.
.
.
.Jam menunjukkan pukul dua pagi. Karin masih senantiasa menunggu suaminya pulang. Sudah kesekian kalinya Karin menghubungi ponsel Jungkook. Tapi sia-sia saja. Ponselnya tidak bisa dihubungi. Karin hanya bisa pasrah. Jungkook tak mengatakan apapun sebelumnya. Tak bisa menghubungi polisi karena belum 1 x 24 jam.
Karin sudah pulang dari rumah sakit seminggu lalu. Saat itu Jungkook baru tiba di rumah sakit saat malam hari, terlalu banyak pekerjaan yang harus ia selesaikan. Dari rapat lalu memeriksa sendiri beberapa kebun strawberry dan rumah produksi. Ia lupa bahwa dirinya meninggalkan ponsel sangking tak ada waktu untuk beristirahat.
Pria itu harus menyelesaikan semua pekerjaannya yang tertunda akibat cuti yang ia lakukan untuk honeymoon, walau tidak selesai agenda tersebut.
Pertengkaran kecil terjadi saat Jungkook menemukan presensi Yoongi yang setia menemani istrinya. Harusnya ia mengucap terimakasih, tapi Jungkook malah terbawa emosi. Syukurlah Karin tidak ikut terbawa emosi, ia tahu suaminya memiliki sejumlah pekerjaan sehingga rasa lelah dan cemburunya menjadi satu.
Jungkook menaruh perhatian lebih padanya semenjak saat itu. Bolak balik rumah sakit dan kantor setiap harinya. Waktu istirahat ia habiskan di rumah sakit menemani istrinya selama tiga hari. Hingga keluar dari rumah sakitpun, pria itu tetap menaruh perhatian penuh padanya.
Karin resign dari pekerjaannya sebagai psikiater. Bukan tuntutan Jungkook. Tapi inisiatif dirinya sendiri. Ia harus bertahan sendiri dalam keadaan hamil. Teror yang selama ini ia dapatkan sudah mulai menganggu pikiran dan moodnya. Faktor kehamilan mungkin.
Pria bejat yang berusaha melecahkan Karin saat itu sudah mendekam dalam penjara. Dengan bantuan Yoongi dan Jungkook, dalang dibalik penculikan tersebut ditemukan. Tapi sayangnya, hanya pria itu yang mendekam di penjara. Sedangkan dalang dari semua rencana busuk yang dilakukan pria itu tidak bisa dipenjarakan.
Sekretaris Jungkook. Wanita itu yang merencakan semuanya. Mulai dari menjebak Karin dengan nomor asing bahwa suaminya sedang butuh bantuan karena mobil yang ia kendarai mengalami mogok mesin. Selanjutnya ia membuat Jungkook melupakan ponselnya sehingga Karin akan menghubungi wanita itu. Mengiyakan bahwa Jungkook sedang dalam perjalanan padahal atasannya sedang melakukan rapat.
Ia sengaja mengirimkan pesan pada Jungkook untuk datang menemui Karin menggunakan nomor anonim. Berharap Jungkook akan melihat pesan itu lalu menyusul istrinya. Menyaksikan sendiri saat istrinya dilecehkan oleh orang suruhannya.
Sialnya, rencananya gagal total karena Yoongi. Wanita itu mendapat kabar bahwa Karin sudah diselematkan oleh teman dari atasannya. Tidak sampai disitu, sekretaris Jungkook sengaja mengubah jadwal atasannya untuk datang memeriksa kebun dan rumah produksi siang itu.
Angin malam menusuk ke dalam tubuhnya. Udara dingin terus menerus masuk melalui celah-celah fentilasi rumah. Musim dingin menambah lengkap kekhawatirannya malam ini.
Karin bingung harus melakukan apa. Ia sudah sangat khawatir. Jungkook tidak pernah pulang selarut ini sebelumnya. Walaupun ia lembur, Jungkook akan mengabarinya sebelumnya. Apalagi belakangan ini Jungkook selalu pulang cepat semenjak Karin masuk rumah sakit.
Wanita itu sudah mencoba segala cara untuk tidur, tapi sia-sia. Tetap saja matanya tidak bisa ia pejamkan sama sekali. Karin berharap saat ia tertidur suaminya akan pulang.
Melangkahkan kaki menuju ruang tengah dan duduk diatas sofa dengan sebuah selimut tebal membalut tubuhnya. Ponselnya masih setia ia genggam walau tak ada satupun panggilan maupun pesan yang masuk.
Karin sudah menghidupkan siaran televisi dari tadi, berniat untuk membuatnya lalai. Setidaknya kekhawatirannya berkurang sedikit. Tapi sama saja. Tak ada yang berkurang. Televisi menyala sendiri tanpa ia tonton.
KAMU SEDANG MEMBACA
Destiny || JJK [END]
FanfictionHidupnya terlalu fokus pada apa yang diinginkan. Mengabaikan semua perkataan orang yang membuatnya jatuh. Karin. Wanita muda yang masuk ke dalam karya tulisnya sendiri. Menganggap semua kejadian itu adalah nyata. Menuduh semua orang membohonginya ka...