006/ Berdusta

3K 172 41
                                    

Bismillah 🙏

Assalamualaikum semuanya.

Jangan lupa untuk meninggalkan jejak.

***

"Wanita tidak butuh janji , melainkan buruh bukti"

***

Zahra melepaskan genggaman tangan Azka, setelah Tiya pergi meninggalkan mereka berdua.

Bukankah seharusnya Zahra senang jika Azka memilihnya? Tapi kenapa ia menunjukkan ekspresi wajah yang berbeda?

Zahra terlanjur kecewa dengan Azka, ia tidak menyangka jika Azka tega berselingkuh.

Zahra tidak ingin rumah tangganya hancur begitu saja. Apakah ia harus memanfaatkan kesalahan Azka, yang sudah menodai pernikahan suci mereka?

Zahra menghela napas, mungkin ini pilihan yang terbaik untuk dia dan Azka.

"Maaf," ujar Azka berlutut di hadapan Zahra, sebelum ia mengeluarkan ucapannya.

"Maaf, udah buat kamu nangis. Aku kira dengan memilih pilihan yang kedua, kamu enggak akan tersakiti."

Zahra menghela napas, ia harus mengumpulkan semua kesabarannya, untuk menghadapi pola pikir Azka.

"Mas, coba kamu pikir. Perempuan mana yang hatinya enggak sakit, saat di duakan."

"Perempuan mana yang rela berbagi? Enggak ada Mas, mereka hanya menginginkan menjadi satu-satunya, bukan salah satunya, dan itu juga berlaku untuk aku," ujar Zahra.

Menarik napas sebelum melanjutkan ucapannya. "Aku ingin menjadi satu-satunya, bukan salah satunya."

"Aku enggak tau harus gimana lagi, hati aku udah terlanjur sakit, aku terlanjur kecewa."

Azka menundukkan kepalanya, saat suara isakan tangis Zahra memasuki gendang telinganya.

"Maaf in Mas, sayang."

"Maaf," ujar Azka berulang kali meminta maaf. "Apapun keadaan kita, tolong jangan tinggal in aku, Mas enggak sanggup kalau enggak ada kamu. Mas terlalu lemah jika tidak ada kamu."

"Kasih Mas kesempatan satu kali lagi, aku mohon."

Azka memeluk kedua kaki Zahra, menumpahkan air matanya di kaki Zahra.

Kaki Zahra terasa basah, oleh air mata Azka.

"Berdiri Mas," ujar Zahra menyentuh kedua bahu Azka yang bergetar.

"Enggak." Azka menggelengkan kepalanya.

"Berdiri, jangan begini. Dengan kamu begini juga buat aku sakit hati."

Azka mendongakkan kepalanya, menatap manik mata Zahra yang terlihat memerah.

"Maaf," ujar Azka untuk sekian kalinya.

Zahra menghela napas, ini sudah menjadi keputusannya. "Aku kasih kamu kesempatan satu kali lagi, tapi aku mohon, jangan sia-sia in kesempatan itu."

IMAMKU [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang