24

47 29 71
                                    

Alexander meletakkan kembali gelasnya, ia segera melepas jasnya lalu menggulung lengan kemejanya sampai ke atas siku.

"Ada permintaan terakhir sebelum kau mati? Karena kami akan mencincang tubuh mu itu"

Alexander hanya tersenyum kecil.

"Kau tidak lihat aku masih bersiap? Nanti darah kalian akan mengotori pakaian ku yang mahal, apa kalian bisa menggantinya? Kurasa orang yang sudah mati tidak bisa menggantinya" Ucap Alexander.

"Hanya seorang diri saja tapi kau begitu sombong rupanya"

Tidak berselang lama Giovanni, Hector dan Charles yang tadi tergeletak di tanah kini mulai bangun kembali.

"Rencana kita gagal rupanya, lebih baik kita habisi semua semut itu. Gio berlindung lah dibawah meja sekarang!" Ucap Alexander.

*Flashback*

Sehari setelah insiden bertemu dengan Luke, Isabel dan Gavin pergi entah kemana. Ini adalah kesempatan Alexander memberitahukan pada semua orang jika ia menyamar menjadi Luke.

Masih di ruang makan, Alexander mengatakan kejadian yang sebenarnya kemarin malam pada semua orang. Hari berikutnya Alexander pergi menemui Luke di dalam hutan, Luke memberikan sebotol sianida untuk meracuni mereka semua.

Setibanya dirumah, ia memberitahu hal ini pada semua orang kecuali Isabel dan Gavin.

"Apa ini akan berhasil? Aku tidak mempercayai Luke, dia tidak mungkin bisa bekerja sama dengan siapapun" Ucap Hector.

"Kita ikuti saja permainannya ini, aku ingin mengungkap siapa yang berada di balik topengnya. Dan semoga tebakan ku ini salah" Ucap Alexander.

"Baik kami mengerti tuan" Jawab Charles.

*****

Di waktu yang sama, Isabel dan Gavin berada di tepi danau, Gavin menarik sebuah perahu dari balik semak-semak.

"Kau mau kita naik ini?" Ucap Isabella.

Gavin hanya mengangguk kecil.

"Tapi bagaimana jika perahunya terbalik? Airnya sangat dingin kan? Aku tidak mau mati tenggelam" Ucap Isabella.

"Ku pikir kau mempercayai ku? Jika kita jatuh tenang saja, aku akan menolong mu" Jawab Gavin.

Gavin menaiki perahu itu terlebih dahulu, lalu ia mengulurkan tangannya pada Isabel. Mereka akhirnya menaiki perahu itu bersama, hembusan angin malam terasa sangat dingin sekali tapi Isabel mencoba menahannya.

*****

Kediaman Alexander.

Semua orang telah berhasil mereka tumbangkan meskipun membutuhkan waktu yang cukup lama, sayangnya lengan Hector harus tergores pisau.

Alex berjongkok lalu membuka taplak meja dan melihat Giovanni yang menutup kedua telinganya, Alex pun membelai lembut rambut Gio.

"Apa kau terluka? Pakaian mu berlumuran dengan darah!" Ucap Giovanni.

"Padahal kakak mu ini yang terluka, kenapa kau malah lebih menghawatirkan kekasih mu?" Ucap Hector.

"Sudahlah, kita harus segera menemui Isabel sekarang! Aku khawatir Luke akan menemukan mereka" Ucap Alexander.

Saat ingin pergi, mereka dihadang oleh beberapa orang lagi.

"Kalau seperti ini caranya, kita tidak bisa menemui Isabel dengan cepat" Ucap Hector.

Tiba-tiba saja seekor ikan terlempar mengenai kepala salah satu dari mereka, Alex kebingungan dengan yang dilihatnya. Lalu terdengar suara siulan  dari dalam rumah, dua orang pria bertubuh tinggi dengan jas panjangnya yang hitam. Mereka adalah Victor dan Hugo yang sedang membawa ember yang berisi ikan milik Isabel.

Isabella Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang