11|UKS

2.9K 83 0
                                    

Hai❤️ jangan lupa vote & ramein komentar!

Kalo ada typo tandain ya! komen di setiap paragraf yang kamu sukai!

              🦋Happy Reading🦋

Hari Senin adalah hari paling membosankan. Itu menurut Arden. Ia harus rela panas-panasan kali ini karna mengikuti upacara, sebenarnya Arden gak pernah ikut upacara sih. Hari ini dia ikut karna, ingin menjaga Ais yang masih sakit. Sebenarnya Arden sudah melarang, tapi Ais malah ngambek kalo gak di bolehin.

"Bos, cabut aja kuy." ajak Aje.

"Gak mau deh, nanti kalo Ais kenapa-kenapa gimana?" tanya Arden khawathir.

"Bucin amat." celetuk Nio.

"Ya gak papa sih bucin, selagi punya pacar kan?" sahut Fahri dengan menggoda.

"Iya say.." Chandra menggigit bibir bawahnya seolah-olah sedang menggoda Fahri.

"Pas banget nih si Chan sama Fahri, habis ini ke jerman ya." ujar Aje dengan senyum bahagia.

"Idiw jijik, bangsat!!" Fahri bergedik ngeri. Enak saja ia yang tampan seperti ini di kira doyan batang. Ya kali, gesrek-gesrek gini Fahri masih suka sama perempuan, contohnya janda komplek sebelah.

BRUK!

Semua peserta upacara menoleh pada barisan kelas Ais. Arden yang melihat Ais pingsan dan ingin di angkat oleh Andra pun langsung berlari.

"Gak usah pegang, biar gue yang bawa ke uks." cegah Arden saat melihat tangan Andra yang ingin mengangkat badan Ais.

"O-oke,"

Arden dengan perasaan khawatir berlari ke uks, sambil menggendong Ais dengan gaya bridal style. Sesampainya di sana, Arden merebahkan tubuh Ais dengan pelan.

Arden menyugar rambutnya ke belakang. "Tolong lo cek keadaan dia." ucapnya pada petugas uks.

"Oke, kak." setelah itu dengan cekatan, mereka langsung memeriksa keadaan Ais.

"Gimana?" tanya Arden.

"Kak Ais demam ya kak? soalnya suhu badannya panas banget."

"Iya, dia demam."

Salah satu petugas uks itu mengangguk. "Kak Ais cuma perlu istirahat sama minum obat. Obatnya ada di meja sebelah ya kak."

"Oke, makasih." ucap Arden.

"Sama-sama, saya permisi kak." pamit petugas itu dan hanya di jawab deheman oleh Arden.

Arden menghampiri Ais yang masih terbaring di brankar. Ia mengelus rambut Ais, "Jangan bikin gue khawatir lagi."

Ais mengerjapkan matanya. Ia mengedarkan pandangan ke seluruh ruangan, dan dapat di lihat, ada Arden di sampingnya.

"Lo udah sadar?" tanya Arden, dapat di lihat dari wajahnya bahwa cowok itu benar-benar khawatir.

Ais menggeleng polos. "Belum,"

"Jangan bercanda!"

"Lagian lo udah lihat sendiri kan kalo gue udah sadar, eh masih aja di tanya!" ketus Ais.

Arden tertawa geli. "Kan basa-basi, sayang."

"Jangan panggil sayang!!"

"Maunya di panggil apa, hm?" tanya Arden mengangkat salah satu Alisnya.

"Ais aja."

"Gue maunya sayang, kalo enggak sayang ya lele aja."

Ais mencebikan bibirnya,"Terserah."

ARDENTINOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang