Bismillah semoga enggak berhenti di tengah jalan
Selamat membaca
***
"Bukan hanya pukulan yang membuat kita sakit, terkadang perkataan juga bisa membuat kita sakit, justru lebih sakit dari sebuah pukulan."
Zahra menundukkan kepalanya, ia menyembunyikan air mata yang terus mengalir membasahi pipi.
Kalimat yang diucapkan oleh Ibu mertuanya, berhasil membuat hati Zahra tersayat kecil.
"Dasar mandul."
Kalimat itu terus saja terngiang-ngiang di telinga Zahra. Sakit yang ia rasakan kini kian menjalar, membuat rasa sesak di dalam dada.
Zahra dengan segera mengusap air matanya. Dia tidak boleh menjadi wanita lemah, ia harus kuat demi Rumah Tangga dan cintanya.
Waktu sudah menunjukan pukul dua belas lebih sepuluh menit. Zahra memutuskan untuk segera mengambil air wudu, dan menjalankan kewajibannya sebagai umat muslim.
"Ya Allah, ampunilah dosa hambamu ini. Berikanlah hamba kekuatan dalam menjalankan ujianmu, Ya Allah," ucap Zahra mengadakan kedua telapak tangannya.
"Berikanlah jalan untuk rumah tangga hamba Ya Allah."
"Aamiin."
Zahra melipat mukena, bergegas menuju ke dapur. Seperti ruti nitas biasanya, Azka akan selalu pulang untuk makan siang.
Meski di kantor Azka terdapat kantin, Azka lebih memilih untuk pulang , menikmati suasana makan siang bersama istrinya.
"Masak apa?" tanya Wulan menatap Zahra, yang disibukkan dengan peralatan dapur.
Zahra tersentak pelan. "Masak sayur asam, Ma," jawab Zahra.
Wulan menganggukkan kepala samar. "Saya tunggu di ruang tamu, saya enggak bisa bantu kamu Zahra," ujar Wulan.
"Oh iya, satu lagi. Kalau sudah jadi, tolong panggil saya," ujar Wulan lagi, Wulan berjalan menuju ke ruang tamu.
Zahra tersenyum kecil, ia bersyukur karena masih bisa berinteraksi dengan Mama mertuanya, meski ucapan Wulan sangat dingin terhadap Zahra.
Beberapa menit , Zahra masih di sibukkan dengan peralatan dapur. Wajah cantik Zahra terlihat serius dengan pisau yang ada di genggamnya.
"Assalamualaikum, sayang."
Sepasang tangan kekar melingkar di perut Zahra. Zahra tersentak pelan, sebelum pada akhirnya ia mengetahui jika itu adalah tangan milik Azka.
"Waalaikumsalam," jawab Zahra lembut.
"Tumben banget jam segini udah pulang, aku saja belum selesai masaknya," ujar Zahra meletakkan pisaunya, membalikkan badan, dan menyalami tangan Azka.
Azka mengecup singkat kening Zahra. "Sengaja, biar bisa berduaan sama kamu," ucap Azka.
Zahra menundukkan kepalanya, berusaha menyembunyikan rona merah dipipi.
"Sayang, pipi kamu kenapa?" goda Azka saat melihat rona merah dipipi istrinya.
Azka memegang dagu Zahra, agar manik mata Zahra menatap matanya.
Mata mereka beradu pandang untuk sekejap, sebelum Azka mencuri sebuah kecupan singkat dipipi Zahra yang terlihat merah merona, karena ulahnya.
"Kamu lanjutin dulu masaknya, aku mau ganti baju dulu," ujar Azka setelah mencuri sebuah kecupan.
KAMU SEDANG MEMBACA
IMAMKU [END]
RomanceTAMAT DAN LENGKAP !!!! Kehidupan Rumah Tangga tidak selalu manis, terkadang hubungan itu memiliki masalah rumit yang melibatkan sakit hati untuk salah satu pihak. Rumah Tangga tidak selalu berpatok pada kehidupan yang manis dan harmonis, tapi ada ka...