20

52 38 52
                                    

Menjelang malam hari, di dalam kamarnya kini Isabel hanya duduk termenung sambil memutar-mutar sebuah pistol pemberian Victor.

Ia hanya berdiam diri di kamar setelah kejadian itu, berulang kali Charles membujuknya untuk makan tapi ia tidak memberi jawaban. Ia membuang pistol itu ke lantai lalu merebahkan tubuhnya, ia ingin segera tidur dan berharap semuanya hanya mimpi.

Malam ini hujan begitu deras, suara gemuruh petir membuatnya ketakutan, ia menutup kedua telinganya dengan bantal. Seketika ia mengingat samar-samar memori masa kecilnya, ia mengingat jika ia pernah dikunci di sebuah ruangan gelap karena membuat kesalahan, ia tidak bisa melihat jelas siapa yang menguncinya, tapi ia yakin jika itu Antonio.

Saat hampir terlelap dalam tidur, Ia dikejutkan oleh suara angin yang membuka jendela kamarnya, Isabel langsung berjalan menutup jendela tersebut. Lilin dikamarnya pun padam semua karena ulah angin. Ia mencoba mengambil korek api di dapur, tapi tiba-tiba ia melihat satu lilin yang masih menyala, ia mengingat dengan jelas jika semua lilinnya padam.

Isabel berbalik melihat kearah jendela, ia pun dikejutkan dengan sosok laki-laki bertopeng yang tidak lain adalah Luke. Saat ingin berteriak Luke langsung menutup mulut isabel dengan tangannya.

Isabel yang tidak takut langsung menggigit tangan Luke, setelah itu Isabel mencoba keluar dari kamarnya dan berteriak tapi Luke langsung memeluknya dari belakang sambil menutup mulutnya mengunakan sebuah kain.

"Jangan berisik! Apa kau suka hadiah ku? Apa kau mau hadiah yang lain?" Ucap Luke.

Isabella terus meronta-ronta melepaskan diri dari Luke, tidak sampai disitu. Isabel membenturkan kepalanya pada dagu Luke lalu menginjak kakinya. Isabella dengan cepat mengambil pistolnya yang terjatuh di lantai, ia mengarahkan pistol itu lalu menembak tepat di bahu Luke.

"Ku anggap kau menyukai hadiah ku, sampai bertemu lagi Isabel. Akan ku berikan hadiah lagi nanti" Ucap Luke.

"Dasar sinting!" Ucap Isabella dengan nafas yang terengah-engah.

Luke pun langsung keluar lewat jendela kamar, Isabel langsung melihat ke luar jendela. Ia tidak melihat keberadaan Luke disana, suara pistol itu hampir tidak terdengar karena suara hujan yang begitu deras.

Isabel mencoba keluar dari kamarnya, ia ingin pergi ke dapur untuk mengambil  korek api. Di dapur ia berjalan dengan sempoyongan, dan hampir saja terjatuh tapi untung saja Alexander yang berada di belakangnya langsung menangkapnya.

"Ada apa dengan mu Isabel?" Ucap Alexander.

Rambut Alexander kini basah seolah terkena air hujan, Isabel hanya menggelengkan kepalanya. Ia mengambil sekotak korek api, berbeda dengan Alexander yang mengambil segelas air.

"Kenapa rambut mu basah? Apa kau tidak mendengar sesuatu dari atas?" Ucap Isabella.

"Tidak, aku baru saja mandi tadi. Lagipula suara hujannya begitu deras jadi mana mungkin aku mendengar sesuatu" Jawab Alexander.

"Di tengah hujan begini kau malah mandi? Apa kau yakin tidak mendengar suara apapun? " Ucap Isabella.

"Memangnya ada apa?" Ucap Alexander.

Isabella hanya menggelengkan kepalanya.

*****

Keesokan paginya.

Setelah selesai sarapan, semua orang masih masih berkumpul di meja makan.

"Kemarin malam Luke datang ke kamar ku, aku tidak tau bagaimana caranya dia datang dan menghilang dengan cepat, ini sudah kedua kalinya dia datang dan pergi seenaknya dari sini" Ucap Isabella.

Isabella Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang