Sebuah awal | Him, the freak

840 74 16
                                    


Hai, this is my first experience, hope y'all enjoy, sorry for typo's and happy reading..











📍Kafe Sebrang Kampus

Namanya Jasmine, mahasiswi cantik yang kini tengah menikmati seduhan hangat dari kopi pesanannya.

Ia duduk sendiri, tepat di sudut kafe, dengan ensiklopedia tebal yang menjadi pusat perhatian.

Kelas telah selesai sejak pukul tiga sore, niatnya mampir ke kafe hanya sebentar. Tapi nyatanya, semesta sedang tidak bersahabat. Sore ini, hujan.

Tak masalah, karena Jasmine suka hujan.

Baginya, aroma air yang berbenturan dengan aspal maupun tanah, bisa menggantikan lilin aroma terapi yang biasanya ia simpan di kamar.

Jasmine suka ketenangan.

Biasanya kafe ini akan ramai pengunjung, karena selain tempatnya yang terbilang aesthetic, letaknya juga strategis. Dan yang tak kalah terkenal adalah pelayanan serta menu yang disediakan memang memuaskan.

Kali ini sedikit sepi, mungkin karena hujan. Dan itu adalah salah satu alasan Jasmine mau menunggu reda sambil memesan kopi.

Jika ramai, mungkin ia akan memilih menerobos, seperti tempo hari yang lalu. Sudah dibilang kan, Jasmine suka ketenangan.

Perhatiannya pada ensiklopedia teralihkan, ketika tiba-tiba seseorang duduk dihadapannya tanpa permisi.

Jasmine menatapnya, menaikkan sebelah alis tanda bertanya.

“Rain.” kata orang itu.

“...”

“Rain.” ulangnya.

Masih tak dihiraukan oleh Jasmine.

“Nama gue Rain. Nama lo siapa?”

Jasmine menoleh ke kanan dan kiri, saat sadar bahwa pandangan orang itu tertuju padanya, ia lantas menunjuk dirinya sendiri.

“Iya, gue ngomong sama lo. Lagian ini dipojokan, lo noleh kanan kiri ya ngga ada orang.”

Jasmine kesal, banyak omong dan sok asik sekali orang ini. Jangan lupakan juga penampilannya yang tak biasa.

Mana ada orang yang mewarnai rambutnya dengan dua warna berbeda? Juga, dia memakai kaos putih dan celana pendek? Apakah dia gila? Hari sedang hujan dan cuaca begitu dingin.

“Maaf..” Rain menjeda sedikit ucapannya, lalu berbisik, “..lo ngga bisa bicara?”

Jasmine melotot, bagaimana bisa orang ini menyimpulkan bahwa dia tidak bisa bicara? Ia kan hanya malas, apalagi dengan orang asing.

Jasmine menormalkan ekspresi wajahnya kembali, “Jasmine.”

Rain tersenyum, “Nah gitu dong dijawab.”

Berkali-kali Jasmine menoleh ke arah jendela, berharap hujan akan mulai reda. Sebenarnya, ia tak apa jika menunggu lebih lama lagi, tapi saat ini keadaannya beda. Di hadapannya, ada orang asing yang mengaku bernama Rain itu, dan dia sangat cerewet.

Jasmine tidak tahan.

Rain terus berceloteh tak jelas, ia terlihat mengajak gadis pemilik eye smile itu berbincang. Tapi nihil, Jasmine hanya akan menjawab ketika ditanya, dan bertanya balik seperlunya.

“Jasmine, minta minum dong!”

“Minum? Bukannya kamu ada?” herannya, untuk apa Rain meminta minum miliknya ketika dia sendiri tadi telah memesan?

A Flower BookmarkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang