Bagian delapan | Emang Jasmine baper?

151 40 16
                                    

Hai, selamat malam.. hehe sejenak aku sempat lupa kalau ada tanggung jawab update cerita.

Udah ada niat nulis, tapi sedikit sibuk hehe.. Ramein komen yuk..

Oh! Cukup basa-basinya, langsung aja, sorry for typo's and happy reading 💙








📍Angkringan Semar

Terkadang status atau derajat yang tinggi dalam lingkup sosial menjadikan seseorang pilah pilih. Rasa gengsi sering kali muncul pada diri, jika ia berada pada kalangan menengah keatas, namun tidak bersikap layaknya heddon.

Perlu digaris bawahi, itu bukan semua, namun beberapa.

Seperti malam ini Rain dan ketiga temannya, Shanum, Andy, dan Jevan. Mereka bertiga memang kalangan atas namun tidak melulu nongkrong di kafe atau semacamnya.

Mereka masih seperti kebanyakan mahasiswa yang menjadikan angkringan adalah tempat yang bisa dibilang nyaman. Berkumpul ditemani segelas eh teh dan mendoan hangat, keempatnya terfokus pada tugas masing-masing.

Andy mengerjakan tugas makalahnya, Jevan dengan laporan praktikum, dan Shanum juga Rainan berkutik perihal power point.

Tidak ada yang aneh, sampai Andy tiba-tiba mengeluh frustrasi, "AHHH MALES!!" teriaknya, yang bahkan membuat pengunjung lain menoleh heran.

Jevan sebagai sosok yang paling dekat posisi duduknya, sontak mengerutkan kening, "napa sih dek?" namun Andy justru menunjukkan tampilan word pada laptop. "Temen gue kenapa copas semua gini, kan ngeselin, masa iya buat makalah referensi blog semua?" kesalnya.

"Sering terjadi itu mah, kayak maba aja deh lo ngeluhin masalah gitu?!" kata Rain tanpa mengalihkan atensinya dari laptop.

Shanum menyahut kesal, "ya justru itu, mereka bukan maba lagi, masa copas semua?"

Sambil menyeruput es teh yang tersisa seperempat itu, Jevan bertanya, "dealine kapan?"

"Empat hari lagi," jawab Andy.

"Masih lama elah dek, udah deh mending kerjain besok. Gue juga capek, kamu sama Rain udah selesai belum Sha?" tanya Jevan, Shanum mengangguk diikuti Rain.

Mereka kemudian hanya saling bercerita berbagai hal random seperti biasa, hingga Andy menyadari ada yang aneh dengan Rain. "Bang, galau?" tanya nya, Rain mengangguk lesu.

"Jomblo kok galau.. " cicit Shanum.

"Mak, gue nih gimana sih? Maksud gue ya gue tuh aneh atau gimana gitu?"

Shanum juga kedua yang lain bingung, "perkataan lo aja dah aneh. Yang jelas!"

"Jasmine kayaknya marah sama gue.. " katanya lesu. "Kemarin pas di anniversary Ayah Bunda dia minta balik gitu, ada salah ya gue?"

Jevan selaku teman sekelas Jasmine mengangguk paham, "lo sakitin paling."

"Emang mereka deket?" pertanyaan Shanum mengundang berbagai reaksi. Rain pun menggeleng, "gak ngerti juga mak."

Shanum menatap lekat manik sohibnya, "ya lo makanya jangan asal baperin anak orang gitu lah!" kini giliran Jevan yang bingung, "Emang Jasmine baper?"

"Ini yang gue bingung, si Jasmine baper gak sih sama gue? Maksudnya ya gue tau belum lama kita kenalnya, tapi dia mau gue ajak seminar, terus datang ke anniversary terus kalau gue chat atau telefon ya ditanggapin," jelas Rain.

Jevan sebagai satu-satunya mahasiswa psikologi merasa tertantang, "ya ini nih, sebenernya tujuan lo ajak dia apa?" Tanpa sadar Andy juga Shanum mengangguk, mereka juga bingung, sebenarnya tujuan Rain apa.

"Gak tau, pengin aja. Dia kayak gak ada temen."

"LAH SI BEGO'!!!!" Shanum mengebrak meja, tidak peduli tatapan aneh dari orang lain. "Gue sebagai cewek gak terima ya sama pandangan lo sekarang!"

"Apaan sih mak?" heran Rain.

"Ya lo pikir aja, masa deketin cewek karena kasian dia gak punya temen doang!"

"Lah apa salahnya?! Toh tujuan gue juga baik, siapa suruh dia mau?!"

Shanum kesal, apa-apaan Rain ini, "bukan gitu cara mainnya Rainan! lo tuh—ahhh kesel kan gue."

Keduanya beradu argumen, sampai Rain berbicara pelan, namum masih terdengar oleh lainnya, " .. tapi gue deg degan kalau sama Jasmine.. "




📍Kediaman Jasmine, lagi.

Berbicara soal Jasmine, gadis itu kini tengah mengerjakan laporan praktikum, padahal waktu telah menunjukkan pukul sepuluh malam.

Ia sebenarnya bukan tipe ambis dalam akademik, hanya saja sekarang Jasmine ingin menyingkirkan pikiran yang terus mengganggunya.

Matanya mulai memerah, tanda lelah. Tubuhnya juga sudah meminta berbaring pada empuknya kasur. Tepat saat akan mematikan laptop, pintu kamarnya terbuka, menampilkan Egi dengan balutan piama merah muda, kakak iparnya itu tersenyum lembut, "kok belum tidur?"

Jasmine ikut tersenyum, "abis kerjain laporan. Kak Egi kok belum tidur?"

Egi mendekat pada adiknya, melirik sekilas laporan yang sedang dikerjakan Jasmine, "udah tidur tadi terus kebangun. Baru inget kalau kakakmu diluar kota, terus kepikiran mau tidur sama kamu aja. Eh malah masih nugas."

"Hehe.."

Seperti sudah sangat paham, Egi menyeret kursi lain dan duduk disamping Jasmine, "kalau ada pikiran yang ganggu itu cerita, bukan lampiasin ke tugas."

Gadis pemilik eye smile itu terkadang bingung dengan diri sendiri, ia adalah anak psikologi tapi sering mengabaikan masalahnya. Sounds like salah jurusan.

"Boleh cerita?"

"Ya masa gak boleh? Matiin dulu laptopnya, terus bersih-bersih. Nah ceritanya sambil tiduran. Kakak tunggu."

Jasmine menurut, ia mematikan laptop kemudian melakukan serangkaian rutininas malam sebelum tidur. Selang beberapa menit, ia sudah dihujani pertanyaan lagi oleh Egi.

"Gimana sama Rain?" tanya Egi, Jasmine menggeleng, "gak tau. Aku baru kenal dia belum sebulan."

Pernyataan yang membuat Egi sedikit terkejut, "kakak kira udah lama, terus ada di tahap pdkt kamu tuh sama si tengil."

Gelengan lagi dari Jasmine, "aku takut punya perasaan lebih ke dia, kak."

"Lah?"

"Dilihat dari kepribadian dia yang easy going gitu, aku takut kalau ternyata sikap baiknya gak cuma buat aku. Sebelum jatuh terlalu dalam, aku mau berhenti aja."

Egi mengusap surai legam adiknya, ia tahu betul bagaimana perasaan Jasmine. Kisah keluarganya yang bisa dibilang tidak baik-baik saja membuat jauh dilubuk hati Jasmine menyimpan sederet luka.

"Kakak dukung semua keputusan kamu. Iya, memang harus hati-hati, tapi bukan berarti menutup hati."

Bukan tanpa sebab, Egi sepenuhnya sadar akan perkataannya, karena wanita itu tahu, Jasmine sudah jatuh hati.

-TBC-

Tengilnya Mak Shanum

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tengilnya Mak Shanum




Thank you yang udah baca, see you soon, luv u 💙

A Flower BookmarkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang