Hai, selamat pagi, sebenarnya mau update nanti siang atau sore .. tapi aku full kegiatan kampus, yaudah karena takut lupa jadilah update sekarang aja..
Btw, jangan lupa vote dan komen 💙
Sorry for typo's and happy reading 💙
📍Kediaman Jasmine
Jasmine turun dari mobil Rain, hendak masuk rumah, mereka baru saja pulang dari kafe pukul delapan malam. Tidak pergi kemanapun, karena nyatanya hujan tidak berhenti dengan mudah, ia betah mengguyur bumi sampai malam.
Tadi, Jasmine ingin bertanya, mengapa tidak menerobos saja? Rain kan bawa mobil.
Tapi, pertanyaan itu tak sampai ia ucapkan, Jasmine merasa mereka tidak sedekat itu sampai berani meminta.
"Terimakasih, maaf merepotkan," ucap Jasmine, sedikit membungkuk menghadap Rain.
"it's okay, justru gue yang harusnya minta ma—ALLAHUAKBAR!!!!" Rain refleks memegangi dadanya, ia sangat terkejut dengan sosok yang sudah berdiri di depan pintu.
Otomatis Jasmine mengikuti arah pandang Rain, hampir saja ia melompat kaget, tapi ditahan. Jasmine harus jaga image, pikirnya.
Dia Egi, wanita itu membiarkan rambutnya tergerai, berdiri diambang pintu malam-malam begini, tanpa ekspresi. Egi memberi kode agar mereka berdua mendekat, tidak tau saja, kini Rain sudah berkeringat dingin.
"Assalamualaikum, kak Egi," ucap Jasmine.
"Assalamualaikum, kak, malam," kata Rain sedikit membungkuk, ia ngeri meihat tatapan tajam Egi saat ini.
"Waalaikumsalam, dari mana aja?"
Jasmine meneguk ludah gugup, Egi memang semenakutkan itu, tapi disisi lain ia juga bersyukur karena kakak iparnya ini sangat baik. "Kafe, kak. Tadi hujan."
"Itu bawa mobil, kan gak papa balik sebelum maghrib, mana pake ngga ngabarin lagi."
Jasmine tahu kenapa Rain tidak mengajaknya pulang walaupun membawa mobil, ia ingat Rain tidak suka hujan. Tapi sangat tidak mungkin hal itu menjadi alasan untuk ia katakan pada Egi.
Sedangkan Rain, sudah menggerutu dalam hati, mengapa Egi ini cerewet sekali?
Egi berdecak, "Lain kali—"
"Gi, ada apa, kok.. loh dek? udah balik?" Diam-diam Jasmine merasa lega, Arjuna datang. Kakaknya itu lebih tenang dibanding Egi.
"Baru balik Mas pertanyaannya, bukan udah balik. Ini anak muda kok malam baru pulang. Udah solat belum kalian?" Jasmine dan Rain kompak mengangguk, "udah di kafe, kak." jawab Jasmine.
Arjuna justru tersenyum jahil, "yaudah gak papa sih, yang penting udah balik juga. Kayak kita dulu gak pernah pulang malem aja deh Gi."
Egi mendengus, "ish!! tau ah, aku mau tidur," ia melirik Rain sekilas, "kamu kalau mau deketin Jasmine, pokoknya saya tes!" katanya, kemudian masuk kedalam rumah sambil menarik lengan Jasmine.
"Galak.." cicit Rain, Arjuna tertawa mendengarnya. "Sini masuk dulu, ngeteh atau ngopi gitu," ajaknya pada Rain.
Rain menggeleng, "udah malem, lagian saya gak sanggup ah hadapin istrinya kakak. Mental saya ngga sekuat baja."
Lagi-lagi Arjuna tertawa, Rain ini sepertinya satu frekuensi dengannya, "oke deh, makasih ya udah anterin Jasmine. Btw nanti kamu juga bakalan tau kenapa Egi protektif banget. Semangat mengejar adik saya."
📍Tempat ternyaman Jasmine: kamar
Pukul sepuluh malam, setelah mandi, Jasmine kini duduk didepan meja rias sambil mengaplikasikan beragam skincare rutinnya. Ia akan segera tidur, tak berniat belajar atau sekedar mengerjakan tugas.
