Enam belas | Di depan takdir, kita bisa apa?

103 36 20
                                    

Hai, ketemu aku lagi.. Eh iya kemarin gak update, sorry soalnya ujan gitu suasanya enak buat tidur hehew

Gak ada kata-kata, langsung aja deh ya, sorry for typo's and happy reading 💙








Depan ruang kelas

Takk!!

Keyboard ia tekan kuat. Kursor diarahkan pada ikon file, dengan mengehela napas lega, Rain menyimpan dan menyelesaikan tugasnya.

Sudah tahu kelas masuk pukul tujuh, tapi lepas subuh tidur lagi. Tidak sempat mandi dan sarapan, Rain bergegas ke kampus, karena baru sadar, pagi ini dirinya presentasi.

Alhasil, Rain harus kejar waktu membuat PPT. Padahal ia pikir sudah di kerjakan Shanum.

"Gimana udah selesai?" tanya Shanum dengan santai.

Rain mengangguk, ia terlalu pasrah sehingga mengerjakan PPT dengan cepat dan asal. "Sorry gue beneran lupa kalau jatah bikin PPT," sesalnya.

Tepat saat komting kelas datang dengan kunci ruang, Shahum bangkit dari duduknya tanpa menanggapi permintaan maaf Rain.

"Duh, pake marah lagi," keluh Rain, "iya sih emang gue yang salah," sesalnya lalu beranjak.





Kelas Psikologi

"Kalau tidak ada usulan soal nama kelompok, berarti fix ya? Saya tunggu laporan kalian minggu depan harus sudah jadi," final dosen pengampu mata kuliah psikologi perkembangan.

Seluruh mahasiswa mengangguk paham. Kelas diakhiri, dosen keluar.

Seperti sudah menjadi tradisi, banyak yang mengeluh, "gue gak ngerti kenapa waktunya cuma seminggu?" tanya salah seorang mahasiswa entah pada siapa.

Jevan merotasikan bola matanya malas, "kebiasaan banget protes kalau dosen udah keluar. Pas masih ada bilang iya iya aja, cih!" cecarnya.

Aji, selaku yang mengeluh tadi sontak bertanya pada Jevan, "emang lo berani kalau suruh protes?" ia mendekat, "Pak Siwon itu, serem," katanya penuh penekanan.

"Ya engga."

"Hueee sama aja lo," kesal Aji, lalu meninggalkan kelas bersama mahasiswa lainnya.

Dari sudut barat, Jasmine menghampiri Jevan, "Jevan!" panggilnya.

Jevan menoleh, garis matanya muncul ketika tersenyum, "ya?"

"Mau ketemu Shanum gak hari ini? Ah! Maksudnya ada janji emm gimana ya?"

Jasmine gugup, membuat Jevan mengerutkan kening, "hari ini ketemu Shanum apa engga, gitu 'kan?" ia memastikan.

"Iya," jawab Jasmine.

Jevan ber oh ria, mengangguk paham, "iya nanti paling kalau makan siang. Kenapa?"

"Ikut."

Jevan gagal paham, "hah? gimana? Ikut?" tanyanya, Jasmine mengangguk kecil, "iya, aku mau ketemu Rain."

"Ohhh Rain, bilang dong dari tad—tunggu, Rain?"

"Iya, kenapa?"

"Gak papa, iya boleh ikut kok, boleh banget," final Jevan, walaupun penasaran kenapa gadis di depannya ini mau bertemu Rain.

Percakapan keduanya, tak luput dari pendengaran Soobin yang ternyata belum keluar. Lelaki itu, mematikan layar proyektor, "ruangan mau dipakai kelas lain, kalau masih mau ngobrol mending diluar," katanya.

A Flower BookmarkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang