015/ Kompor alami:)

1.7K 126 11
                                    

Bismillah 🙏
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh, aku balik lagi. Baru bisa update, banyak tugas soalnya:)

let's read

***
"Terkadang cara kasar bisa menyadarkan seseorang."

***

Azka membalas pelukan Tiya, ia mengusap pelan punggung Tiya. Azka sedikit melupakan kehadiran Zahra, di kamar Tiya.

"Khem," suara Ridwan mengintruski Azka.

Buru-buru Azka melepaskan pelukannya, ia menatap Zahra yang masih bisa tersenyum dihadapannya.

"Ma - "

"Tidak apa-apa, aku paham," ucap Zahra menyela pembicaraan Azka. Ia merasa bosan dengan Azka yang terus menerus meminta maaf, tapi mengulangi hal itu lagi.

"Ya ampun, calon menantu Mama. Kamu enggak kenapa-napa kan?" Tiya menggeleng, ia masih memiliki Wulan yang mendukung keberadaannya.

Ridwan mendengus. "Alay," cibirnya.

"Apaan, sih Mas. Orang lagi khawatir juga."

Azka berjalan meninggalkan Tiya dan menghampiri Zahra yang menggenggam erat pakaian nya sendiri.

"Ayo, kita pergi dari sini."

Ridwan menganggukkan kepala. "Ayah ikut ya, Ka. Disini panas banget soalnya padahal udah ada AC," ujar Ridwan.

"Apa ada setan ya disini," ujar Ridwan lagi, menatap Tiya dan Wulan yang sedang berbicara.

Sebenarnya, Ridwan tidak ingin menyindir seperti ini. Tapi, ia tidak akan membiarkan pelakor datang merusak rumah tangga anaknya.

Meski, Wulan yang keras kepala itu selalu mendukung keberadaan Tiya.

Azka mengusap lembut telapak tangan Zahra. Ia memberikan keterangan untuk hati Zahra. "Ayo," ajak Azka menarik lembut tangan Zahra, agar istri Azka mengikuti langkah kakinya.

Ridwan mengekori mereka berdua dari belakang. Sesekali ia menghembuskan napas panjang, memikirkan bagaimana cara menyingkirkan perempuan itu.

Selepas kepergian mereka bertiga, Tiya mengubah wajahnya menjadi murung. "Kenapa sayang?" tanya Wulan melihat perubahan mimik wajah Tiya.

"Aku mau sama Mas Azka, Ma."

Wulan menghela napas, ia memijat pelan pelipisnya yang merasa berdenyut. "Biar Mama mikir dulu ya, intinya kamu akan tetap menjadi mantu Mama."

"Terima kasih ya , Ma."

Tiya tersenyum senang. "Yaudah ayo kita sarapan dulu!" Tiya menganggukkan kepala.

Mereka berdua berjalan menyusul ketiga orang yang sudah keluar lebih dulu.

Mereka berdua bergabung untuk sarapan pagi. Saat Zahra hendak mengambilkan lauk pauk untuk Azka, Wulan lebih dulu menyela.

"Biarin Tiya, kan sebentar lagi mereka sah jadi suami istri. Jadi sesekali Tiya belajar mengurus Azka, bukan hanya kamu doang."

IMAMKU [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang