Langit mengabu, angin malam berhembus pelan, rintik-rintik hujan mulai turun menyapa seorang gadis kecil dengan ibunya di depan teras rumah. Samar-samar penerangan cahaya dari teras rumah menerangi wajah sang ibu yang sedang melipat lututnya, mensejajarkan tubuhnya dengan sang anak yang terlihat kebingungan.
"Kalila mau ikut"
"Tidak boleh, Kalila tinggal disini dulu ya, bareng bibi sama paman"
"Mama mau kemana?"
"Ke tempat yang jauh"
"Kalila ikut, gamau tinggal disini"
"Anak kecil gaboleh ikut, bahaya"
"Gapapa, Kalila sudah besar"
"Sayang—" ucapannya terhenti, satu persatu buliran itu jatuh ke atas pipinya. Sang ibu menundukkan wajahnya. Berusaha untuk menyembunyikan wajah berantakan dari putrinya.
"Kenapa menangis? Apa tempatnya memang tidak boleh Kalila datangi?"
Sang ibu mengangguk.
"Yasudah, jangan menangis lagi, Kalila bakalan tinggal disini"
Ibu dari putri yang pengertian itu mendongakkan kepalanya, menatap wajah putri satu-satunya itu untuk terakhir kalinya.
"Janji akan kembali menjemput Kalila, kan?" jari kelingkingnya muncul ke udara, berharap sang ibu akan membalas ikrar janji untuknya.
Satu pelukan hangat tercipta dibawah rintisan hujan yang terus menghujani keduanya. Gadis kecil itu menurunkan jarinya. Menepuk-nepuk punggung sang ibu.
"Kenapa ga dijawab?"
"Baik-baik disini ya, selamat tinggal sayang" Kata terakhir yang diucapkan sang ibu sebelum pintu pagar di tutup kembali.
Tidak ada kata 'sampai jumpa kembali'. Tidak ada janji bahwa ibu dan ayahnya akan kembali. Bahkan disaat umurnya menginjak dewasa sekalipun, ia tidak tahu dimana tempat yang 'jauh' itu.
Seorang Kalila dewasa, ah tidak. Seorang Karin dewasa tidak pernah menemui lagi sang ibu yang mengatakan padanya bahwa ia dan ayahnya pergi ke tempat yang tidak boleh diinjaki anak kecil.
Karin membenarkan kain gingham yang tergulung akibat hembusan angin. Pemandangan asri di depan mata mampu menenangkan hatinya. Menikmati sendiri piknik kecilnya.
Ia merindukan ibu dan ayah kandungnya. Tapi tidak tahu harus kemana ia menyalurkan kerinduannya.
Matanya tiba-tiba saja menangkap seorang wanita dengan pakaian putih bersih sedang bermain dengan kupu-kupu cantik. Wanita itu tersenyum senang, begitupun dengan Karin yang juga ikut tersenyum karenanya.
Tubuhnya tanpa sadar bangkit, mengikuti arah langkah wanita berpakaian putih itu. Ia seperti tidak familiar dengan wajah wanita itu. Langkahnya terhenti saat seorang pria yang juga berpakaian serba putih menghampiri wanita tersebut.
Deg
Jantungnya berdetak tak beraturan setelah keduanya menatap kearahnya sambil tersenyum. Itu ibu dan ayahnya. Ia ingat dengan jelas.
![](https://img.wattpad.com/cover/182095304-288-k860468.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Destiny || JJK [END]
FanfictionHidupnya terlalu fokus pada apa yang diinginkan. Mengabaikan semua perkataan orang yang membuatnya jatuh. Karin. Wanita muda yang masuk ke dalam karya tulisnya sendiri. Menganggap semua kejadian itu adalah nyata. Menuduh semua orang membohonginya ka...