23|MANJA

2.4K 71 0
                                    

Hai semua....
Apa kabar?

Ada yang masih nungguin cerita ini?

Jangan lupa vote & ramein komentar ya!

btw, besok aku ultah yey🎉
(g ada yang nanya🤗)

             🦋Happy Reading🦋

"I love you, baby."

Ais menghela nafas lelah. Sudah terhitung 10 kali Arden mengucapkan kata-kata itu.

"Arden, kamu mau ngomong kayak gitu berapa kali lagi sih?"

"20, maybe." dengan muka tanpa dosa Arden menjawab pertanyaan dari Ais itu.

"Kamu gak cape?" tanya Ais lagi.

"Gak ada kata cape buat ngungkapin betapa cintanya aku ke kamu." jawab Arden santai.

Sial!

Ais merasa pipinya memerah. Kenapa jadi kayak gini sih?!

"Are you okey? kenapa pipi mu merah?" tanya Arden. Sebenarnya ia sudah tau jika kekasihnya ini sedang blushing.

"I'm fine." jawab Ais.

Arden memeluk Ais dari samping. Saat ini mereka sedang bersantai di taman yang berada di sekitar markas geng Wirdzone.

"Kalo temen aku mau main kesini boleh?" tanya Ais.

"Hmm," Arden hanya bergumam.

Ia terlalu nyaman berada di pelukan Ais, berkali-kali ia menggesekan hidungnya ke rambut gadis ber-aroma peach itu.

"Arden. Hidungnya jangan di gesek-gesekin dong!" kesal Ais.

"Hmm, why babe?"

"Geli, Arden."

Arden diam. Ia melepas pelukannya.

"Kenapa di lepas?" tanya Ais bingung.
Arden hanya menjawab dengan gelengan lucu.

"Anak-anak bakal nyariin kita gak?" tanya Ais ke Arden.

Sedangkan Arden yang mendapat pertanyaan seperti itu berusaha menahan senyum di bibirnya. Ia jadi membayangkan anak-anak yang di maksut oleh Ais itu adalah anak kandungnya.

Ais menatap Arden, heran. Ia melambaikan tangannya di depan muka sang pacar. "Hei, kok melamun," tegur Ais.

Arden tersentak. "Hehehe, maaf ya ayang aku melamun." ucapnya sambil tersenyum menampakan giginya yang rapi.

"Hah? tunggu-tunggu...." Ais merasa ada yang tidak beres.

"Ayang? kamu manggil aku ayang?" tanya Ais dengan muka cengo.

Arden menaikan Alisnya, bingung. "Lah, emang kenapa sih?"

"Alay,"

"Ayang, ih!"

"Alay banget, Ardenn."

Saat asik berdebat tiba-tiba, dari arah jauh nampak Chandra dan Aje yang sedang berlari.

"ANAK GANTENG LEWAT, MANA TEPUK TANGANNYA..." heboh Chandra. Ia berlari sambil teriak-teriak seperti orang gila.

"Huh.. huh..." mereka berdua berusaha mengatur nafasnya.

"Ngapain lo pada ke sini?" sewot Arden.

"Sewot amat sih," cibir Aje.

"Ikan hiu makan tempe," pantun Chandra.

ARDENTINOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang