Dua puluh dua | Menangis bukan kesalahan

89 34 9
                                    

Hai, selamat malam. Besok weekend, gimana weekdays kalian? Semoga tidak ada hal yang mengecewakan, oke..

Sorry for typo's and happy reading 💙












Bukan ingin menjauh, bukan juga menghindar, terkadang .. kita hanya perlu sendirian. Saat semesta sedang tak berpihak, bumi pun serasa tak dapat di pijak.

Jasmine terdiam di kamarnya, menatap pada hujan yang masih saja belum reda. Padahal, hari sudah malam.

Siang tadi, hati Jasmine sakit sekali. Sebuah fakta tak terduga, ia dengar langsung dari lelaki yang paling dicinta. Jasmine tidak paham, apa Tuhan tak bersedia memberinya bahagia?

Ada genangan di pelupuk mata, yang mana jika sang empu berkedip pasti akan turun dengan derasnya, "capek .."

Jasmine mengusap pipinya kasar, saat liquid bening itu tanpa izin telah mengucur deras, "kenapa nangis lagi .. aku cengeng banget," monolognya.

Menoleh pada figura foto sang mama, Jasmine mengadu dengan pilu, "ma .. kenapa tambah dewasa, aku tambah sering nangis? Kenapa mama,, kenapa dulu gak kasih tahu aku kalau kehidupan dewasa serumit ini?"

Jasmine mengingat, bagaimana senyum Irene ketika ia mengatakan ingin cepat dewasa. Kini, gadis eye smile itu menyesali perkataannya, "kalau aku tahu kehidupan dewasa serumit ini, aku pengen ikut mama."

Ketukan pintu yang kesekian kembali menyapa rungu Jasmine, ia tahu itu antara Juna dan Egi, "aku malu nangis di depan mereka, ma. Kak Juna selalu sembunyiin kesedihannya di depan aku. Kak Egi juga, aku gak mau terus repotin dia."


















"Udah dari tadi dia di kamar terus?" tanya Juna pada Egi.

Egi mengangguk, "bahkan dia gak makan," katanya.

Juna mengusap kasar wajahnya, ia menghela napas pelan, "kamu udah bujuk?"

"Udah, tapi aku minta maaf, aku bahkan gagal bujuk Jasmine. Kamu boleh marahin aku," Egi merasa bersalah karena tidak bisa membujuk Jasmine.

Juna menggeleng, "no. Apa yang perlu aku maafin, ketika kamu aja gak salah apapun? Udah ya biar aku aja."

"Tapi kamu baru pulang, kamu juga kelihatan capek banget, pucet. Kamu istirahat aja——"

"Gak papa, I'm oke. Kamu temenin Syeina aja ya, kasihan sendiri kan di kamar?"

Dengan berat hati, Egi mengangguk. Wanita itu memang belum lama masuk dalam kehidupan Jasmine juga Juna. Tapi ia sudah cukup paham akan keduanya, "oke, jangan lupa makan nanti."

"Iya."





















Rain menatap hujan yang belum berhenti juga sejak tadi siang, entah ikut menangis atau mengejek, jelasnya, Rain tidak suka.

Rain marah dengan dirinya sendiri, tapi .. disisi lain, ada rasa lega dalam hati.

Gadis yang selalu ingin ia jaga, kini menangis karena ulahnya. Rain, mengambil ponsel, mencari satu nama, dan menghubunginya.

Tak lama nada sambung terdengar, sampai suara seseorang di seberang menyapa, "Halo, Sha.. "

"Hmm?"

"Sha .. num.."

"Hmm?"

"Sha——"

"Gue lagi maskeran, cepetan lah mau ngomong apaan?"

A Flower BookmarkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang