026/ Tes DNA

2.3K 118 6
                                    

Bismillah 🙏

Jangan lupa vote yak. Terima kasih.

***

"Aku percaya kepada Tuhan, kalau percaya sama kamu nanti musyrik."

***

Aktivitas pagi berjalan seperti biasa, tapi untuk kali ini Azka tidak akan pergi ke kantor.

Ia akan pergi ke rumah sakit bersama dengan Tiya dan Zahra. Sebenarnya hanya Zahra yang akan menemani Tiya untuk melakukan tes DNA.

Tapi, Azka tetap kekeh dengan pendiriannya, ia ingin memastikan sendiri bahwa tes DNA berjalan dengan lancar, tanpa ada kecurangan sedikitpun.

Kini mereka bertiga sudah berada di depan resepsionis, untuk mengantri. Karena sebelumnya mereka belum membuat janji dengan dokter kandungan.

"Nomor 35."

Nomor urut Tiya dipanggil, kini mereka bertiga berjalan menuju ke ruangan dokter kandungan.

Setibanya di depan pintu ruangan dokter tersebut, Azka mengetuknya pelan sebelum membuka pintu itu.

"Silakan duduk Pak, Bu."

"Terima kasih," ujar Zahra sopan.

"Ada yang bisa saya bantu?" tanya dokter tersebut.

"Sebelumnya perkenalkan nama saya Bianca," ujar dokter itu yang memiliki nama Laura.

"Saya Zahra, dan ini suami saya Azka."

Kebetulan Zahra dan Azka memilih rumah sakit yang berbeda dengan, rumah sakit dimana ia dan Zahra melakukan konsultasi untuk program hamil.

"Saya Tiya," ujat Tiya mengerucutkan bibirnya.

"Jadi begini dok, saya ingin melakukan Tes DNA kepada janin. Apakah bisa?"

Dokter Bianca menggukkan kepala. "Bisa pak, mungkin akan ada resiko jika melakukan tes DNA di usia kehamilan dibawah 10 minggu."

"Tapi saya akan memeriksa kondisi kesehatan Ibu dan Janin yang sedang di kandungan, kuat atau tidak untuk melakukan Tes DNA," ujar Dokter Bianca, tidak ingin mengambil resiko yang membahayakan antara Ibu saj janinnya.

Maka dari itu, ia memilih untuk memeriksa kondisi kesehatan Ibu dan Janinnya.

"Kalau begitu silakan dok, saya percaya dengan kemampuan anda," ujar Azka memahami ucapan Dokter Bianca.

Ia juga tidak mungkin membahayakan dua nyawa sekaligus, jika langsung melakukan Tes DNA tanpa pemeriksaan lebih lanjut.

"Silakan berbaring di sana Bu," ujar Dokter Bianca menunjuk ranjang yang tidak jauh dari meja.

Tiya berjalan menuju brankar tersebut dan membaringkan tubuhnya. "Jadi yang periksa Bu Tiya?" tanya Dokter Bianca sedikit kebingungan.

Tiya mengagukkan kepala. "Baik saya mulai ya Bu Tiya."

Dokter Bianca memulai memeriksa kondisi kesehatan Tiya terlebih dahulu.

Hingga Dokter Bianca, berganti untuk mengecek kondisi kesehatan dan kekuatan si janin.

Dokter Bianca sesekali menggukkan kepalanya saat memeriksa kondisi janin Tiya.

"Selesai, mari saya jelaskan terlebih dahulu."

Tiya turun dari brankar dan duduk di samping meja Dokter Bianca, karena posisi depan sudah diisi oleh Zahra dan Azka.

"Jadi berdasarkan pemeriksaan saya tadi, bahwa kondisi kesehatan Ibu dan anak sangat baik."

"Kandungan Bu Tiya juga kuat," ujar Dokter Bianca menjelaskan kondisi Tiya dan kandungan nya.

"Jadi kita bisa melakukan Tes DNA?"

"Betul Pak, tapi itu tergantung dari Bu Tiya, mengijinkan untuk melakukan Tes DNA atau tidak."

"Saya ingin melakukannya Dok," ucap Tiya mengusap lembut perutnya.

Dokter Bianca mengangguk lalu berucap, "baik, mari ikut dengan saya ke ruang laboratorium."

Mereka bertiga keluar dari ruangan Dokter Bianca, dan mengekori Dokter Bianca untuk menuju Lab.

"Ibu Tiya dan Bu Zahra silakan masuk, untuk Pak Azka tolong tunggu di sini."

Azka mengangguk saja, toh ia memang tidak ingin masuk kedalam ruang Lab.

Dokter Bianca, Zahra, dan Tiya mereka memasuki lab, dengan Tiya yang langsung diarahkan untuk berbaring di atas brankar.

Sedangkan Zahra ia terdiam disamping Tiya, ia mengamati setiap hal yang dilakukan oleh Dokter Bianca meski ia tidak begitu memahami.

Satu setengah jam Azka menunggu di luar, pada saat itu juga mereka bertiga keluar dari ruangan Lab.

"Bagaimana Dok?" tanya Azka.

"Semua berjalan dengan lancar dan baik Pak. Untuk hasilnya kurang lebih dua minggu lagi akan keluar."

"Nanti jika hasilnya sudah keluar, pihak rumah sakit akan menghubungi Pak Azka," ujar Dokter Bianca.

"Baik Dok, terima kasih," ujar Zahra.

Mereka bertiga, Azka, Zahra dan Tiya berjalan menuju parkiran setelah semua biaya administrasi selesai.

Mereka akan pulang ke rumah.

***

See you next chapter. Jangan lupa untuk meninggalkan jejak, terima kasih.

IMAMKU [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang