029/ kebenaran dan Penyesalan

5K 161 18
                                    

Bismillah 🙏

Jangan lupa untuk meninggalkan jejak kalian yak, thank you.

***

"Permisi, maaf mengganggu waktunya."

Suara itu mengalihkan perhatian semua orang yang berada di ruang tamu.

Dari arah pintu berdiri Brian yang menggendong Gio. "Maaf mengganggu waktunya Pak," ujar Brian.

Ia berjalan mendekati Azka, dan menyerahkan lembar kertas. Tidak lupa ia menurunkan Gio dari gendongannya karena, anaknya itu semakin berat.

"Ada apa Brian?" tanya Azka menerima lembaran kertas dari Brian.

Brian tetap mengikuti Tiya, ia merasa ada yang janggal. Kenapa ia tidak bisa mengetahui hal yang sedang terjadi?

Brian berdiri di depan pintu ruangan Dokter Bianca, di dalam ruangan itu  terdapat Bianca dan Tiya yang sedang berbicara.

Meski Brian merasa jengkel harus mengakui jika ia menguping pembicaraan orang lain, tapi itulah kenyataannya.

Rasa penasarannya membuat ia melangkah lebih jauh, untuk mengetahui keberadaan yang ada.

"Jadi kamu mau kakak buat hasil tes DNA palsu?" itu suara Bianca.

Brian dapat mendengarkan suara itu dengan jelas. "Ini permintaan pertama aku untuk kakak, tolong kabulkan permintaan ku."

Brian diam, ia memikirkan segala teori yang menghantui pikiran.

"Jadi Tiya memiliki hubungan dengan Dokter itu?" gumam Brian

"Lalu apa hubungannya dengan Pak Azka dan Bu Wulan?" gumam Brian lagi, ia masih bisa mendengarkan ucapan antara dua saudara itu.

"Jangan-jangan ini ada kaitannya dengan kehamilan Tiya."

"Sialan, apa hubungan Tiya dan keluarga Pak Azka," umpat Brian.

Tidak lama kemudian Brian mendengarkan langkah kaki mendekat ke arahnya, ia buru-buru pergi dan bersembunyi.

Bianca mengangguk sebelum Tiya pergi. "Serahkan semuanya padaku, meski ini adalah sebuah kesalahan aku akan tetap melakukannya demi mu, Tiya. Meski kamu hanya adik tiri ku," ujar Bianca menatap punggung Tiya yang perlahan menjauh.

"Mungkin ini bisa menembus dosa Ibuku."

Brian masih bersembunyi di tempat persembunyiannya, ia memikirkan matang-matang rencana yang akan ia susun.

Tapi, satu kalimat yang ia dengar tadi mampu membuat ia berfikir panjang.

"Apa aku melupakan sesuatu?" tanya Brian pada dirinya sendiri, ia memukul pelan kepalanya.

Brian memutuskan untuk memasuki ruangan Dokter Bianca, ia menatap Dokter Bianca yang terlihat bingung dengan kehadirannya.

"Ada yang bisa saya bantu?" tanya Dokter Bianca dengan sopan.

Brian menggukkan kepala, ia duduk di hadapan Dokter Bianca yang sedang menatapnya dengan tajam.

"Sepertinya saya pernah melihat mu, tapi dimana?"

"Ini pertemuan kita untuk pertama dan terakhir kalinya," jawab Brian.

"Lalu apa yang bisa saya bantu?"

"Bolehkah saya meminta hasil Tes DNA Bu Tiya, ini adalah perintah dari Bu Tiya Langsung. Beliau mengutus saya untuk memusnahkan bukti yang ada," ujar Brian tanpa ragu.

IMAMKU [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang