12

75 40 75
                                    

Isabella kini duduk termenung di dalam
kereta kuda bersama Victor, ia mengepalkan tangannya mencoba menahan amarahnya yang hampir meluap. Kali ini Antonio hampir membuatnya hilang kendali.

Victor mengeluarkan sebuah pistol dari balik jasnya, ia memberikan pistol itu pada Isabel.

"Apa yang kau lakukan?" Ucap Isabella.

"Hadiah untukmu, suatu saat pasti ini akan berguna untukmu Isabel" Jawab Victor.

Isabella mengambil pistol itu lalu menodongkannya pada Victor, hal itu tidak membuat Victor terkejut sedikit pun. Ia malah tersenyum kecil lalu mengeluarkan sesuatu dari genggamannya. Victor mengambil kembali pistolnya lalu memasukkan beberapa peluru yang ia genggam tadi lalu memberikannya lagi pada Isabel.

"Sudah kuduga kau akan melakukan hal itu, sekarang lakukan lagi hal yang sama seperti tadi, aku tidak keberatan jika harus dibunuh" Ucap Victor.

"Kau memiliki aura yang berbeda dengan mereka, lantas kenapa kau bergabung dengan para iblis itu?" Ucap Isabella.

"Aku memiliki sebuah perjanjian yang mengikat ku dengan Antonio, anting ini adalah bukti kontrak kami" Jawab Victor.

Isabella mencoba menyentuh anting milik Victor namun Victor meraih tangan Isabel, lalu salah satu tangannya membungkam mulut isabel dengan lembut. Ia mendekatkan wajahnya pada Isabel sambil memejamkan kedua matanya, Victor mencium punggung tangannya sendiri.

"A..apa yang kau lakukan?" Ucap isabella yang memerah.

"Entahlah, aku tidak bisa menahan diriku untuk menyentuh mu jika kau berada di sekitar ku, tapi tenang saja aku tidak akan melakukan hal yang buruk padamu" Jawab  Victor.

Isabella memalingkan wajahnya menghadap ke jendela, ia begitu malu saat ini. Untuk sesaat Victor membuatnya lupa dengan yang dilakukan Antonio padanya tadi. Tibalah mereka di depan rumah milik Alexander, saat ingin turun dari kereta Victor langsung menahan lengan Isabel.

"Ingat satu hal ini, jangan pernah menunjukkan kelemahan mu pada orang lain. Tidak seorang pun dapat dipercaya termasuk aku" Ucap Victor.

Isabel hanya tersenyum kecil.

*****

Kediaman Alexander.

Isabel memasuki rumah, ia melihat Giovanni yang sedang tertidur pulas di sofa. Isabel mendatangi gio lalu ingin membangunkannya tapi dengan cepat Alex mencegahnya.

"Apa yang Antonio lakukan padamu? Kau baik-baik saja kan? Aku berharap dia tidak melakukan hal yang nekat padamu" Ucap Alexander.

"Jangan khawatirkan aku, kuharap ia menepati janjinya dan segera menghentikan permainannya yang bodoh ini" Ucap Isabella.

Charles beserta yang lainnya datang menemui Isabel, hanya Gavin yang tidak terlihat disana. Mungkinkah Antonio membohongi ku? Hanya itu yang terlintas dalam benaknya sekarang.

Suara ketukan pintu menghentikan lamunannya, ia berjalan membuka pintu itu, ternyata itu adalah Gavin. Air mataku tidak dapat terbendung lagi, untung saja Gavin kembali dalam keadaan baik-baik saja tanpa luka sedikit pun. Jika tidak pasti aku akan membakar kantor polisi itu, Isabel pun membelai lembut wajahnya sembari tersenyum hangat. Gavin mengusap bibir ku dengan lembut, ia menyadari jika lipstik ku sedikit terhapus.

"Aku dapat mencium bau dua orang pria yang berbeda pada dirimu Isabel, baunya sangat asing bagiku" Ucap Gavin.

Isabel memalingkan wajahnya dari Gavin.

"Hidung mu setajam anjing rupanya, tapi untunglah kau baik-baik saja" Ucap Hector.

"Terima kasih isabel, ku dengar kau telah membantuku bebas dari penjara. Tidak ku sangka kau memiliki sisi kemanusiaan juga" Ucap Gavin.

Isabella Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang