Sepuluh | Senja Pertama

143 41 22
                                    

Selamat malam gais, wahh malem banget ini, tapi gak papa yang penting kewajiban update udah aku lakuin ..

Semoga gak pada bosen ya kalau update nya tiap hari :(

Oh iya, udah cukup basa-basinya, langsung aja sorry for typo's and happy reading 💙










📍Pantai Pinggir Kota.

Ditemani suara deburan ombak yang beradu dengan hembusan angin .. dua insan berbeda pribadi tengah duduk dengan alas lembutnya pasir pantai.

Masing-masing netra menatap langit yang tak lagi biru, ia telah menampakkan sebuah gradasi indah .. perpaduan warna jingga dan merah.

Orang-orang biasa menyebutnya senja.

Rain dan Jasmine, keduanya berakhir di pantai tempat pertemuan mereka tempo lalu.

Setelah kejujuran Rain tadi siang, perihal alasan ingin mengantar Jasmine pulang, mereka justru mampir ke pantai pinggir kota.

Sedikit bingung awalnya, namun gadis berzodiak leo itu teringat perkataan Rain, katanya jika kelas selesai awal lelaki itu senang menghabiskan waktu di pantai.

Tak ada percakapan diawal, Rain memperhatikan wajah Jasmine yang kadang tertutup surai indahnya ketika tertiup angin. Ia membayangkan betapa cantiknya wajah itu ketika tersenyum.

Namun sayang, sudut bibir gadis itu jarang terangkat membentuk lengkungan cantik. Jasmine lebih sering menampakkan raut datar.

Rain semakin dibuat penasaran, ia ingin jauh mengenal Jasmine lebih dalam.

Yang diperhatikan, sibuk menatap semburat jingga yang memamerkan eksistensinya. Jasmine ini suka senja. Ia lalu menoleh, tepat saat itu jantungnya terasa lebih cepat bedetak.

Bagaimana bisa wajah Rain sedekat ini?

Jasmine terkejut dengan Rain yang menatap lekat dirinya dengan jarak sangat dekat.

"Cantik," puji Rain sambil tersenyum.

Dihelanya napas pelan, Jasmine justru memalingkan wajah membiarkan Rain sedikit cemberut.

'kurang cakep kali ya gue' batin Rain. Tidak tahu saja dia, efek wajah terlalu dekat tadi membuat jantung Jasmine tidak sehat. Rain terlalu sempurna.

"Jasmine.. " panggilnya.

"Apa?"

"Maaf kalau gak langsung pulang, tapi malah ajak ke pantai," sesal Rain.

Jasmine menoleh, lalu tersenyum. "Gak papa, aku seneng."

"Syukurlah kalau gitu."

"Hmm."

Seperti dèjavu, Rain merasa kejadian ini hampir sama seperti saat mereka pertama bertemu. Dirinya yang terus bertanya kemudian Jasmine menjawab seperlunya.

Apakah ini memang menjadi titik awal lagi?

Rain berpikir ia harus memulai semuanya sejak saat ini. Tidak ada lagi Rain yang mendekati Jasmine hanya karena kasihan, yang ada hanyalah .. Rain mendekati Jasmine dengan segala keseriusannya. "Jasmine.. "

"Iya,"

Dengan hati-hati Rain melayangkan pertanyaan, "waktu acara anniversary Ayah Bunda, lo kenapa?"

Gadis itu memberikan penuh atensinya pada Rain, "pengen pulang aja sih waktu itu."

"Tapi lo kelihatan beda gitu,"

"Beda gimana? Aku tuh gini, lempeng gak kayak lainnya."

"Bukan gitu, tapi—"

Ucapan yang belum selesai, lebih dulu dipotong, "ada sesuatu yang ngga bisa aku jelasin."

Bukan hanya Rain yang bingung, Jasmine juga sedang mencari jawaban tepat untuk pertanyaan ini. Tidak mungkin 'kan iya jawab dengan alasan 'takut jatuh terlalu dalam ke Rain.'

Rain mengangguk paham, ia tahu betul tidak semua orang mau menceritakan masalahnya, dan pasti setiap pribadi punya privasi.

Jika bukan Jasmine yang bercerita, ia tidak akan lagi langcang bertanya.

"Gue sering bayangin kalau tenggelam gimana rasanya.." celetuk Rain.

"Coba aja." Jawab Jasmine seadanya.

Rain justru tertawa, "gak ah, iya kalau ketemunya Spongebob mah masih mending kan. Nah kalau ketemu sama megalodon gimana?"

"Udah punah."

"Kata siapa?"

"Yaudah kalau engga percaya."

Rain Berdiri dari posisi duduknya, ia memandang lautan, "Jasmine kita gak tau gimana rahasia dasar laut, mungkin aja spesies itu masih ada, who knows?"

Jasmine tersenyum tipis, memang berbicara dengan Rain ini akan ada saja yang dibahas. "Rain.." panggilnya.

"Ya?" jawab Rain semangat.

"Kenapa suka ke pantai ini?"

Lelaki pecinta seni itu membuat gestur berpikir, "kenapa ya? Suasananya tenang gitu kayaknya." lalu netranya menyapu tiap sudut pantai, tidak terlalu ramai, "lo sendiri kenapa suka?"

Jasmine ikut berdiri, rambutnya tertiup angin membuat sedikit mengganggu, namun sangat cantik dimata Rain.

Atensi gadis itu tertuju pada matahari yang mulai tenggelam, "bagus banget, apalagi kalau cuacanya cerah."

Rain mengikuti arah pandang gadis di sebelahnya, sudut bibirnya membentuk senyuman, "iya indah, kayak lo."

"Ngga usah gombal."

"Gue jujur loh ini Min."

"Jasmine," koreksinya. Rain tertawa.

"Lo suka senja?" tanya Rain, Jasmine mengangguk. "Suka banget."

"Waktu pertama ketemu dipantai, itu ada senja indah gini gak sih?"

Memori Jasmine memutar kejadian tempo lalu, "ada. Tapi keburu dijemput kak Egi akunya."

Tanpa sadar keduanya tertawa, mengingat bagaimana Egi yang marah karena Jasmine lama dan justru bersama Rain. "Berarti ini senja pertama?"

Jasmine gagal paham, "maksudnya?"

"Senja yang kita nikmati bersama, untuk pertama kalinya. Dan gue janji, ini bukan jadi yang terakhir. Akan ada senja kedua, ketiga, dan seterusnya."

Ini yang Jasmine takutkan dari awal. Rain benar-benar berbahaya bagi hatinya, bagaimana bisa sosok lelaki random ini seakan-akan mencampur aduk perasaannya.

Jasmine hanya belum siap, jika nyatanya sikap baik Rain tidak sesuai ekspektasi juga harapan.

Jujur, Jasmine sudah jatuh hati, namun masih diselimuti keraguan. Bukan hanya pada Rain tapi pada diri sendiri.

Mengapa dengan semudah ini, ia jatuh hati?

Keduanya terdiam cukup lama, hingga Rain menggenggam jemari Jasmine, "Jasmine Julianne Arafani, perkataan gue tadi siang itu serius."

Lagi, Jasmine gagal paham, "yang mana?"

Ditatapnya manik indah Jasmine, Rain tersenyum, "gue mau perjuangin lo." katanya penuh keyakinan.

-TBC-

This beautiful Jasmine

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

This beautiful Jasmine




Wahh thank u yang udah baca, see u on the next chapter guys, luv u💙

A Flower BookmarkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang