Halo, selamat malam...
Ah aku update lagi, semoga engga bosen ya 💙 karena aku mencoba produktif ditengah rutinitas real life, sekalian hilangin capek.
Oke, cukup basa-basinya, langsung aja. Jangan lupa ramaikan komen 💙
Sorry for typo's and happy reading 💙
📍Food Court Kampus
Sebagian orang senang suasana sendiri, tapi beberapa lainnya tak menampik bahwa mereka lebih menikmati keramaian. berkumpul bersama teman satu frekuensi tentu menjadi hal yang membuat diri merasa nyaman, tak terkecuali seorang Rainan Junanda. Seperti biasa jam makan siang dikampus, ia habiskan untuk merusuh di foodcourt bersama teman-temannya.
Tapi kali ini, keadaan tidak berpihak pada dirinya, Shanum mengajak Jevan, Andy bersama Yumna. sedangkan Rain? jomblo. "Agaknya emang gue ditakdirkan sendiri terus.." keluhnya, ia merasa obat nyamuk diantara dua pasangan.
Yumna dengan polosnya bertanya, "emang kak Jasmine dimana?"
Pertanyaan yang membuat Rain entah mengapa jadi bungkam, "ya mana gue tau."
Shanum memutar bola mata malas, ia menyentil kening Rainan. "Lo tuh emang gak peka sama perasaan sendiri," katanya, lalu beralih menatap Yumna, "mereka marahan, dek. Tapi engga tau penyebabnya apa."
Kening Yumna mengeryit, "bisa gitu ya? pantes tadi aku aku lihat Kak Jasmine berangkat sendirian kayak lesu tanpa tenaga gitu."
sontak, Rain membelalakkan matanya, "BERANGKAT SENDIRI?" teriaknya membuat Yumna hampir saja terjengkang dari kursi. "Ish! biasa aja dong kagetnya kak!"
"Tau tuh, ini kalau Yumna kejengkang bagemana?" protes Andy.
"Jadi lo itu suka apa engga sama Jasmine?" tanya Jevan, "gue bilangin nih ya, Jasmine dikelas ada yang suka, lebih ganteng daripada lu." lanjutnya.
Rainan hanya diam, ia sendiri tidak paham akan perasaannya. Ingin bertanya siapa yang menyukai Jasmine, tapi rasanya tidak ada hak.
"Anaknya Pak Dekan Psikologi, Si Sobirin kalau lo gengsi mau nanya." kata Jevan, lalu beranjak dari duduknya. "Gue pamit dulu, ada kelas. Sekedar info ini kelas terakhir, jadi kalau lo mau modus lagi sama Jasmine bisa banget nanti anterin balik."
Rainan mendengus, "siapa juga yang mau modus.."
"Tsundare terussssss sampai mampus." cecar Jevan, lelaki itu berpamitan pada yang lain sebelum menuju fakultasnya untuk mengikuti kelas terakhir hari ini.
Sembari mengaduk milk shake miliknya yang masih tersisa setengah, memori otak Rain memutar kejadian kurang lebih sebulan lalu, saat ia pertama kali bertemu Jasmine. Saat itu, ia tidak tahu mengapa dengan melihat gadis duduk sendiri di sudut kafe dengan ensiklopedia dan segelas kopi bisa membuatnya menghampiri. Jasmine mulai terlihat istimewa.
Benar kata Jasmine keduanya jadi sering bertemu, entah sengaja atau tidak. bahkan pertemuan di pantai waktu itu, Rain masih tidak menyangka.
Rain tidak munafik, awalnya ia hanya menganggap Jasmine biasa saja, tidak begitu istimewa. Tapi, bolehkah ia jujur, saat ini hati seorang Rainan Junanda benar-benar telah dipenuhi oleh gadis itu.
Ia menangkup wajah Shanum dengan tiba-tiba, membuat terkejut hingga minuman kesayangannya, tea jus tumpah setengah. "MAKKKK!!!!!"
Andy juga Yumna saling menatap heran, untung saja tidak ada Jevan. Bagaimana reaksi lelaki itu jika melihat perbuatan Rain saat ini.
"Lo kerasukan?"
Rain mengangguk, lalu menggeleng, "iya, eh engga! gue udah yakin 100 derajat,"
"Persen bego'"
"Iya, seratus persen," manik Rain menatap lekat milik Shanum, ia tersenyum tipis, "gue bakalan perjuangin Jasmine." katanya, penuh keyakinan.
📍Depan Ruang Praktikum Psikologi
Seumur hidupnya, tidak pernah seorang Rainan Junanda berpikir akan menginjakkan kakinya didepan ruangan yang sering Andy sebut sebagai tempatnya para cenayang.
Didepan pintu ruangan, ia terlihat gusar layaknya menunggu kepastian hasil ujian. Padahal nyatanya, lelaki itu sedang menunggu kelas Jevan dan Jasmine selesai.
"Shanum gimana sih katanya kelas doang, ternyata praktikum. Kan lama nunggunya," monolognya. Rainan kesal, sudah hampir tiga puluh menit lewat ia menunggu. "Over nih dosennya."
"Maksud kamu siapa?"
"ALLAHUAKBAR!!!"
Terkutuklah mulunya yang sering tidak di filter, bagaimana bisa dibelakangnya muncul dosen? wajah garang, dan brewok yang lumayan tebal itu nyatanya membuat nyali Rain menciut seketika.
"Siapa dosen yang over katamu tadi?" lagi, Rain mendapat pertanyaan yang sama. ia bisa melihat ada Jevan dan beberapa mahasiwa lain menahan tawa. 'sejak kapan ini kelas selesai?' batinnya. Juga Jasmine dengan ekspresi datar berdiri disamping Jevan.
"I-itu Pak, dosen di FTV, iya FTV yang kemarin saya tonton."
Pak Surya Mandala, biasa dipanggil Suman itu menggeleng, "bisa-bisanya bohong sama dosen psikologi." lalu beliau meninggalkan Rain yang masih menunduk malu juga takut.
Mahasiswa lain bubar sambil menertawakan kebodohan Rain, beruntung ia tidak mengenal banyak anak fakultas Psikologi. sampai tepukan dipundak menyadarkan, "ngapain lo?"
"Jev gak usah ketawain gua sih!" protes Rain karena Jevan terus terbahak.
"Ya lo ngatain dosen gitu, hahhaha anjirlah ngakak banget tadi. Reka ulang dong, mau gue dokumetasiin."
"Shit!"
"Loh kok ngump-"
"Jasmine!!!"
Yang dipanggil pun berhenti, menaikkan sebelah alisnya, "kenapa?"
Dengan penuh kehati-hatian dan keyakinan, Rain mantap berucap. "Pulang bareng gue, mau gak?"
Suasana menjadi hening seketika, Jevan justru merasa canggung, "gue duluan deh, bye Jasmine, Rain." Bukan apa-apa, lelaki itu hanya tidak sanggup mendengar jika penolakan lah yang didapat Rain. Bukan kasihan, tapi tidak sanggup menahan tawa.
Memang, semua teman Rain tidak ada yang waras.
"Kenapa?" tanya Jasmine datar.
"Huh?"
"Kenapa tiba-tiba ajak aku pulang bareng?"
Kini, Rain bingung harus menjawab apa. Entah memang ia tidak pengalaman atau terlalu to the point, jawaban yang keluar dari mulutnya, justru.. "karena gue pengen memperjuangkan lo."
"..." Jasmine blank.
Jevan yang belum jauh dari mereka otomatis berhenti, ia menepuk dahi frustasi, "Astagfirullah Rainan, jujur amat..."
-TBC-
Gambaran Rain ketika merenung 😌
Thank u yang udah baca, see u on the next chapter, and luv u 💙
KAMU SEDANG MEMBACA
A Flower Bookmark
Fiksi PenggemarNamanya Jasmine, mahasiswi Fakultas Psikologi yang terkenal apatis. Ia ingin merubah kehidupannya, hingga akhirnya bertemu dengan Rain, lelaki dengan segala kerandoman. Rain bagaikan air yang menumbuhkan bunga di taman hati Jasmine, tapi,, siapa sa...