bagian 21

431 39 0
                                    

***

"Apa kamu yakin, Nay, kalau Ramzi pria yang sama dengan calon papa tiri teman kamu?" tanya Karin lebih memastikan. Menatap Kanaya sendu karena wanita itu nampak ketakutan dalam pelukan Danu. Bukan ketakutan, lebih ke arah tidak enak hati karena mengagalkan pertunangan adik iparnya.

Kanaya mengangguk pelan. "Mukanya mirip seperti yang di foto yang Danang perlihatkan ke aku."

"Kamu kapan ketemu Danang?" tanya Danu.

"Waktu itu, Mas. Waktu aku sama anak-anak ke mini market. Ngga sengaja ketemu."

"Terus, ngapain dia liatin foto calon papa nya ke kamu?" Danu sudah seperti wartawan.

"Danang itu minta bantu Kanaya buat nyelidiki calon papa tirinya karena menurut dia kayak ada keganjilan."

"Kok kamu tau, Kin?"

"Kanaya cerita, Bang."

"Kok kamu ngga cerita sama mas, Sayang?" Dari suaranya, nampak jelas kalau Danu sangat kecewa.

"Mas." Kanaya melepas diri dari pelukan Danu. Ia menatap memelas. Menyeka air mata kemudian mengenggam tangan suaminya. "Mas, aku--"

"Naya tolak ajakan Danang. Itu karena dia ngga mau bermasalah dengan elo yang cemburuan, Bang. Istri hanya ketemu sama teman sekampung aja, di wilayah umum juga, loh, banyak orang di sana, elo cemburunya kayak liat Kanaya berdua sama pria lain dalam kamar hotel," ucap Kintan menyindir.

Danu terdiam. Ia mengusap muka setelah lima menit menatap wajah istrinya yang terlihat sedih.
"Maafkan mas, Nay."

Kanaya mengangguk. "Itu, Ma, Pa, Mas, Danang merasa kalau calon mamanya itu pria ngga bener. Dia ngajak aku, supaya dia semangat mencari tahu kalau ada temannya. Katanya, calon mamanya itu suka morotin."

"Tapi yang kita dengar dari Kirana, pria itu sering jajanin Fito barang-barang mahal, apa uang itu dari mamanya teman kamu?" tanya Karin.

"Kanaya juga ngga tau, Ma."

"Tapi kamu yakin mereka orang yang sama, Nay? Kalau kamu salah, masalah besar ini." Pradipta angkat suara.

"Lebih meyakinkan kalau kita semua mendengar kesaksian dari Danang. Kin, tolong suruh Danang datang," ucap Kanaya. Wanita itu menyeka air matanya lagi. Ia menatap Iparnya penuh harap.

"Tanya dulu sama suami elo, boleh ngga teman satu kampung elo datang. Takut aja dia cemburu." Kintan menatap sinis pada Danu. Rasanya kesal saat Abangnya itu selalu cemburu padahal Kanaya tidak pernah aneh-aneh.

"Gimana, Nu?" tanya Pradipta. Ia tahu anaknya cemburuan dan tetap masalah kedatangan Danang harus atas persetujuan Danu biar tidak salah paham.

"Iya." Danu mengangguk. Kali ini ia ikhlas Danang datang. Selain ia tidak akan merasa cemburu lagi, ini demi meluruskan masalah Kirana. Adiknya itu tidak boleh salah memilih suami lagi.

"Buruan telpon, Kin," ucap Kinar yang tidak sabaran.

"Iya, Ma." Kintan berdiri. Berjalan ke arah teras sembari menelepon Danang. Meminta pria itu untuk datang.

"We, jangan bertingkah. Ini masalah penting," ucap Kintan kesal. Danang menolak untuk bertemu.

"Masalah apa?" tanya Danang.

"Naya mau ketemu elo. Udah, buruan datang. Gue serlok rumah gue."

"Gue ke sana, tapi gue harus makan di sana."

"Makan sesuka hati elo. Di rumah gue banyak makanan. Bawa teman elo sebanyak-banyaknya kalau perlu."

"Oke, Sayang. Sebenarnya malam ini lagi ngga minat buat ngapel, tapi kalau dipaksa, gue meluncur."

Kanaya(Season 2 nya Kawin Paksa) (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang