Disclaimer:
Di chapter ini terdapat banyak kalimat / kata yang menggunakan bahasa non-baku yang berarti itu bahasa Indonesia. Sedangkan bahasa baku (formal) itu bahasa Korea.
Oiya jangan lupa untuk vote and comment nya juga dear❣️
________________________________
.
.
.
."Kakimu sudah baikan"
"Sudah kak"
"Sudah bisa jalan?"
"Eum ya"
"Kau tidak sibuk kan?"
"Tidak kak, ini hari libur"
"Ah benar, mau main sepeda?"
"Tiba-tiba?"
"Tidak mau ya?"
"Bukan begitu, aku tidak memiliki sepeda"
"Belum sampai kah?"
"Apanya?"
"Hadiah ulangtahun yang aku janjikan saat kita camping"
"Hah? Kau benar-benar membeliku hadiah?"
"Menurutmu?"
"Sebentar kak, ada yang datang."
Karin melangkahkan kakinya menuju pintu apartment nya, membuka pintu lalu mengernyit kan dahinya bingung. Sudah ada kurir di depan pintu.
"Maaf aku tidak memesan apapun" ujarnya setelah kurir tersebut memberikan kotak kecil padanya.
"Ini kunci pengaman, sepedanya saya parkirkan di parkiran lantai bawah tanah"
"Hah?"
"Itu hadiahmu Karin, tidak perlu bingung begitu" terdengar suara Namjoon dari ponsel yang Karin jepit di sela-sela pundak dan telinganya, fokus menandatangani bukti serah terima barang.
"Aku kira kau melupakannya kak"
Karin masuk kembali ke dalam aparment nya, mengambil jacket lalu menutup kembali pintu apartement nya.Terdengar kekehan pelan dari Namjoon dari seberang telpon, "Tidak mungkin aku melupakan janjiku"
"Oiya aku hampir lupa berterima kasih padamu, terimakasih banyak kak" ucap Karin semangat, masuk kedalam lift untuk turun ke lantai bawah tanah—untuk melihat sepeda barunya.
"Kau sudah melihat sepedanya?"
"Belum, ini aku sedang menuju parkiran."
"Jadi bagaimana?"
"Apanya?"
"Mau bermain sepeda hari ini?"
"Aku tidak bisa mengendarainya, aku harus belajar terlebih dahulu baru setelahnya kita pergi bermain"
"Baiklah berarti kau setuju"
"Apa? tidak, aku benar-benar tidak bisa mengendarainya, sungguh"
"Aku akan mengajarimu nanti, dua puluh menit lagi aku kesana"
"Kak? tunggu dulu"
"Aku harus menyelesaikan instrumen ini sebentar baru setelahnya aku menjemputmu, jadi aku tutup dulu ya"
Panggilan terputus sepihak. Karin masih tetap bergeming. Namjoon langsung menutup ponselnya sebelum ia mengajukan penolakan. Bukan sepenuhnya penolakan, Karin hanya tidak mau terlihat bodoh di depan Namjoon jika ia tidak bisa mengendarai sepeda.
Siapa sih yang tidak bisa mengendarai sepeda di umurnya yang sudah dewasa. Bahkan anak kecil pun bisa mengendarai sepeda tanpa penyeimbang.
Yang menjadi permasalahannya adalah Karin tidak pernah lagi mengendarai sepeda setelah sekian lama. Terakhir ia naik sepeda saat duduk di bangku sekolah dasar, itupun tak jarang lutut dan lengannya penuh luka karena selalu jatuh dari sepeda untuk kesekian kalinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Destiny || JJK [END]
أدب الهواةHidupnya terlalu fokus pada apa yang diinginkan. Mengabaikan semua perkataan orang yang membuatnya jatuh. Karin. Wanita muda yang masuk ke dalam karya tulisnya sendiri. Menganggap semua kejadian itu adalah nyata. Menuduh semua orang membohonginya ka...