.
.
.
."Karin, bisakah kau membantuku briefing akting untuk syuting iklanku nanti?"
"Eum boleh, bagaimana bentuk iklannya?"
"Baiklah, disini iklannya seperti sedang melamar seseorang"
"Hah? maksudnya bagaimana?"
"Kau mendengarkanku, nanti aku akan mengucapkan kata-kata lamaran kepada pasangan iklanku, baru setelahnya kau yang akan menilai apakah bagus atau tidak aktingku"
Sakit. Rasanya sakit saat mendengarnya. Walaupun hanya akting, rasanya sakit membayangkan hal serupa tidak akan pernah terjadi padanya.
Bolehkah Karin egois. Ia ingin dunia berhenti sebentar saja. Biarkan dirinya mengeluarkan seluruh umpatannya. Biarkan Karin tidak ingat kejadian ini nantinya.
"Karin?" panggil Jungkook membuat buyar lamunan sang puan.
Karin memaksa senyum di wajahnya. Kembali menatap Jungkook, "I-iya, lanjutkan aku akan akan mendengarkan."
"Baiklah kita mulai ya"
Karin mengangguk pelan.
Jungkook merubah posisinya, berlutut di depan Karin. Tepat di depan sang puan membuat si empunya tubuh berdebar sia-sia untuk sang tuan.
"Aku menyukaimu, ah tidak. Aku mencintaimu. Sangat."
Sangat tulus, hingga sang lawan bicara berpikir jika ucapan Jungkook barusan bukan script akting melainkan adalah untuknya.
Jungkook mengeluarkan sebuah kotak kecil berwarna coklat pekat dari saku celana dan membukanya. Sebuah cincin bermata berlian kecil terpampang nyata. Cantik. Karin bersumpah.
"Maukah kau menjadi teman hidupku, menghabiskan waktu bersama hingga masa tua berakhir?" imbuh Jungkook lagi. Kali ini ia mewujudkan raut wajah yang seakan ingin mendapat jawaban dari sang lawan bicara.
Karin bergeming. Tertegun tentu saja. Seakan dunianya benar-benar berhenti setelah mendengar ucapan Jungkook.
"Kenapa tidak dijawab?" tanya Jungkook tiba tiba.
"Ah i-iya aku mau. Eh tidak. Maksudku kata-katamu sudah bagus, raut wajahmu juga serius hingga aku berpikir kau ingin melamarku tadi haha." jawab Karin, tidak lupa dengan tawa yang ia buat-buat. Mungkin jika ada yang melihat ini mereka pasti akan menertawakan kebodohannya.
Jungkook tersenyum. Gigi kelincinya terpampang jelas. Ia kegirangan.
Sebaliknya, Karin mengeluarkan senyum kecut di wajahnya.
"Ohiya kook, aku lupa jika aku ada janji hari ini, aku pamit ya"
Karin bangun dari tempat duduk. Langkahnya terhenti saat satu tangan menahan tangannya.
"Jika kau pergi, aku akan melamar siapa dong?" ucap Jungkook menatap Karin dengan wajah tulusnya yang sama dengan raut wajah yang Karin lihat sebelumnya..
Karin ingin menangis. Sungguh. Raut wajah Jungkook begitu tulus, tidak ada kebohongan di dalamnya.
"Kook, jangan bercanda, aku benar-benar sedang tidak ingin bercanda."
"Siapa yang bercanda? Aku serius."
Jungkook bangun dari tempatnya, mensejajarkan tubuhnya dengan Karin. Mengikis jarak diantara keduanya.
Perasaannya bercampur aduk. Senang sekaligus gugup. Karin ingin menangis sekarang juga.
Kumohon jika ini mimpi aku tidak ingin bangun dulu. Biarkan aku bahagia untuk sesaat saja.
![](https://img.wattpad.com/cover/182095304-288-k860468.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Destiny || JJK [END]
أدب الهواةHidupnya terlalu fokus pada apa yang diinginkan. Mengabaikan semua perkataan orang yang membuatnya jatuh. Karin. Wanita muda yang masuk ke dalam karya tulisnya sendiri. Menganggap semua kejadian itu adalah nyata. Menuduh semua orang membohonginya ka...