Hari ini menjadi cukup panjang, kelas selesai siang dan Jasmine terjebak hujan, bersama Rain.
Berbicara soal Rain, Jasmine melirik cantelan baju di sudut kamarnya, ada jaket milik lelaki itu. Ia memakainya tadi, karena cuaca sangat dingin, Jasmine tidak tahan, berbeda dengan Rain yang biasa saja. Mengingat, pertemuan pertama mereka saja Rain memakai Kaos dan celana pendek.
Jasmine menggelengkan kepalanya, heran, kenapa ia selalu mengingat Rain?
Memilih mengabaikan pikiran anehnya, Jasmine akan segera tidur. Sebelum akhirnya dering ponsel diatas nakas terdengar, "siapa telepon malem gini? eh nomer baru?"
Sebenarnya Jasmine takut, ini sudah pukul sepuluh lewat dan ada nomor asing telepon? Tapi ia juga penasaran.
Digesernya ikon hijau, "Assalamualaikum.."
"Waalaikumsalam.. Halo Min.."
Suaranya tidak asing, diam-diam Jasmine mengutas senyum simpul, "Rainan..?"
"Hehe, apal banget sama suara gue."
Ugh Jasmine jadi menyesal sekarang, harusnya ia tanya dulu, siapa pemilik suara diseberang telepon, bukan langsung menebak. "Kok dapat nomor aku?"
"emmm, kasih tau gak ya?"
"Yauda—"
"Eh, gampang banget nyerah. Ayooo tanyain lagi dong, dari mana gue dapat nomor lo."
Jasmine tampak berpikir, apa dari Jevan? Mengingat tadi siang, ia menemukan fakta baru bahwa Rain dan Jevan itu berteman. "Dari Jevan?"
"Kagak lah, mana mau dia kasih nomor lo, yang ada syaratnya bejibun. Ayo lo mau nebak atau mau gue kasih tau?"
"Kasih tau aja."
"Dih! Kepo!"
Jasmine menjauhkan ponselnya dari telinga, ia berdecak, Rain sangat aneh.
"Eh kok diem? Hehe sorry deh sorry, gue kasih tau nih ya. Gue dapat nomor lo dari Bang Arjuna." kekehan terdengar dari seberang telepon.
Kening Jasmine mengernyit, "kakak aku?"
"Iya, masa Arjuna kangen band hahaha."
"Itu andhika Rain, btw Kenapa dia kasih?"
"Oh Andika, emm tanya aja coba sama abang lo, kalau gue mah seneng-seneng aja, abang lo baik ih nyenengin gak kayak bini nya."
Jasmine tertawa, Egi dan Arjuna itu saling melengkapi, "gak boleh gitu sama kak Egi, dia baik banget loh orangnya."
"Tapi sinis banget tuh kalau sama gue, padahal gak salah apa-apa."
Jasmine beralih pada posisi rebahan, "Emmm, bawaan bayi mungkin?"
"Lah?! Hamil?" tanya Rain, Jasmine mengangguk walaupun tidak terlihat oleh sang lawan bicara.
"Sensi banget kalau sama gue. Gue doain dah nanti anaknya malah mirip sama gue, ganteng dan imut gini."
Rain sangat friendly dan membawa hawa positif saat seseorang berbicara dengannya. Bahkan, seorang Jasmine Julianne Arafani yang terkenal apatis itu, kini tanpa sadar tengah dibuat tersenyum sendirian. "Coba bilang langsung kayak gitu ke Kak Egi kalau berani!"
"Oke, besok aku bilang."
"Besok?"
"Kata Jevan, kelas kalian besok masuk siang, 12.50 dan itu sama kayak gue.. Jadi, bareng ya, gue jemput."
"Hah?!"
-TBC-
Thank u yang sudah baca, see u, have a nice Friday guys ❤
KAMU SEDANG MEMBACA
A Flower Bookmark
FanfictionNamanya Jasmine, mahasiswi Fakultas Psikologi yang terkenal apatis. Ia ingin merubah kehidupannya, hingga akhirnya bertemu dengan Rain, lelaki dengan segala kerandoman. Rain bagaikan air yang menumbuhkan bunga di taman hati Jasmine, tapi,, siapa sa...