapa banyaknya makanan yang tersedia diatas meja makan. Bukan hanya itu, meja makan yang biasanya hanya ada empat kursi. Sekarang menjadi tujuh kursi.
"Nona Karin tidak tahu? malam ini calon nona akan datang untuk makan malam"
"Hah? Bercanda kan mba?"
"Mba serius kok, itu lihat saja ada kursi tambahan"
"Kenapa tidak ada yang memberitahuku"
"Mba tidak tahu"
"Sudah jangan bertanya lagi, siap siap saja sebentar lagi mungkin mereka akan sampai"Aku melangkahkan kaki ku menuju kamar orang tua ku, berniat untuk protes, tapi nihil. Mereka tidak ada disana, sepertinya masih diluar. Aku menghentak-hentak kan kaki ku, aku kesal tentu saja. Mereka tidak memberitahu pada ku sebelumnya.
"ih sudah besar jangan begitu lagi sayang" ucap Mba menemuiku dengan segelas jus jeruk ditangan nya. "Mungkin nyonya dan tuan lupa" Mba menyodorkan gelas berisi jus itu pada ku "ini diminum dulu" ucapnya lagi.
"Terimakasih mba, aku ke kamar dulu"
Mba. Salah satu orang yang menyaksikan perjalanan hidup ku sejak aku menghirup udara dunia untuk pertama kali. Orangtua ku meninggal saat umurku 11 tahun.
Seperti apa yang dikatakan oleh Jungkook malam itu, aku menghabiskan waktu kecil ku diluar negeri untuk pengobatan untuk penyakit ku. Gagal jantung. Penyakit yang hanya bisa disembuhkan dengan bantuan pendonor jantung.
Sudah dapat dipastikan betapa banyaknya dana yang dikeluarkan oleh orang tua ku untuk mengobati penyakit itu hingga pada akhirnya mereka terlilit utang. Ditambah lagi dengan perusahaan Ayah yang juga ikut bangkrut diwaktu yang sama.
Aku masih ingat dengan jelas saat Ibu menitip ku kerumah paman malam itu. Ibu mengatakan jika ia akan menjemput ku saat keadaan sudah kembali membaik.
Tapi ternyata Ibu bohong. Mereka membohongi ku. Mereka meninggalkan ku, tak pernah kembali lagi sejak saat itu. Satu hal yang aku tahu, mereka sudah tidak ada di dunia ini.
Orang yang dulunya ku sebut Paman dan Bibi berubah menjadi Ayah dan Ibu bagiku. Mereka meminta ku untuk memanggil mereka dengan sebutan "Ayah" dan "Mama", sama seperti sebutan untuk kedua orang tua ku sebelumnya.
Perlahan tapi pasti aku mulai terbiasa memanggil mereka dengan sebutan itu, awalnya aku hanya menurut tanpa tahu apa yang terjadi dibalik semuanya. Sampai akhirnya saat masuk SMA, mereka memberitahu yang sebenarnya padaku.
"Karin sayang, ayo turun semua menunggu" ucap Ibu dibalik pintu kamarku.
Dengan cepat aku memasukkan kembali foto keluarga kecil ku kedalam kotak coklat berpita. Satu satunya foto kenangan yang masih ku miliki. "Iyaa ma, bentar Karin hampir siap nih" ucapku sambil mengambil blouse biru laut dengan rok mini berwarna putih.
"Wah cantik sekali calon mantu tante"
Aku mendongak saat Ibu Chandra memuji ku untuk pertama kali nya. "Sudah gadis ternyata, sudah lama kita tidak bertemu bukan" ucapnya lagi saat aku duduk disampingnya, berhadapan langsung dengan Chandra.
Aku menarik senyum sekilas, "Hehe iya tan, makasih" ucapku.
Jujur saja, aku tak suka dengannya. Sama seperti anaknya, Ibu Candra juga pernah mengataiku dulu. Menghina ku karena bobot tubuhku dulu. Aku tidak tahu jika ia ternyata teman baik Ibu angkat ku dan juga suaminya teman baik Ayah angkat ku. Hahaha dunia suka sekali bercanda dengan takdir.
KAMU SEDANG MEMBACA
Destiny || JJK [END]
FanfictionHidupnya terlalu fokus pada apa yang diinginkan. Mengabaikan semua perkataan orang yang membuatnya jatuh. Karin. Wanita muda yang masuk ke dalam karya tulisnya sendiri. Menganggap semua kejadian itu adalah nyata. Menuduh semua orang membohonginya ka...