028/ Pulang

3K 142 14
                                    

Bismillah 🙏

Jangan lupa untuk meninggalkan jejak kalian. Terima kasih.

***

Hari ini Azka pulang lebih cepat dari biasanya, tanpa terjebak macet sama sekali Azka sudah berada di depan rumah nya.

Ia baru saja pulang dari rumah sakit mengambil hasil tes DNA.

"Assalamualaikum," salam Azka memasuki rumah, pintu rumah sudah terbuka sejak tadi. Mungkin orang tuanya sedang berkunjung.

"Waalaikumsalam," jawab Zahra berjalan menuju Azka, mengambil alih tas kerja Azka.

"Ada tamu?" tanya Azka mengecup singkat kening Zahra.

"Cuma Ayah sama Bunda kok."

Azka mengaguk. "Aku tunggu di ruang tamu ya," ujar Azka saat Zahra hendak berjalan meninggalkan ia.

"Iya," jawab Zahra menuju ruang kerja Azka yang berada di rumah, ia meletakkan tas Azka di meja itu dan pergi ke bawah sesuai dengan ucapan Azka tadi.

Azka duduk di samping Ridwan, di hadapan Wulan dan Tiya yang sedang berbincang berdua.

"Tumben pulang jam segini?" tanya Ridwan menatap anak semata wayangnya.

"Hasil Tes DNA nya udah keluar," jawab Azka bersamaan dengan Zahra yang berada di ujung tangga.

Zahra berjalan menuju mereka, dan duduk di single sofa.

"Terus hasilnya gimana? Pasti negatif dong," ujar Ridwan.

"Azka belum lihat hasilnya."

"Kok belum?" tanya Zahra menyiapkan hati, untuk apa pun hasilnya nanti.

"Aku mau buka dihadapan kalian semua, biar enggak ada yang salah paham."

"Yaudah buka sekarang aja," ujar Ridwan menatap Azka yang menggenggam amplop berlogo rumah sakit.

Azka membuka amplop itu, ia membaca setiap kata dan kalimat yang tersusun rapi di atas lembar kertas yang dikeluarkan secara resmi.

"Positif," gumam Azka dengan lirih.

Bagaimana ini bisa? Pikir Azka.

Azka menatap Tiya yang terdiam sejak tadi Ridwan yang sudah tidak sabar dengan hasilnya, mengambil alih lembar kertas yang dipegang tadi.

Ia membaca hasil yang membuat Azka terdiam dengan menatap wajah Tiya.

"Gimana hasilnya?" tanya Wulan, jantung nya berpacu dengan kencang.

Entah mengapa ia lebih memilih jika hasil itu negatif, kenapa disaat seperti ini ia baru menyadari jika ia sangat menyayangi Zahra sebagai menantunya.

Wulan terlambat mengetahui perasaan sayang kepda Zahra sebagai seorang Ibu kepada Anaknya.

"Positif," jawab Ridwan tanpa beban.

Mungkin ini adalah takdir. Pikir Ridwan.

Zahra tidak menangis, ia  terdiam menatap Azka dan Tiya secara bergantian.

Zahra menghela napas, ia berdiri dari duduknya dan meminta lembaran kertas itu kepada Ridwan.

Ridwan memberikannya, Zahra mulai membaca setiap kata dan kalimat yang ada, karena ia kurang yakin dengan hasil yang diucapkan oleh Ayah mertuanya.

Tapi, kenyataannya ucapan Ayah mertuanya memang benar, bahwa dilembar kertas itu tertera bahwa hasilnya adalah

Positif.

Jadi, Tiya benar mengandung anak Azka? Tanya Zahra.

Ridwan menghela napas. "Sesuai dengan ucapan saya waktu itu, saya akan memberikan restu saya untuk pernikahan kalian yang akan diadakan sore nanti," ujar Ridwan menepati ucapan waktu itu.

Tiya hanya menggukkan kepala.

Apa ini benar? Tanya Tiya dalam benaknya.

"Saya tidak akan menghalangi pernikahan kalian," ujar Ridwan lagi.

Azka membelalakkan mata, ia terkejut dengan ucapan Ridwan. "Dan untuk Azka jangan menjadi lelaki pengecut, tepati ucapan mu waktu itu. Entah itu kamu dalam keadaan siap atau tidak siap."

Mau tidak mau Azka harus menepati ucapannya kala itu, ia tidak bisa mengingkari ucapan yang sudah ia buat sendiri.

"Saya akan mengalah dan memberikan restu," ujar Zahra tersenyum kecil kepada Azka.

Wulan menyaksikan semuanya, ia terdiam disatu sisi ia tidak menginginkan Azka dan Zahra berpisah, tapi di satu sisi ia menginginkan sebuah cucu, yang sudah ia tunggu kehadirannya.

Apakah ini sebuah penyesalan?

"Permisi, maaf mengganggu waktunya."

Suara itu mengalihkan perhatian semua orang yang berada di ruang tamu.

***

Jangan lupa untuk meninggalkan jejak yak. Terima kasih.

See you next chapter 👋

IMAMKU [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang