Bismillah 🙏
***
"Kita bisa merasakan bahagia dan sedih diwaktu yang sama."
***
Wulan dan Tiya sedang berbicara dengan serius di kamar Tiya. Mereka berdua terlihat bahagia diatas penderitaan Zahra yang akan bercerai dengan Zahra.
"Jadi kamu yang memprovokasi rasa biar cerai sama Zahra?" tanya Wulan kurang percaya.
"Iya Mah," jawab Tiya dengan bangga.
"Bagus deh kalau gitu kan kamu sama Azka bisa cepat menikah," ujar Wulan mengusap lembut perut Tiya yang mulai membuncit.
Tiya hanya tersenyum untuk menanggapi perkataan Wulan. "Ayo kita keluar!" ajak Wulan menggenggam tangan Tiya.
Wulan dan Tiya menuruni tangga dengan hati-hati, hingga mereka sudah berada di tangga dasar hanya terdapat Ridwan yang duduk di depan Tv.
"Azka kemana Mas?" tanya Wulan membuat Ridwan mengalihkan pandangan, dari Tv ke arah Wulan yang berjalan kearahnya bersama Tiya.
"Terus Zahra juga kemana?" tanya Wulan celingukan mencari keberadaan Zahra dan Azka.
"Ke kamar," jawab Ridwan santai, kembali menatap acara Tv yang terlihat menyenangkan dimatanya.
"Satu kamar?" tanya Wulan duduk di kursi kosong sebelah Ridwan, dengan Tiya di sebelahnya.
"Iya, kata Azka. Zahra harus pindah kamar kan mereka berpisah, setelah semuanya selesai Zahra akan pindah rumah juga," jawab Ridwan.
Mata Wulan terlihat bahagia, tapi ada satu perasaan yang mengganjal di dalam hati.
Bukan kah ini yang ia inginkan? Tapi, kenapa Wulan merasa sedih mendengar hal itu.
"Oh," jawab Wulan singkat.
Tidak lama kemudian Zahra turun dengan membawa barang-barang nya. "Zahra kamu mau kemana?" tanya Wulan spontan.
Zahra terkejut, Wulan sedang berbicara kepada dia. "Ke kamar bawah Ma," jawab Zahra berbalik badan menatap Wulan.
"Saya bantu," ujar Wulan berdiri dari duduknya.
Ridwan menatap Wulan yang sudah berdiri di samping Zahra dengan tatapan heran.
Berbeda dengan Tiya yang menatap Wulan dengan tatapan terkejutnya, ia merasa kalau Wulan akan berpihak pada Zahra.
"Ayo!" ajak Wulan berjalan menuju ke kamar yang akan ditempati oleh Zahra.
Zahra mengekori Wulan dengan raut wajah bahagia dan terharu, setelah sekian lama akhirnya Wulan kembali mengajaknya untuk berinteraksi.
Wulan mengambil alih tas kecil yang berisi perawatan wajah Zahra, seperti skincare, sisir, parfum, dll.
Sedangkan Zahra, ia menyusun pakaian nya di dalam lemari.
"Zahra," panggil Wulan."Iya Ma," jawab Zahra menghentikan pergerakkan tangannya.
Wulan menghela napas. "Saya tidak tau apa yang terjadi terhadap diri saya sendiri."
"Mengingat jika kamu akan bercerai dengan Azka, membuat hati saya merasa janggal," ujar Wulan tetap menata perawatan wajah Zahra di meja rias.
"Saya meminta maaf atas perlakuan saya, mungkin mulai hari ini kamu akan saya perlakuan dengan baik. Untuk salam perpisahan kita," ujar Wulan menatap Zahra yang sedang berkutat dengan pakaiannya.
"Saya permisi dulu," ujar Wulan, ia yakin jika Zahra tadi mendengarkan ucapannya.
Zahra terdiam kaku, ia merasa bahagia dan sedih bersamaan. Ia bahagia karena Wulan memperlakukan ia selayaknya menantu, tapi ia merasa sedih ketika Wulan melakukan hal itu karena ia akan berpisah dengan Azka.
Meski Zahra tau bahwa perceraian nya dan Azka tidak akan pernah terjadi.
Tapi ada satu pertanyaan yang mengganjal dalam benaknya.
Apa Wulan akan tetap memperlakukan ia selayaknya menantu, ketika Wulan mengetahui jika ia dan Azka tidak bercerai?
Apa ia harus kembali menerima perlakuan yang tidak mengenakkan dari Wulan, jika Wulan sudah mengetahui bahwa ia dan Azka tidak akan bercerai?
***
Segini dulu yak.Sekian dari saya, jangan lupa untuk meninggalkan jejak.
See you next chapter 👋
KAMU SEDANG MEMBACA
IMAMKU [END]
RomanceTAMAT DAN LENGKAP !!!! Kehidupan Rumah Tangga tidak selalu manis, terkadang hubungan itu memiliki masalah rumit yang melibatkan sakit hati untuk salah satu pihak. Rumah Tangga tidak selalu berpatok pada kehidupan yang manis dan harmonis, tapi ada ka...