004/ Orang ketiga

2.9K 186 28
                                    

Bismillah 🙏

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh semuanya.

Jangan lupa untuk meninggalkan jejak dengan cara vote dan komen.

Terima kasih.

***

"Allah tidak akan memberikan ujian yang melampaui batas kemampuan hambanya."

Satu bulan berlalu dengan cepat, selama itu juga Zahra merasa asing dengan Azka.

Apakah Azka bosan dengannya? Pikir Zahra.

Tapi, Zahra mencoba menghapus pikiran buruk itu. Dia tidak boleh mencurigai suaminya meskipun hanya sedikit.

Karena, lancarnya sebuah hubungan terdapat rasa kepercayaan.

Zahra beranjak dari tempat duduknya, bel rumah berbunyi sedari tadi.

"Iya, sebentar," ucap Zahra dari dalam rumah.

Saat pintu rumah di buka, menampilkan seorang perempuan dengan senyum menawan.

"Apa benar, ini rumah Pak Azka?" tanya perempuan itu.

Banyak pikiran negatif yang bermunculan di dalam otak Zahra, tapi ia kembali menepis pemikiran itu.

"Assalamualaikum."

"Eh! Waalaikumsalam," jawab perempuan itu menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal sama sekali.

"Iya, ini rumah Pak Azka. Ada perlu apa ya mbak?" Pertanyaan Zahra membuat perempuan itu mendengus kesal.

"Perkenalkan nama saya, Tiya Maulana. Panggil saya dengan nama Tiya." Tiya mengulurkan tangannya.

"Zahrana Bilqis." Zahra menerima jabatan tangan Tiya.

"Silakan masuk," ujar Zahra membuka lebar pintu rumahnya, menuntut Tiya menuju ruang tamu.

"Duduk dulu mbak, saya buatkan minum dulu." Tiya mengangguk dan duduk di sofa single.

Zahra menuju dapur, menyiapkan teh untuk Tiya.

Tak lama kemudian, Zahra kembali ke ruang tamu dengan membawa secangkir teh di atas nampan.

"Silakan diminum dulu," ujar Zahra dengan meletakkan cangkir teh, dihadapan Tiya.

"Terima kasih."

"Kedatangan saya kesini, ingin bertemu dengan Pak Azka. Apakah Pak Azka ada di rumah?" tanya Tiya.

"Kebetulan suami saya sedang kantor, kalau boleh saya tau. Mbak Tiya ada urusan apa ya sama Pak Azka?"

"Begini, saya adalah salah satu klien Pak Azka. Saya ke sini ingin bertanya tentang proyek rumah yang sedang beliau kerjakan," jawab Tiya.

Pikiran negatif kembali lagi menghantui Zahra.

Apakah mbak Tiya tidak bisa bertanya melalui hp? Pikir Zahra.

IMAMKU [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang