011/ Pernyataan

3K 153 22
                                    

Bismillah 🙏

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Jangan lupa untuk Vote ya. Terima kasih.

***

"Ikuti kata hati, karena hati tau apa yang kita inginkan sebenarnya."

***

Ridwan duduk di hadapan anaknya. Permasalahan ini bukan hanya Azka yang menanggung nya, tapi Zahra juga, dan itu mengganggu pikirannya.

Ridwan menyeruput kopi hitamnya yang mulai mendingin, ia bingung harus memulai dari mana. "Dimana Zahra?"

Azka menatap mata Ridwan. "Di kamar tamu," jawab Azka pelan.

"Kenapa?"

"Enggak tau. Yah, kemarin aku bilang gini sama Zahra, 'Maaf, jika aku telah membuat mu terluka, tapi untuk kedepannya aku tidak akan menorehkan luka itu lagi'."

Ridwan membelalakkan mata, terkejut. "Bodoh," ujar Ridwan terang-terangan.

"Iya, anak ayah memang bodoh."

Ridwan mengelak, "Emang kamu masih saya anggap sebagai anak?"

Azka mengangguk. "Iya," jawab Azka.

"Anak saya cuma Zahra, mana ada saya punya anak modelan setan kaya kamu," cibir Ridwan.

Azka mendengus tidak terima. "Mana ada saya punya anak seperti kamu, udah dikasih berlian malah cari batu bara."

Azka kalah telak, ia tau apa yang dimaksud oleh Ayahnya.

"Tapi kan, Azka udah enggak ada hubungan apa-apa sama Tiya," ujar Azka.

"Siapa juga yang nuduh kamu masih punya hubungan sama perempuan itu?"

"Ayah barusan."

"Terus kenapa kamu marah? Kalau nyatanya udah enggak ada hubungan sama perempuan itu," ujar Ridwan.

"Atau jangan-jangan, kamu masih punya hubungan ya, sama perempuan kaya setan itu," tuding Ridwan, dengan wajah julid nya.

"Cocok aja sih kamu sama perempuan itu."

"Cocok dari mana?"

"Cocok dari segi perasaan, sama-sama engga ada hati," jawab Ridwan dengan pedas.

"Hadeh Azka, coba dong contoh saya sebagai suami setia. Mana ada saya pernah selingkuh dari ibu kamu yang keras kepala itu."

"Ayah mah, tipe suami setia istri. Bukan kaya kamu tipe suami kalau dibiarkan begitu saja semakin menjadi-jadi," ujar Ridwan.

"Menjadi-jadi gimana sih? Orang Azka bukan siluman." Azka menatap Ridwan, dengan penuh tanda tanya.

"Contohnya selingkuh, mana selingkuh kamu itu udah hamil juga."

Azka membelalakkan mata, bagaimana ayahnya bisa percaya dengan Tiya begitu saja.

"Ayah percaya sama omongan Tiya?"

"Percaya, toh kemarin kamu diem aja. Enggak jelasin apa-apa. Selain itu, kamu juga ragu sama keputusan kamu sendiri."

Azka kembali membelalakkan matanya, jadi ia kembali melukai Zahra, saat ia tidak memberikan penjelasan apapun.

"Seharusnya aku berbicara tentang apa yang terjadi, bukan meminta maaf begitu saja," gumam Azka menyadari semuanya.

Ridwan menghela napas, berdiri dari duduknya, menepuk pelan pundak Azka, dan ia duduk kembali.

"Azka apa keputusan kamu?" tanya Ridwan menyadarkan Azka.

"Aku bingung Ayah, bagaimana bisa aku mengorbankan anak yang tidak tau apa-apa," jawab Azka menundukkan kepalanya.

"Jadi, benar kamu yang udah hamilin Tiya?" Ridwan menggertakkan giginya, marah.

Azka menggelengkan kepala. "Bukan, Azka aja enggak pernah jajan di luar, masa Azka bisa berhubungan badan sama Tiya."

Ridwan mengangguk-angguk. "Siapa tau, kan kamu cinta sama selingkuhan kamu itu."

"Enggak pernah, Yah. Dihati aku cuma ada Zahra seorang."

"Terus kenapa kamu selingkuh?"

"Enggak tau, kayanya waktu itu aku udah putus asa, buat dapat maaf dari Mama," jawab Azka, Ridwan nenyengitkan dahinya, ia bingung.

"Minta maaf? Emang kamu habis ngapain Mama kamu?"

"Azka enggak sengaja bentak Mama waktu itu, terus Mama marah. Ya udah habis kerja Azka samperin, dan minta maaf."

Mengalir lah cerita satu bulan yang lalu, cerita yang memporak-porandakan kehidupan Azka sekarang.

Ridwan menghela napas panjang. "Seharusnya kamu bilang sama Ayah Azka," ujar Ridwan, ia sudah benar-benar marah.

"Enggak kepikiran, toh Ayah tadi udah enggak menganggap Azka sebagai anak Ayah."

Ridwan mendengus. "Terserah kamu mau gimana, yang penting kamu harus bisa memilih."

"Ikuti kata hati, bukan logika. Jangan sampai nyesel," ucap Ridwan berjalan meninggalkan Azka sendiri an.

Ucapan Ridwan bagai boomerang untuk Azka, ucapan Ridwan menyelesaikan semua kegelisahan yang menggangu pemikiran Azka.

Ia sudah memutuskan segalanya, ia sudah memilih siapa yang pantas menjadi pemilik hatinya.

***

Jangan lupa untuk meninggalkan jejak.

See you next chapter 👋

Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh.

IMAMKU [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang