Bismillah 🙏
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Update chapter 005, jangan lupa untuk meninggalkan jejak.
***
"Pernikahan bukanlah sebuah permainan, yang bisa dipermainkan."
***
Suara langkah kaki mengentikan percakapan antara Azka dan Wulan. Mereka berdua kompak menatap ke arah suara itu terdengar.
Ridwan, Ayah Azka datang menatap ke arah dimana Zahra berdiri dengan mata sembab.
Hebatnya gadis itu terus berdiam, tanpa menjatuhkan nampan yang ada di tangannya.
Deg!
Azka menatap arah pandangan mata Ayahnya, ia membeku, dan lidahnya terasa kelu.
"Za-Zahra," gumam Azka dengan nada yang bergetar.
Jantung Azka berdegup kencang, ia merasa seperti baru saja kepergok berselingkuh.
Zahra berjalan menuju ke arah mereka, dengan tangan yang menggenggam erat nampan.
Zahra meletakkan nampan di atas meja, sedangkan Azka terdiam seperti patung.
"Azka apa benar, perempuan itu selingkuhan kamu?" tanya Ridwan membuat Azka mantap mata Zahra yang berlinang air mata.
Kelemahannya adalah Zahra. Ia tidak bisa melihat air mata kecewa dari istrinya itu.
Azka menundukkan kepala. "Iya, yah," jawab Azka pelan, ia tidak sanggup menatap manik mata istrinya.
"Astagfirullah Azka." Ridwan mengelus dadanya sabar.
Bagaimana bisa anaknya menjadi seperti ini? Pikir Ridwan.
"Zahra, kamu duduk," tegas Ridwan, ia harus segera menyelesaikan semuanya.
Zahra menurut, ia duduk di sebelah Azka yang sedang menundukkan kepalanya.
"Kamu kenapa marah sih mas?" tanya Wulan, apakah ia tidak sadar, apa yang baru saja ia perbuat?
"Kamu itu perempuan Lan, seharusnya kamu bisa memahami perasaan Zahra."
"Seharusnya kamu itu bisa kasih support buat Zahra, bukannya bikin dia jadi down," ujar Ridwan.
"Kamu kenapa belaian Zahra, sih Mas?" Ridwan menghela napas, meski suasana memanas dia tidak boleh ikut panas, ia harus tetap sabar.
Karena, permasalahan akan cepat selesai jika kita menyelesaikannya dengan kepala dingin.
"Kita enggak punya anak perempuan, anak kita cuma Azka. Jadi, apa salahnya aku menganggap Zahra sebagai anakku sendiri," jawab Ridwan dengan nada lembut.
"Kamu ribet banget sih."
"Jangan jadi istri durhaka Wulan." Ridwan menggertakkan giginya. Istrinya ini sangat keras kepala sekali.
"Gini aja deh, Mama restuin hubungan Azka sama Tiya, mereka harus menikah." Wulan menggenggam lembut tangan Tiya, yang panas dingin.
Tapi, berkata genggaman dari Wulan. Tiya merasa jika ada yang mendukungnya, meski hanya satu saja.
"Terserah kamu. Aku bingung harus ngomong apa lagi sama kamu."
"Kita serahin semuanya ke Azka sama Zahra, karena kita enggak berhak itu campur rumah tangga mereka," pasrah Ridwan.
"Jadi, keputusan kamu bagaimana Akza?" Merasa namanya terpanggil, Azka mendongakkan kepalanya.
Azka menatap Zahra, yang memberikan ia senyum manis, meski matanya tidak bisa membohongi tentang keadaan hatinya saat ini.
"Aku mau mengakhiri hubunganku sama Tiya," jawab Azka.
Tiya yang tadinya merasa menang, kini ia merasa terancam posisinya.
"Aku enggak mau, Mas," sentak Tiya secara tiba-tiba.
"Kenapa?" Akhirnya Zahra angkat bicara, setelah terdiam membisu sedari tadi.
"Aku sayang sama dia Mbak, aku enggak bisa lepasin Mas Azka gitu aja."
Zahra menghapus air matanya. "Maaf jika saya lancang, apa kamu enggak laku? Sampai segitunya menginginkan suami orang."
Skakmat!
Tiya mati kutu, ia tidak bisa menjawab ucapan Zahra.
"Jangan keterlaluan kamu Zahra," ucap Wulan dengan muka merah padam.
"Apakah tidak ada lelaki lain di dunia ini, sampai kamu ingin mengambil kebahagiaan seseorang?" Tanya Zahra mengabaikan ucapan Wulan.
"Sudah Wulan, kamu hanya memperkeruh suasana," ujar Ridwan membawa Wulan pergi dari ruang tamu.
"Tiya, kamu dengar sendiri kan. Aku memilih untuk mengakhiri hubungan gelap kita," ujar Azka.
"Apa pun yang akan terjadi dimasa yang akan datang, aku Azka Abbiya akan tetap memilih Zahrana Bilqis , sebagai penguasa tertinggi didalam hati, dan kehidupan ku." Azka menggenggam tangan mungil Zahra, ia takut kehilangan seseorang yang memiliki tahta tertinggi dalam hatinya.
"Jadi, aku mohon setelah ini jangan ganggu aku lagi. Kamu tau kan dimana letak pintu keluar?"
Tanpa mengucapkan salam, Tiya pergi begitu saja setelah menyambar tas branded miliknya.
***
Bagaimana dengan chapter ini? Apa kalian beper dengan Mas Azka?
Semoga aja iya. Soalnya aku enggak jago bikin orang baper.
Jangan lupa meninggalkan jejak ya, terima kasih.
Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh
KAMU SEDANG MEMBACA
IMAMKU [END]
RomanceTAMAT DAN LENGKAP !!!! Kehidupan Rumah Tangga tidak selalu manis, terkadang hubungan itu memiliki masalah rumit yang melibatkan sakit hati untuk salah satu pihak. Rumah Tangga tidak selalu berpatok pada kehidupan yang manis dan harmonis, tapi ada ka...