34|DENIAR BERULAH

1K 40 2
                                    

Hai bestie👋 Apa kabar??

Udah siap baca chapter ini?

Jangan lupa vote dulu ya!
         
             🦋Happy Reading🦋

Jika kalian tanya, kemarin pas lebaran Arden mudik gak sih?

Jawabannya tidak.

Keluarganya memilih tetap di Indonesia, mau mudik juga jauh.

Keluarga ber-marga Argentina itu hanya melakukan zoom.

Mereka saling silaturahmi secara virtual, kayak hubungan kalian semua.

Kalian mungkin belum mengetahui jika marga Argentina sangat terkenal di berbagai negara. Mereka kebanyakan menetap di Argentina, berbeda dengan Papa Arden dan Om Arden, mereka lebih memilih tinggal di negara kelahiran sang istri.

Setelah libur panjang karena lebaran. Kini mereka harus kembali menghadapi kerasnya kehidupan sekolah.

Hari ini adalah hari senin, ya tidak asing lagi. Hari senin adalah hari yang sangat di benci oleh semua orang, termasuk Arden.

Ia berjalan dengan tangan yang di masukan ke saku celananya.

Lihatlah penampilan kekasih Ais itu. Seragam tidak di masukan dan menyisahkan dua kancing atas yang di biarkan terbuka.

"Gak sama Ais?" tanya Fahmi.

"Gak, dia di anterin ayah." jawab Arden.

Perhatian-perhatian, segera menuju lapangan sekolah. Upacara akan di mulai sebentar lagi, terima kasih.

Arden dan para sahabatnya lantas menuju lapangan. Penampilan Arden masih belum berubah, penampilannya sangat berantakan.

Tapi bagi para murid perempuan, penampilan Arden sangat mempesona.

Kak Arden gila sih. GANTENG BANGET!!!!

ARDEN CAKEP BANGETTTT!!

ARDEN AKU PADAMU..

Ais yang berada di barisan kelasnya hanya mendengus.

Dasar Arden caper! sok kegantengan, tapi emang ganteng sih. Batin Ais.

"ARDENTINOOOO!!!!" teriak Bu Ranti.

Guru yang galak dan menyebalkan, menurut para inti geng Wirdzone.

"Selamat pagi Bu Ranti yang seksi se-dunia," Arden tersenyum tanpa dosa.

Bu Ranti berdecak pinggang. "Kita semua mau upacara bukan mau tawuran!"

"Siapa juga yang bilang mau tawuran bu," celetuk Aje.

Bu Ranti melotot. "Heh diem kamu!"

"Seragam kamu benerin deh! dua kancing atas gak di kancingin, kamu mau ibu kancingin?"

Arden sontak menggeleng, ia menyilangkan tangannya di depan dada.

"Jangan Bu, saya masih perjaka. Jangan nodai saya,"

PLAK!

Bu Ranti memukul bahu Arden.

"Saya gak doyan sama modelan kayak kamu gini!"

"Padahal kita tampan," sahut Fahri.

"Kita juga anak orang kaya." tambah Fahmi.

"Kita se-keluarga itu good looking semua Bu." tambah Chandra.

"Kita punya Black card," si dingin juga ikut-ikutan.

"MANA BUKTINYA!" teriak Bu Ranti.

Tanpa babibu, mereka ber-enam langsung mengularkan kartu berwana hitam tadi.

ARDENTINOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang